Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Memberi Respon Positif untuk Persija Jakarta yang Lebih Baik

14 April 2017   18:18 Diperbarui: 15 April 2017   12:00 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai warga yang masih terdaftar secara resmi di Dinas Kependudukan DKI Jakarta saya merasakan hari demi hari yang penuh harapan bagi Ibukota negara dalam beberapa bulan terakhir ini. Ya, janji manis yang awalnya disuarakan oleh tiga atau saat ini tersisa dua pasangan cagub-cawagub di Pilkada DKI itulah yang membuat harapan melihat DKI Jakarta lebih baik lagi kian melambung tinggi. Sebagaimana biasanya, kampanye selalu menjadi ajang adu program, visi-misi, dan tektek bengek lainnya. Kasarnya, tiap-tiap calon dan timses melakukan pencitraan di pelbagai tempat.

Persija Jakarta sebagai satu-satunya tim sepakbola asal Ibukota Jakarta tidak pernah absen dari agenda strategis berkampanye. Tujuannya adalah untuk mengambil hati The Jakmania, basis pendukung Persija, yang jumlahnya puluhan ribu. Tak bisa dipungkiri, sejak berakhirnya masa jabatan Bang Yos atau Sutiyoso sebagai Gubernur DKI Jakarta, hubungan antara Macan Kemayoran dengan Pemda DKI relatif renggang.

Kini, dalam nuansa politik yang masih membakar Jakarta, hubungan kurang baik itu mulai dibenahi. Rabu 5 April 2017 saat laga uji coba Timnas U-22 melawan Persija Jakarta di Stadion Patriot Bekasi digelar, nampak Sandaga Uno sebagai cawagub nomor urut tiga datang ke tribune VVIP saat pertengahan babak pertama, akan tetapi, pria yang akrab disapa Bang Sandi itu agaknya tidak benar-benar menikmati jalannya pertandingan, buktinya, baru saja babak kedua dimulai, Ia sudah bergegas meninggalkan Stadion.

Di kubu lawan, Djarot Saiful Hidayat tidak mau kalah mencari simpati yang sama. Cawagub DKI nomor urut dua itu manyambangi Bambang Pamungkas dan kolega di lapangan Banteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (11/4) sore. Sama seperti Sandiaga Uni, Djarot bercengkrama dengan skuad Persija Jakarta hanya sebentar.

Tentu dukungan moral sangat dibutuhkan skuad Macan Kemayoran beberapa hari jelang kick off Gojek Traveloka Liga 1 musim 2017. Apalagi, mereka seakan terusir dari tanahnya sendiri. Ismed Sofyan dan kolega terpaksa harus menjadi tim musafir di Kota Bekasi mengingat kondisi Stadion Utama Gelora Bung Karno sedang dalam renovasi. Markas cadangan seperti Stadion Lebak Bulus pun sudah rata dengan tanah. Tidak ada pilihan lain memang.

Disamping persoalan sarana dan prasarana, masalah strategi tim pun perlu diakui masih runyam. Setelah terseok-seok di kompetisi Indonesia Soccer Championship 2016/17, Persija masih belum menemukan jati dirinya. Peralihan tongkat estafet kepelatihan dari tangan Paulo Camargo, Mamak, hingga yang terkini Stefano ‘Teco’ Cugurra masih belum memberikan hasil positif.

Luis Carlos Junior, Ryuji Prabowo, Jefri Kurniawan, Rudi Widodo, Muhamad Hargianto, Sandi Sute, Arthur Irawan, hingga Rohit Chand adalah nama-nama baru yang bergabung di gembong kepelatihan Teco Cugurra musim ini. Selebihnya, manajemen masih mempercayakan kepada muka lama semisal Bambang Pamungkas, Ismed Sofyan, Amarzukih, Andritany Ardhiyasa, dan lainnya.

Keterpurukan Persija dibawah periode kepemimpinan Fery Paulus diharapkan segera usai dengan masuknya Gede Widiade, Persija GW adalah harapan baru, sama seperti janji manis yang para paslon tawarkan untuk Jakarta baru. Tidak ada salahnya memiliki harapan baru, namun perlunya keseimbangan antara program dengan fakta di lapangan. Jika ada yang menjanjikan pembangunan Stadion sekelas Old Trafford di Jakarta, bereskan saja dulu Stadion BMW yang hingga kini masih stagnan menjadi wacana.

Positifnya, Pilkada tak ubahnya hari raya idul fitri, semua dikembalikan ke titik nol, bersih, dan penuh harapan baru untuk menjalani hidup kedepan. Jika boleh memilih, saya ingin pilkada DKI dilakukan setiap bulan, Jakarta bisa terbebas dari kemacetan dan tentunya ada banyak harapan baru untuk tim sepakbola ibukota yang ditawarkan oleh para cagub-cawagub DKI. Rasa-rasanya, masa-masa itu (baca: kampanye) lebih sedap ketimbang setelah pelantikan jabatan.

Setelah propaganda ‘Jakarta Satu’ diproklamirkan beberapa tahun silam, Persija Jakarta di DKI masih belum bisa seperti Persib Bandung di Jawa Barat yang begitu di anak emaskan oleh Pemda dan Masyarakat bola. Jakarta Satu merupakan gerakan menyatukan sepakbola Jakarta yang saat itu terbelah oleh beberapa pihak atau klub yakni ada Persijatim Jakarta Timur, Persitara Jakarta Utara, dan Persija itu sendiri. Harapannya adalah tentu untuk menjadikan sepakbola Jakarta lebih kuat. Oleh karena itu, Persija Jakarta dipillih sebagai tim yang mendelegasikan Ibukota di kancah sepakbola nasional.

Namun, alih-alih di anak emaskan, akhir-akhir ini Persija Jakarta kerap mendapat perhatian yang kurang memuaskan khususnya dari PemdaDKI itu sendiri. Urusan markas bertanding saja masih jadi persoalan umum. Hemat saya, Jakarta Satu juga mengurangi tensi sepakbola di Ibukota. Ketiadaan Persijatim dan Persitara di kancah tertinggi mengurangi persaingan sengit yang sebelumnya tercipta dalam derbi-derbi sekota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun