Mohon tunggu...
Gilang Fernando Putra
Gilang Fernando Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Arctic Monkeys

30 Oktober 2022   18:18 Diperbarui: 30 Oktober 2022   18:43 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Artic Monkeys, band yang tidak asing lagi bagi kalangan anak muda khususnya pecinta genre musik indie rock. Artic Monkeys merupakan grup musik rock asal Inggris, band ini juga dikenal dengan nama The Death Ramps. Dibentuk tahun 2022 di High Green, distrik Sheffield, Inggris. Band Artic Monkeys beranggotakan Alex Turner (vokal utama, gitar) Jamie Cook (rhythm gitar), Nick O'Malley (bass),  Matt Helders (drum.)

Rekaman debut mereka, sebuah EP berjudul Five Minutes with Arctic Monkeys, dirilis pada 2005. Setahun berselang, mereka melepas album penuh bertajuk Whatever People Say I Am, That's What I'm Not yang terinspirasi dari buku dan film Albert Finney, Saturday Night and Sunday Morning dengan sampul potret wajah seseorang bernama Chris McClure mengisap rokok. Sampul album ini sempat dikritik NHS (National Health Service) Skotlandia karena dianggap mengkampanyekan gerakan merokok.

Kesuksesan Whatever People Say I Am membawa mereka ke lampu sorot. Band yang mulanya sebatas tampil di pub-pub kecil di sekitar rumah kini main di panggung-panggung besar macam Glastonbury, Reading, Leeds, hingga mengadakan tur keliling Eropa dan Amerika. Namun, kesuksesan itu harus dibayar dengan keluarnya Nicholson. Ia kemudian digantikan Nick O'Malley yang bertahan sampai sekarang.

Bagi Arctic Monkeys, tak ada waktu untuk berleha-leha. Setelah sukses luar biasa lewat album debutnya, mereka langsung tancap gas dan merilis album kedua, Favourite Worst Nightmare yang sama-sama direspons dengan baik oleh pasar.

Musim semi 2008, mereka kembali ke dapur rekaman. Kali ini, pentolan Queens of the Stone Age, Josh Homme, diajak bekerjasama. Jadilah Humbug yang kental akan nuansa Cream, Jimi Hendrix, serta Nick Cave dengan lagu andalan, "Crying Lightning."

Humbug menjadi momentum kepindahan mereka dalam berproses kreatif. Mulai dari Humbug dan seterusnya, Arctic Monkeys merekam materi albumnya di Amerika; New York dan Los Angeles. Seperti halnya yang terjadi lewat Suck It See (2011, Los Angeles) serta AM (2013, New York).

Terlepas dari kualitas mereka meramu musik, kesuksesan Arctic Monkeys tak bisa dilepaskan dari bantuan internet. Arctic Monkeys adalah band yang mampu memanfaatkan perkembangan internet guna menyebarluaskan karya-karya mereka di awal karir.

 Semua bermula saat EP Five Minutes with Arctic Monkeys dirilis tanpa label rekaman. Mereka memanfaatkan forum musik daring seperti Drowned in Sound sampai MySpace untuk melebarkan sayap.

 Lewat jelajah media-media daring tersebut, Arctic Monkeys membebaskan lagu-lagu ciptaannya untuk diunduh. Dengan begitu, mereka mampu menjaring pengikut, serta menginformasikan jadwal dan tempat pertunjukan. Respons warganet meriah. Dari situ, terciptalah koneksi yang kuat antara Arctic Monkeys dan penggemarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun