Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Rekor Gol Abadi, Kebiasaan Klub Indonesia, dan Proyek Naturalisasi

28 Oktober 2017   16:44 Diperbarui: 28 Oktober 2017   17:31 2240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyerang Bali United FC tengah menjadi bahan perbincangan masyarakat bola tanah air. Pasalnya, tinggal selangkah lagi Sylviano Comvalius menyamai rekor gol abadi milik Peri Sandria, eks penyerang Mastrans Bandung Raya yang mencatatkan sebanyak 34 gol pada kompetisi Ligina 1994/95. Sampai pekan ke 32 Ia mencatatkan 33 gol, sementara itu GT Liga 1 masih menyisakan tiga laga terakhir. Artinya, kesempatan sangat terbuka lebar bagi Sylviano untuk melewati rekor gol yang telah berusia 22 tahun itu.

Pada malam 11 Februari 2013, penulis sempat berbincang dengan sang pemegang rekor gol abadi sepanjang masa, Peri Sandria. Banyak yang kami bicarakan, kami menghabiskan waktu semalam suntuk untuk membicarakan SEA Games Manilla, Mastrans Bandung Raya, Persib Bandung, Dejan Gluscevic, Sayur Asem, dan tentunya soal rekor gol abadi sepanjang masa yang Ia torehkan. Dalam artikel ini penulis hanya tertarik untuk menuangkan data mengenai rekor gol abadi.

Ia mengutarakan isi hatinya, jika dirinya begitu sedih karena sampai saat itu belum ada penyerang yang mampu menyamai gol nya dalam satu musim kompetisi, khususnya bagi penyerang lokal. "Kemanakah para penyerang tanah air?" Ia mengawali percakapan dengan sebuah pertanyaan setelah mengganti topik dari sayur asem ke rekor gol.

Terlebih lagi, klub-klub di kasta tertinggi sepakbola nasional dewasa ini selalu bertumpu pada kekuatan bomber asing. setelah nama Peri Sandria, bisa dihitung oleh jari berapa pemain lokal yang pernah menguasai daftar topskor. Nama seperti Bambang Pamungkas pernah sekali meraih golden foot dengan 24 gol di Ligina 1999/2000. 

Selanjutnya ada striker Persita Tangerang, Ilham Jaya Kusuma, Ia pernah dua kali mengkudeta daftar topskor pada Ligina 2002 dan 2004 dengan 26 gol dan 22 gol nya. Kemudian ada nama Boaz Solossa yang paling sering muncul di tangga teratas pencetak gol terbanyak. Terhitung Bochi (sapaan akrab Boaz) sudah tiga kali, 28 gol (ISL 2008/2009), 22 gol (ISL 2010/2011), 25 gol (ISL 2012/2013).

Dari data diatas, bisa kita tarik kesimpulan bahwa Indonesia krisis striker haus gol. Hanya ada tiga nama yang mengikuti jejak sang legenda Peri Sandria. Dengan catatan, raihan gol ketiga pemain tersebut masih terpaut jauh dari rekor gol milik Peri Sandria.34 gol. Dan bukan saja striker lokal yang tidak mampu menyamai rekol gol abadi itu melainkan juga bomber asing yang datang ke Indonesia. Sejauh ini, baru tiga nama asing yang hampir mendekati raihan 34 gol antara lain Dejan Gluscevic 30 gol (Ligina 1995/1996), Oscar Aravena 31 gol (Ligina 2003), dan Cristian Gonzales 32 gol (Ligina 2007).

Selebihnya dari jaman Ligina, ISL, sampai kompetisi saat ini striker yang memenangi golden foot hanya mampu menorehkan dua digit gol saja. Bahkan, saking gregetnya melihat pencapaian striker lokal, Peri Sandria sampai mengeluarkan propaganda: "Kalau ada striker lokal yang mampu melewati rekor 34 gol saya dalam satu musim kompetisi. Saya akan berikan sepatu emas yang saya dapat di Ligina 1994/95!",

Waktu terus bergulir, satu-satunya striker garang yang dimiliki Indonesia pun beranjak tua. Produktivitas Bochi bersama Persipura Jayapura menurun, Samsul Arif masih terlalu jauh dengan satu digit golnya. Nama asing kembali menguasai daftar pencetak gol di GT Liga 1. Sylviano Comvalius dan Peter Odemwinge. Namun, hanya Comvalius yang memiliki peluang terbuka untuk menyamai rekor gol Peri Sandria.

Seperti yang tertulis diatas, maraknya penggunaan striker asing menjadi salah satu penyebab mengapa striker lokal seolah-olah tenggelam. Padahal, dengan potensi yang ada Indonesia tidak kekurangan striker haus gol. Penulis pernah berharap kepada Ferdinan Sinaga untuk bisa menyamai rekor gol Peri Sandria. Ferdinan punya kengototan yang sama, skill menawan, dan juga insting gol yang tajam. Terbukti, sewaktu menjuarai ISL 2014 ia menjadi mesin gol Maung Bandung.

Selain Ferdinan dan Boaz, masih banyak talenta yang jika diberi kepercayaan dan kesempatan lebih, mereka akan menjadi striker garang di depan gawang. Lerby Eliandri, Samsul Arif Munip,Terens Owang Puhiri, Martinus Manewar, Osvaldo Haay, Yongki Ariwibowo, Sunarto, Feri Pahabol, dan masih banyak lagi yang lainnya. Bagaimana kita bisa dengan sangat mudah kehilangan talenta besar macam Samsir Alam, Yandi Sofyan, atau Muchlis Hadi Ning? Jawaban nya sederhana, karena mereka kurang dipercaya.

Klub lebih percaya dengan striker asing yang sama sekali belum pernah punya pengalaman di Indonesia ketimbang bomber lokal yang punya sedikit banyak pengalaman di kancah tertinggi sepakbola nasional. Ini sebuah hal yang miris. Masih teringat jelas bagaimana kasus yang dialami Marcus Bent, Belencoso, hingga Carlton Cole. Itu dampak daripada terlalu mengistimewakan legiun asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun