Mohon tunggu...
GILANG 11
GILANG 11 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Peduli Bangsa

Tidak ada kata untuk terlambat dalam menuntut ilmu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenangan Bersama Guru Ngaji

30 Mei 2022   21:58 Diperbarui: 30 Mei 2022   22:00 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kenangan bersama guru ngaji sangatlah berharga apalagi sosok beliau yang ketika mengajarkan kepada muridnya-muridnya tentang membaca, menghafal, mengetahui hukum-hukum yang ada pada al-quran dan juga memberitahu kepada muridnya tentang hikmah membaca al-quran serta beliau tidak  mudah pantang menyerah. Yah, saya disini akan menceritakan tentang sosok guru ngaji saya.

Saya belajar iq'ro sejak kecil yang dimana saya belajar tentang huruf-huruf hijaiyah dari huruf pertama hingga huruf terakhir serta mempelajari bagaimana cara membacanya. Sejak kecil saya belajar iqro bersama seorang ibu, ibu tersebut seorang guru ngaji, yang bernama bu deis. Rumah ibu tersebut tidak jauh dari rumah saya sehingga ketika berangkat dan pulang tidak perlu di jemput. 

Saya belajar ngaji bersama ibu tersebut mulai dari sore hingga setelah shalat maghrib, saya shalat maghrib bersama keluarga ibu tersebut kemudian setelah shalat saya belajar iqro. Disitu saya belajar iqro bersama dengan teman masa kecil saya. Dirumah  juga saya belajar ngaji bersama orang tua saya. 

Waktu berganti waktu tahun berganti tahun dimana saya sudah hampir selesai belajar iqro dan ibu tersebut merekomendasikan untuk belajar al-quran. Tak lama kemudian saya mulai belajar al-quran tetapi dalam diri saya berkata "kok belajar al-quran makin sulit di banding belajar iqro" itu pikiran saya dalam hati (maklum masih kecil). Kemudian saya pindah tempat ngaji di sebuah yayasan. Awalnya saya di ajak oleh teman untuk belajar ngaji di yayasan tersebut sehingga saya pun ikut ajakan dia. 

Di yayasan tersebut saya belajar al-quran dan dimana di yayasan tersebut mengajarkan hukum-hukum tajwid dan hafalan. Di yayasan tersebut awalnya hanya sedikit murid yang ada lama-kelamaan murid yang ada di yayasan tersebut mulai bertambah. Berangkat ke yayasan tersebut mulai siang hingga sore bersama teman saya dan ketika sore menjelang maghrib saya shalat di mushola, ketika di mushola saya di suruh orang tua untuk belajar ngaji di mushola tersebut. Sehingga saya belajar ngaji di dua tempat yang pertama di yayasan dan yang kedua di mushola. 

Di yayasan belajar dari siang hingga sore dan di mushola dari maghrib hingga isya. Di yayasan saya menemukan banyak teman baru yang belum saya kenal dan hal-hal baru yang belum saya ketahui sehingga membuat saya mnejadi semangat untuk belajar. 

Pada suatu hari dimana guru ngaji yang ada di yayasan berkata "siapa yang bisa hafal juz 30 maka akan dapat kertas yang berisi nama-nama sifat allah" kertas tersebut berasal dari mesir karena guru ngaji saya kuliah di mesir sehingga ketika pulang beliau membawa oleh-oleh yaitu kertas yang berisi nama-nama sifat allah. Kemudian saya bersamangat untuk menghafal juz amma. 

Akhirnya saya pun mendapat kertas tersebut dan teman-teman saya juga mendapatkan. Waktu berganti waktu guru ngaji yang ada di yayasan tersebut mulai  bertambah sehingga saya belajar ngaji bersama beberapa guru ngaji. Guru ngaji saya bernama ust agus mutamsir. Ust ini berasal dari Palembang dan juga lulusan dari pondok darusalam gontor. 

Beliau juga lulusan dari universitas al-azhar mesir sama dengan guru ngaji yang saya sebutkan di atas beliau juga lulusan dari universitas al-azhar mesir dan juga lulusan dari pondok darusalam gontor. Saya belajar ngaji bersama ust agus tersebut ia mengajarkan tentang hukum-hukum tajwid dan juga beliau mengajarkan tentang adzan. 

Ust agus mutamsir ini beliau bisa meniru banyak adzan. Disitulah saya mulai belajar adzan. Ketika dimushola saya juga belajar ngaji bersama seorang ibu-ibu. Ibu ini juga mengajarkan tentang membaca alquran dengan pelan tanpa terburu-buru dan juga mengajarkan tentang panjang pendek membaca alquran. 

Tahun berganti tahun ketika saya berumur 12 tahun dan ingin bersekolah di jenjang yang lebih tinggi, yayasan tersebut memberikan brosur tentang pondok modern. Yang dimana yayasan tersebut mendirikan sebuah pondok, dan nama pondok tersebut ialah pondok modern syamsuddin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun