Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

A Man From Klagen, Mencetak Gol dengan Selamat

12 Desember 2016   22:06 Diperbarui: 12 Desember 2016   22:36 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Detik-detik Hariono mencetak gol. Photo by Pikiran Rakyat.

Nyaris seluruh anak laki-laki dipinggiran kota Sidoarjo sering menghabiskan waktu sorenya di Lapangan Klagen, agaknya sepakbola sudah menjadi tradisi ditempat tersebut. Perlu diketahui Klagen merupakan nama sebuah kampung di Desa Wilayut, Sukodono, Sidoarjo. Letaknya di Barat Laut kota Sidoarjo, Klagen dikerumuni pesawahan. Tak heran jika mayoritas masyarakat disana bertani. Namun, sepakbola dijadikan sebagai alat pengubah nasib bagi anak-anak muda disana untuk tidak bergantung pada profesi petani yang dalam mindset mereka menjadi petani itu tidak sejahtera. Tak terkecuali dengan Hariono yang kini berstatus sebagai pemain nasional. Selain Hariono, lapangan standar perkampungan itu sejak jauh-jauh hari telah berkontribusi menciptakan pemain nasional berkualitas seperti Nurul Huda, Uston Nawawi, Lucky Wahyu, Arif Ariyanto, dan Rendi Irawan.

Saat ini yang masih eksis dikancah sepakbola nasional tidak lain adalah Hariono sendiri. Bahkan, ia bisa dibilang pria asal Klagen paling sukses pada dekade ini setelah Uston Nawawi pensiun dari sepakbola. Merintis karir bersama klub besar di kota kelahirannya, Deltras Sidoarjo. Dengan permainan khas gelandang pengangkut air tak serta merta membuatnya mudah masuk ke tim sekelas Persib Bandung. Rasa-rasanya kalau bukan melalui tangan eks pelatih Deltras Jaya Hartono yang pada tahun 2008 diangkat sebagai pelatih Persib, tidak mungkin Hariono bisa masuk begitu saja tanpa standarisasi yang kita ketahui bersama di Persib ‘jika ingin masuk klub ini syaratnya harus membela Tim Nasional terlebih dahulu’.

Sejak 2008 itu, ia kian memantaskan diri sebagai gelandang bertahan terbaik di Indonesia. Siapapun pelatih yang singgah di Persib, Hariono selalu menjadi pilihan utama dan dirasa cocok dengan skema pelatih manapun. Terlepas dari penampilan apik dan konsistennya Hariono pada masa-masa tersebut memiliki satu keganjilan yang tampaknya mengiringi karirnya yakni soal pundi-pundi golnya yang kering. Dihidupnya tak sepeser pun ia bisa menceploskan gol saat membela klubnya.

Sekalinya bikin gol di Tim Nasional Indonesia ia harus berdarah-darah, itu terjadi kala Timnas melakukan uji tanding mengalahkan Palestina dengan skor 4-1 di Stadion Manahan Solo, 22 Agustus 2011. Saat itu, Hariono mencetak gol pada menit 65. Namun sial, ia tidak sempat berselebrasi dan langsung ditandu keluar lapangan akibat berbenturan dengan pemain lawan. Gol yang terbilang ekstrem dalam prosesnya. Hariono dengan aksi nekadnya menyeruduk bola yang akan dihalau oleh kaki salah satu pemain Palestina saat itu.

Bagi Hariono mencetak gol merupakan sebuah pencapaian yang tak penting-penting amat. Rasa tidak penting itu bertahan selama 8 tahun lamanya di Persib Bandung. Ia setia kepada tupoksi (red: tugas pokok dan fungsinya) selama berbaju Maung Bandung. Membuang bola, menetralisir area tengah lapangan, menjadi penyambung aliran bola dari lini belakang ke depan, sekaligus memutus serangan lawan, singkatnya urusan bertahan adalah urusannya yang bisa dibereskan dengan baik olehnya. Saya sendiri sempat berprasangka, mungkin Hariono kapok bikin gol setelah kejadian di Timnas 2011 lalu. Sekalinya bikin gol celaka. Bisa jadi hal tersebut menjadi traumatis tersendiri bagi dirinya.

Namun, pada rabu sore yang dingin dibawah langit mendung Si Jalak Harupat Hariono mencetak sejarah baru sekaligus ‘mungkin’ menghilangkan rasa traumatisnya. Bukan karena ia ditugaskan untuk menggalang barikade pertahanan dengan Tony Sucipto di posisi center bek yang diketahui kemudian itu merupakan kali pertama ia ditempatkan sebagai seorang bek murni. Karena ia mencatatkan namanya di papan skor dan buku sejarah pribadinya. Laga yang berkesudahan dengan skor 6-2 itu kelewat dingin dan lebih terlihat sisi entertainment-nya mengingat tak ada lagi yang harus dikejar Maung Bandung di sisa-sisa laga TSC 2016 ini.

Semua berawal ketika Febri Bow menampilkan akselerasi tinggi di kotak penalti Perserui Serui sejurus kemudian ia dijatuhkan oleh Boiman Aime dan wasit menunjuk titik putih. Terpantau Tony Sucipto tengah mempersiapkan bola ditempat eksekusi, sedangkan kapten tim Atep tengah menjemput Hariono untuk bersedia mengeksekusi penalti tersebut diiringi oleh teriakan Bobotoh yang mengelu-elukan nama Hariono. Pemain nomor 24 itu terus berjalan menuju tempat eksekusi tanpa bisa menolak, itu permintaan Bobotoh dan harus segera dilaksanakan. Dengan wajah canggung ia menanti peluit dibunyikan.

Eksekusinya pelan tapi pasti mengarah tanggung diantara area kanan dan tengah kiper, selepas wasit mengesahkan gol tersebut rekan-rekannya menghampiri Hariono namun ia tetap dingin sedingin udara kota Bandung saat itu, Tony Sucipto menyambut gol itu dengan penuh penghormatan tak ubahnya gol spektakuler baru saja terjadi. Sebuah gol yang amat biasa-biasa saja jika eksekusi tersebut dilakukan oleh Vlado, Atep, ataupun pemain lainnya. namun dengan Hariono semua terasa begitu spesial, tak berlebihan. Karena itu sejarah baru bagi hidupnya di Bandung, sekalipun gol yang ia ciptakan tidak dibuat dalam laga resmi alias liga pemanasan jelang liga sesungguhnya dimusim depan bergulir.

Memang tidak ada selebrasi, entah itu karena ia memang masih menganggap mencetak gol itu tidak penting, atau dalam diam dan dinginnya itu terlontar doa dari seorang ‘A Man From Klagen’ yang berbunyi: Terimakasih Tuhan saya bisa mencetak gol dengan selamat!

Selesai..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun