Lingkungan, mahasiswi Komunikasi Universitas Pertamina berkomitmen untuk menyairkan dampak positif penggunaan pembalut kain di kalangan mahasiswi yang sustainable. Mereka tidak hanya menjadi peserta, tetapi juga penggerak perubahan untuk meningkatkan kesadaran dan mengurangi jejak ekologis melalui penggunaan pembalut kain. Langkah tersebut merupakan respon dari inisiator terkait banyaknya sampah yang ditimbulkan oleh penggunaan pembalut sekali pakai yang masih menjadi habit masyarakat Indonesia.Â
(Jakarta, 4 Februari 2024) -- Berawal dari proyek mata kuliah Komunikasi Perubahan Iklim danLimbah dari pembalut sekali pakai yang terbuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) secara kontinu dapat memicu produksi gas metana, menyebabkan pencemaran lingkungan sekitar. Gas metana yang dihasilkan merupakan penyebab utama pemanasan global, berkontribusi pada perubahan iklim yang memiliki dampak holistik pada aktivitas sosial dan lingkungan. Bahan pembalut sekali pakai, yang kebanyakan terbuat dari bahan anorganik, memerlukan waktu dekomposisi yang sangat lama, berkisar antara 500 hingga 800 tahun, menyebabkan penumpukan residu dalam skala makro yang mengancam keberlanjutan ekosistem.
Langkah menuju solusi berkelanjutan terletak pada peningkatan kesadaran masyarakat mengenai dampak lingkungan dari pembalut sekali pakai dan pendorong peralihan ke alternatif yang ramah lingkungan, seperti pembalut kain. Dengan mengedukasi masyarakat tentang opsi yang lebih sustainable, kita dapat bersama-sama mengurangi beban lingkungan yang ditimbulkan oleh limbah pembalut sekali pakai.
Selaras dengan hal tersebut, mahasiswi Komunikasi Universitas Pertamina lakukan sosialisasi dan pendekatan kepada mahasiswi Universitas Pertamina untuk merubah habit penggunaan pembalut sekali pakai dengan pembalut kain. Program tersebut awal mulanya merupakan proyek mata kuliah Komunikasi Perubahan Iklim dan Lingkungan, namun melihat dampak lingkungan yang berkelanjutan, program tersebut akhirnya sustainable hingga sekarang.
"Program ini bisa dibilang merupakan proyek yang tidak disengaja, karena awal mulanya sebenarnya merupakan project ujian salah satu mata kuliah yaitu Komunikasi Perubahan Iklim dan Lingkungan, namun karena kami melihat manfaat yang begitu luar biasa pada akhirnya kita meneruskan project tersebut," tutur Ni Luh Made Yani salah satu inisiator yang menggerakan aksi tersebut.Â
Hingga bulan Februari 2024, lebih dari 30 mahasiswi telah untuk beralih menggunakan pembalut kain. Langkah-langkah ini diharapkan menciptakan gelombang kesadaran di kalangan mahasiswi lainnya, mendorong lebih banyak orang untuk beralih menggunakan pembalut lain yang berperan signifikan terhadap lingkungan. Selain itu, penggunaan pembalut kain turut mengurangi beban biaya pembelian pembalut hingga 50%. Keberhasilan ini dapat diatribusikan pada sifat pembalut kain yang dapat digunakan berulang setelah melalui proses pencucian.Â
"Jujur aku seneng banget bisa berpartisipasi di program ini. Sebenarnya dulu sempat pernah gunain pembalut kain karena lebih hemat dibandingkan dengan pembalut sekali pakai tapi sempat berhenti karena bingung beli dimana. Tapi ketika ada kegiatan ini aku merasa terbantu banget untuk dapetin pembalut kain, " ungkap bahagia Candra salah satu partisipasi program tersebut.Â
Penggunaan pembalut kain turut membantu menciptakan kesadaran akan pentingnya lingkungan yang sustainable di kalangan mahasiswi, menciptakan sebuah gerakan positif di kampus, memotivasi lebih banyak individu untuk ikut serta dalam praktik ramah lingkungan ini. Tidak hanya itu, peran mahasiswi dalam menerapkan kebiasaan berkelanjutan ini juga memberikan inspirasi bagi komunitas di sekitarnya. Melalui partisipasi aktif dalam upaya pelestarian lingkungan, mahasiswi tidak hanya menjadi kontributor dalam menjaga kebersihan, tetapi juga menjadi teladan bagi generasi mendatang. Dengan demikian, perguruan tinggi dapat menjadi wahana pembelajaran praktik berkelanjutan yang bermanfaat untuk mahasiswi dan masyarakat sekitarnya.
Program ini berlangsung secara teratur setiap dua minggu, bertujuan untuk mengubah sikap mahasiswi terhadap penggunaan pembalut sekali pakai. Harapannya, melalui kesinambungan program ini, semakin banyak mahasiswi yang terinspirasi untuk beralih menggunakan pembalut kain sebagai alternatif saat menghadapi masa menstruasi. Dengan memberikan kontinuitas pada kegiatan ini, diharapkan dapat memupuk kebiasaan sustainable yang berdampak positif pada lingkungan dan gaya hidup mahasiswi.
"Kami melaksanakan program ini dua minggu sekali di hari Kamis atau Jumat, untuk jadwal pastinya bisa di cek di Instagram kami di @wanitaindonesiapeduli_ dan kami informasikan bahwa pembalut kain yang kami bagikan gratis," tambah Yani yang ditemui pada Kamis (01/02/2024).Â
Kedepannya proyek tersebut akan melibatkan volunteer dan dosen untuk memberi arah dan pandangan yang lebih makro kepada mahasiswi. Melalui langkah konkret tersebut, terselip harapan akan timbulnya kesadaran yang lebih besar dari mahasiswi untuk beralih ke pembalut kain. Berperan pada kontribusi yang berkelanjutan yang menopang narasi harapan bagi masa depan lingkungan Indonesia yang lebih baik dari elemen terkecil.Â