Dulu, aku hanya anak udik desa yang hanya berpikir lulus sekolah, kerja, nikah dan melanjutkan hidup,
Dulu, saat aku kecil dan tumbuh bersama teman TK dan SDku, mencari keong dan biji jati untuk dijual merasa bahwa bekerja di pabrik dan berseragam itu sudah hebat luar biasa.
Sampai aku terpikir untuk menjadi "someone" dan bercita-cita masuk Universitas Indonesia, di Fakultas Ekonominya..
Sulit,, ya memang sulit! Aku tak langsung masuk setelah lulus dari SMK..
Namun setelah setahun berjuang belajar kembali di tengah pekerjaanku yang mulai dari office boy hingga hotelier aku jalani, Aku masuk juga tahun lalu, 2013
Genap setahun di sini, ya bahkan sebelum masuk sini, tepatnya 2011 saat mengikuti kompetisi ekonomi di UI aku sudah jatuh cinta pada kampus ini. Kampusnya hijau, kondusif dan diskusi-diskusi di sini begitu hidup. Hampir di setiap ujung selasar setiap fakultas semua bergema membicarakan bangsa. Ada yang bicara seninya, ada yang mengobrolkan politiknya, ada yang bersua tentang ekonominya, kesehatannya, sejarahnya bahkan sampai ada yang berbicara tentang bakteri spesies baru di salah satu pulau di Indonesia. Luar biasa Universitas Indonesia ini.. Betapa semua jiwa muda dipertemukan dengan para tua yang sudah makan garam samudra pengalaman ditiap-tiap bidangnya.
Universitas Indonesia memang bergerak maju, di tiap tahunnya selalu saja ada perbaikan. Namun, kini laju kemajuannya tak secepat dulu di era masa jayanya. Saat dimana bangsa tetangga pun berebut kursi di universitas ini. Apa ya? Mungkin telah banyak orang yang merasa puas dengan nama Universitas Indonesia yang setiap tahun selalu mendapat potensi terbaik bangsa ini. Aku orang desa, jadi yang kutau UI ini jika ibaratkan petani, lengah mengolah lahan DENGAN CARA TERBAIK karena merasa sudah menang di kualitas bibit dan dana dari tuan tanah (APBN) yang terbilang luar biasa banyak dan baik.
Dan yang paling membuat sedih, lama kelaman UI makin jauh dari masyarakat. Bahkan, mahasiswa tahun pertama tidak diperbolehkan mengadakan orientasi pembelajaran di luar kampus. Padahal, di awal menurutku harusnya mahasiswa baru tau bahwa mereka belajar nantinya selain untuk diri mereka sendiri, ilmunya juga untuk diaplikasikan dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Beruntung Fakultas Ekonomi memberikan perlindungan bagi program Social Act yang baru saja selesai, sebuah program yang mengajak semua Mahasiswa Baru FEUI 2014untuk hidup bersama penduduk desa pesisir, pelabuhan ratu! Nyatanya semua aman, hal yang dikhawatirkan tentang perpeloncoan tidak terjadi. Justru mereka jadi mengerti bahwa Indonesia itu luas, dan masih banyak masyarakat yang belum beruntung terperosok di galian dalam gelembung rasio gini.
Kini, transisi kepemimpinan juga sedang terjadi di kampus yang kucinta ini. Banyak sosok yang keren, namun juga tak kalah banyak sosok lama yang telah karatan bersama angkuhnya keribetan birokrasi UI. Namun, dari semua itu ada yang mengagetkanku adalah nama Rhenald Kasaly ada di sana.
Ya, dia salah satu dosen pertama yang aku tau namanya dan bertemu orangnya di UI. Kala kami pertama bertemu adalah saat launching buku kesekiannya yang berjudul Cracking Zone pada Februari 2011 dan aku minta tanda tangannya (dan juga tanda tangan Pak Hasnul Suhaimi/CEO XL) di kaosku. Itu saat aku masih SMK dan ada acara kompetisi ekonomi di FEUI. Namun, jauh beberapa tahun sebelumnya buku CHANGE, Re-CODE DNA nya telah bertemu denganku (dan juga merubah beberapa sisi hidupku). Sehingga total sudah 4-5 tahun aku stalk hal-hal tentang beliau.
Ya, beliau dulu juga merupakan ketua program Magister Manajemen UI, yang dikepemimpinannya MM-FEUI banyak mendapatkan program sponsor dari luar, karena integritas beliau sehingga secara fisik bangunan lebih nyaman guna belajar dan potensi mahasiswa jauh lebih berkembang. Banyak korporasi-korporasi besar yang terlibat masalah, ketika dibantu tangani oleh beliau bisa mulai beres. Bahkan, beliau menjadi pantia seleksi untuk pimpinan KPK! Keahlian Pak Rhenald membuat sesuatu yang mampet bisa moncer lagi memang sudah terbukti.
Eits, mungkin sudah ada yang mengernyitkan dahi, apakah UI akan dibawa menjadi ala korporasi yang profit oriented semata jika dipimpin beliau? Coba tengok saja program Rumah Perubahan yang monumental itu, yang menurutku telah menginspirasi banyak orang dalam program pemberdayaan masyarakat. Membuat orang sadar bahwa kepintaran bukan hanya di otak, tapi ada muscle memory yang juga harus dikembangkan. Ada sensitivitas yang harus dilatih, ada kepekaan terhadap kejadian-kejadian yang ternyata tak selalu mengikuti teorema statistika.
Dalam pengabdian di bidang pendidikan, tak perlu ditanya lagi. Dia salah satu pembicara paling mahal jika harus bicara terkait Manajemen, sudah menjadi tim ahli dan komisaris independen di banyak perusahaan besar. Namun, di sela kesibukannya yang padat itu beliau masih rutin mengajar kami di Fakultas Ekonomi. Mengajarkan tentang Pemasara sampai level hakekat, sangat tidak textbook (pengajaran textbook didelegasikan ke asisten dosen) dan selalu membuat kami tertantang dan banyak yang langsung bernenah jika salah.
Aku mengagumi beliau bukan karena selalu bertemu dalam keadaan beliau tertawa hahahihi dan seramah-ramahnya. Aku pernah dimarahi beliau di kelas karena kurang persiapan saat akan presentasi. Namun kemarahannya bukan kemarahan yang membuat panas hati. Kelompok kami kemudian diberi pencerahan bahwa kelakuan seperti itu akan membuat kami dan orang di sekitar kami susah di kemudian hari. Kelakuan yang pasif dan tidak mau pro aktif, padahal kian lama masalah makin kompleks.Tentang pemimpin itu harus mau seperti supir, yang HARUS TAU JALAN, harus TIDAK LENGAH, harus mau jika DAPAT KELUHAN, harus bisa bawa kendaran dengan BAIK namun SESUAI TARGET!