A. Sejarah Berdirinya Daulah Bani Umayyah
Proses terbentuknya daulah Bani Umayyah dimulai ketika terbunuhnya Ali bin Abi Thalib. Terbunuhnya Ali membuat para pengikut setia nya dan umat Islam membai'at Hasan bin Ali untuk diangkat menjadi khalifah pengganti Ali bin Abi Thalib. Pengangkatan Hasan ternyata tidak mendapatkan dukungan dari Bani Umayyah. Dalam hal ini kekuasaan terpecah menjadi dua, yaitu kekuasaan Muawiyah di Damaskus dan kekuasaan dari keluarga Ali (Hasan bin Ali) di Kufah.
Namun karna Hasan tidak memiliki ambisi untuk menjadi khalifah, maka Muawiyah memanfaatkan situasi ini supaya Hasan dapat menyerahkan kepemimpin Islam pada Muawiyah. Karna sifatnya yang lemah, Hasan pun memberikan posisi kepemimpinannya kepada Muawiyah dengan beberapa syarat, diantaranya:
- Muawiyah harus menyerahkan harta Baitulmal kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
- Tidak boleh lagi untuk melakukan cacian dan hinaan kepada Ali bin Abi Thalib dan keluarganya.
- Kepemilihan khalifah harus diserahkan kepada umat Islam.
- Muawiyah tidak boleh menarik sesuatu apapun dari penduduk Madinah, Hijaz, dan Irak.
Muawiyah menerima semua persyaratan tersebut. Dengan demikian, Muawiyah secara resmi dibai'at menjadi khalifah bagi seluruh umat Islam dan diberi gelar Amirul Mukminin.
Nama daulah ini diambil dari nama kakek buyutnya Muawiyah, yaitu Umayyah bin Abd Syam. Daulah Umayyah berkuasa selama 92 tahun, dari tahun 41 H sampai 132 H. Daulah Bani Umayyah dipimpin 14 orang khalifah. Khalifah pertama adalah Muawiyah bin Abu Sofyan dan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam.
B. Konflik Setelah Menerapkan Sistem Monarki
Masa Yazid bin Muawiyah
Konflik yang tejadi setelah kekhalifahan Muawiyah bin Abu sofyan karna pada masa akhir kekhalifahannya, Muawiyah bin Abu Sofyan mengangkat putra mahkota, yaitu Yazid bin Muawiyah. Keputusan tersebut mendapat banyak pertentangan dari umat Islam, Muawiyah dianggap telah melanggar janji yang dibuat oleh Hasan bin Ali. Tetapi Muawiyah tetap mengangkat Yazid bin Muawiyah sebagai putra mahkota, dengan alas an Muawiyah tidak ingi ada pertentangan dalam pemilihan khalifah selanjutnya.
Maka pada saat Yazid bin Muawiyah menjabat sebagai khalifah, terjadi banyak kerusuhan dan pemberontakan, diantaranya:
- Terjadinya perang karbala, penyebabnya adalah penduduk Kufah ingin membai'at Husein bin Ali untuk menjadi khalifah. Mendengar hal tersebut, Yazid bin Muawiyah mengirim pasukan yang dipimpin oleh Ubaidillah bin Yazid untuk mencegat Husein menjadi khalifah. Pada saat peperangan antara pasukan Ubaidillah yang berjumlah 4000 orang dan pasukan Husein 200 orang, Husein terbunuh dan semenjak saat itu dikenal dengan peristiwa Karbala.
- Umat Islam Madinah tidak mengakui kekhalifahannya Yazid, karna sebab itu Yazid mengirim pasukan yang dipimpin oleh Uqbah Al-Murri ke Madinah, untuk membuat para penduduk Madinah mau mengakui kekhalifahan Yazid bin Muawiyah.
- Penduduk Makkah tidak mengakui Yazid, lalu membai'at Abdullah bin Zubair sebagai khalifah disana. Yazid pun mengirim panglimanya, yaitu Muslim bin Uqbah untuk menguasai kota Makkah. Tetapi Muslim bin Uqbah meninggal saat di pertengahan, kemudian digantikan oleh Husein bin Namir. Husein bin Namir berhasil menguasai kota Makkah dengan menyebabkan kehancuran pada ka'bah.
Pada saat penyerangan kota Makkah Yazid meninggal lalu digantikan oleh Muawiyah bin Yazid, namun Muawiyah II hanya dapat memerintah selama 3 bulan, karena sakit-sakitan dan tidak mampu memerintah, Muawiyah II mengundurkan diri lalu digantikan oleh Marwan bin Hakam untuk meneruskan kekhalifahan. Pada pergantian ini, silsilah pemerintah bani Umayyah berpindah dari silsilah Abu Sofyan beralih kepada keturunan Al-Hakam bin Umayyah.
Masa Marwan bin Hakam