Mohon tunggu...
Gigih Kurniawan
Gigih Kurniawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Gigih Kurniawan, seorang yang sedang belajar menulis. Menulis untuk mengungkapkan gagasan dan idenya. Berharap apa yang ada diotaknya dapat memberikan manfaat bagi sesama sekecil apapun.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Yuk, "Belajar" dari Anak Kecil

25 Agustus 2014   02:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:40 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu sore hari, kakak perempuan saya beserta anak dan suaminya datang ke rumah. Seperti biasa diakhir pekan mereka menjenguk ibu bapak dan kebetulan saya juga lagi ada dirumah. Saat itu kebetulan saya baru membeli sebuah kamera baru. Saat ibu memberi tahu kalau saya baru membeli kamera baru, langsung saja kakak tanya dimana kamera itu *kepo banget* dan kami langsung jeprat jepret menggunakan kamera itu. Keponakan saya (anak kakak) itu masih berumur 3 tahunan dan sangat lucu. Karena kamera baru dan saya juga baru belajar fotografi, langsung saja saya berinisiatif untuk menjadikan keponakan saya itu sebagai model cilik hehe.

Singkat cerita keponakan saya tersebut sangat senang dan menikmati sekali sesi foto-foto ini. Saat kita melihat hasil foto diatas siapa sih yang gak seneng? Pastinya hati kita akan terbawa kepada kebahagian anak kecil tersebut. Dia bermain, lari kesana kesini dengan lepasnya membuat kita yang melihat ikut merasakan kegembiraan itu dan pastinya secara tidak langsung tanpa kita sadari mulut ini pastinya akan tersenyum melihatnya.

Pada malam hari saat saya melihat-lihat hasil foto “belajar” tadi, ada hal-hal yang terpikirkan. Betapa bahagianya anak kecil itu saat dia bermain. Ketulusan dan keihlasan anak itu dalam bermain itu yang tiba-tiba terpikirkan dalam benak saya. Entah kenapa saya berpikir apabila orang dewasa bisa meniru "perilaku" anak kecil itu *tentunya ketulusannya loo*, pasti dunia ini akan damai dan indah. Seorang anak kecil dimanapun itu hakekatnya adalah senang bermain dan itu sudah menjadi "pekerjaan"-nya. Saat dia bermain, kita bisa melihatnya sangat senang dan focus pada permainannya itu. Dia lakukan “pekerjaan”-nya itu dengan tulus dan ikhlas hingga kadang lupa waktu hehe. Begitu juga jika diberikan suatu tanggung jawab oleh orang tuanya, dia begitu amanah menjalankannya. Seorang anak kecil yang dengan kepolosannya *belum terpengaruh lingkungan negatif lhoo* selalu berkata jujur apabila ditanya dan apa adanya. Itulah sifat dasar dari seorang anak kecil, begitu polos dan tumbuh dan berkembang bergantung pada lingkungan dimana dia tinggal. Saya berpikir apabila orang dewasa saat ini sebagian besar meniru “perilaku” dari anak kecil tersebut pastinya damai sekali dunia ini :)

Kita hidup saat ini dizaman yang penuh dengan ketidakpercayaan. Fenomena pejabat yang menyalahgunakan amanah rakyat saat ini seperti rumput dimusim hujan. Peperangan dan kriminalitas juga banyak kita lihat, seperti Israel yang sering sekali melakukan agresinya ke gaza Palestina. Dan begitu banyak hal-hal lainnya yang jauh dari kata ketulusan, keihlasan, dan amanah. Ketulusan untuk memberi dan membantu sesama, keikhlasan untuk menerima apapun yang kita dapat, dan amanah terhadap kepercayaan yang diberikan kepada kita.

Move On Menuju Ketulusan

Ketulusan seakan menjadi sulit kita wujudkan saat ini. Kita sering kali melakukan suatu hal karena ada hal lain yang kita inginkan. Ya, berbagai godaan dari lingkungan yang banyak mempengaruhi kita seolah menjadikan kita terlena dengan kepentingan-kepentingan kita. Oleh karena itu, kita harus berubah saat ini juga, karena pada dasarkan dengan ketulusan kita akan mendapatkan keberkahan dari Allah. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang membantu memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi hajatnya, barang siapa yang melepaskan kesulitan seorang muslim maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat, dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Dengan ketulusan kita akan mendapat kebaikan dari Allah terkait urusan dan kebutuhan kita. Kadang kita tidak menyadari bahwa berbagai kemudahan yang kita dapatkan dalam urusan dunia kita berasal dari ketulusan kita dalam membantu dan menolong orang lain. Jadi jangan berpikir bahwa apabila kita membantu orang lain, kita berharap orang terebut membalas kebaikan kita, karena Allah maha tahu kapan saatnya kita ditolong dan melalui perantara siapa Allah menolong kita. Jadi stop membantu orang lain karena ingin dipuji dan karena kepentingan negatif kita.

Move On Menuju Keikhlasan dan Bersyukur

Kerelaan atau keikhlasan menjadi suatu kekuatan yang terbesar yang kita miliki pada diri ini. Erbe Sentanu dalam bukunya Kuantum Ikhlas juga mengatakan bahwa zona ikhlas merupakan sumber kekuatan terbesar manusia. Dengan ikhlas kita akan memiliki kekuatan yang luar biasa pada diri kita. Mas Erbe mencontohkan dengan sederhana apabila kita ditampar wajah kita mungkin luka memar wajah (baca: tubuh fisik) akan cepat pulih, tapi tidak dengan perasaan kita (baca: tubuh kuantum), sangat sulit untuk hilang meskipun sudah minta maaf. Itulah contoh "negatif" dari kekuatan kuantum kita. Apabila kekuatan kuantum itu positif maka pastinya akan menimbulkan dampak yang luar biasa. Keikhlasan merupakan zona tubuh kuantum kita, dan inilah titik “kesaktian” kita. Contoh "positif"-nya adalah coba rasakan ketika kita bilang YAKIN di mulut kita dengan di hati kita, pasti kekuatan yang luar biasa akan kita rasakan apabila kita bilang YAKIN di hati kita kan? Hal-hal seperti itulah yang perlu kita kembangkan agar hidup kita selalu bahagia. Seperti kata mas Erbe, kita harus lebih mengoptimalkan positive feeling dari pada positive thinking.

Ada seorang anak kecil dari keluarga tidak mampu. Dia tidak dapat melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi karena masalah biaya, untuk makan pun keluarganya harus berjuang susah payah. Karena ingin membantu keluarganya dia menjadi pengembala kambing milik tetangganya yang kaya raya. Puluhan kambing dia rawat setiap harinya dengan perasaan ikhlas karena demi menyokong kehidupan keluarganya. Ketika kambing sedang makan rumput dia selalu membaca buku, karena itulah hobinya dan keinginannya yang kuat untuk kuliah. Hal ini dia lakukan karena ingin sekali memiliki ilmu yang tinggi. Dia tidak mengeluh dengan keadaannya. Singkat cerita saat suatu siang, saat kambing-kambingnya sedang makan rumput, dia membaca buku di bawah pohon, dan sang pemilik kambing kebetulan ingin melihat dia bekerja. Saat sang pemilik itu melihat anak itu, dia merasa iba dan menghampirinya. Singkat cerita sang pemilik itu tiba-tiba menawarinya untuk kuliah ke perguruan tinggi. Sontak pemuda itu terkejut dan senang sekali dapat berita itu. Hal ini dilakukan karena sang pemilik kambing ingin mengembangkan bisnis kambingnya dan membutuhkan sarjana peternakan. Akhirnya dia bisa melanjutkan kuliahnya di jurusan peternakan universitas terbaik di daerahnya.

Begitulah dengan keikhlasan dan rasa syukur menerima keadaan dan mau berusaha terus untuk memperbaiki diri maka kita akan mendapatkan kenikmatan dari Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun