Kecantikan dan daya tarik memiliki hubungan yang signifikan. namun cantik saja dirasa belum cukup, perlu dilihat variabel-variabel lain yang mendukung kecantikan tersebut terutama faktor kecantikan dari dalam. perumpamaan diatas hampir sama dengan indonesia, kurang cantik gimana lagi negara ini dimata investor, penduduk kita banyak, terbanyak nomor 4 didunia dibawah cina, india dan amerika.
Faktor kedua yang membuat negara kita cantik dimata investor ialah daya beli, daya beli masyarakat kita tergolong bagus, bapak suhariyanto (kepala badan pusat statistik) mengatakan daya beli masyarakat cukup baik ditahun 2019 ini, dibuktikan dengan inflasi inti sebesar 3,25% yang menunjukan daya beli masyarakat kita baik, faktor kecantikan berikutnya ialah perilaku membeli masyarakat indonesia yang tinggi. Â Namun kecantikan tersebut harus didukung faktor faktor lain, faktor ini yang sering menghambat majunya negara indonesia
Salah satu faktor yang membuat kurang jumlah pengusaha di indonesia ditinjau dari lingungan ekonomi yaitu faktor biaya modal. faktor memiliki hubungan dengan bunga acuan, dimana bunga acuan yang dikeluarkan bank sentral terbilang tinggi dibanding negara lain dikawasan asean. dengan suku bunga acuan sebesar 5,75% menempatkan indonesia diperingkat ke 3 dengan suku bunga acuan tertinggi, dibawah myanmar dan vietnam. angka 5,75% cukup tinggi dibanding malaysia dengan suku bunga acuan sebesar 3%,dan singapura dengan suku bunga 1,67% bahkan jauh dibanding thailand yang hanya sebesar 1,50%
Faktor berikutnya yang menghambat lahirnya pengusaha sukses di indonesia ialah tidak terlalu royalnya kita terhadap komitmen-komitmen kerjasama. perusahaan-perusahaan korea misalnya, mereka memiliki hubungan yang baik dari hulu ke hilir atau dalam ilmu strategik dikenal sebagai strategi jaring laba-laba, mereka memegang komitmen kerjasama.
Di indonesia sering terjadi dimana kerjasama terputus ditengah jalan dikarenakan tawaran yang lebih menarik dari pihak baru, sehingga mengakibatkan kerjasama dengan pihak yang terdahulu menjadi kurang baik dan akhirnya salah satu dari mereka tumbang. fenomena seperti ini mirip-mirip dengan konsep red strategi, dimana tidak memikirkan pihak lain dalam berbisnis, tidak mempedulikan apakah nantinya dapat membuat perusahaan lain gulung tikar atau mati, atau malah ingin mematikan perusahaan lain.
Ada strategi lain yang juga dikenal dalam ilmu strategic yakni blue ocean strategic. strategi ini bertolak belakang dengan red strategic, blue ocean  mengedepankan profesional brotherhood atau asas kekeluargaan dalam strategi bisnisnya. strategi ini sebenarnya sejalan dengan budaya kita, pertanyaannya mampukah kita menerapkan strategi lautan biru ini, apa yang harus dibenahi dan dari mana membenahi itu, karena sebenarnya kurikulum asas kekeluargaan sudah diberikan sejak bangku sekolah dasar, namun itu tidak diamalkan dan tidak terbawa hingga hingga besar, apakah agama sebagai sila tertinggi belum bisa teramalkan, karna seharusnya jika agama sudah teramalkan dengan baik, asas kekeluargaan (blue ocean strategic) akan lebih berkembang dibanding asas bunuh membunuh (red strategic). Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H