Sejak kedatangan saya pertama kali di Sumbawa yang hampir genap setahun, Sumbawa banyak memberikan keindahan alam dan sambutan hangat masyarakatnya. Saya yang gemar melangkah jauh dari rumah merasakan betapa pesona geografisnya yang masih jarang dijamah banyak orang sungguh luar biasa. Akan tetapi kedatangan saya di Sumbawa bukan semata-mata untuk plesir melainkan berkerja, mencari uang dengan modal mengandalkan ilmu musik yang seadanya. Selain itu, sejauh ini tentunya saya juga masih harus lebih beradaptasi terkait kebudayaan dan cara pandang masyarakat terhadap sesuatunya.
Salah satu yang menjadi perhatian saya selain alamnya adalah seni. Sebagai lulusan magister seni yang belum ‘ada apa-apanya’, memang merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari studi saya mengenai estetika khususnya music. Sebab bagaimana saya bisa diberi tanggung jawab mengajar jika saya sendiri tidak mengenal terlebih memahami praktik musik di Sumbawa. Singkat cerita saja, sejauh ini, kalau boleh saya jujur perkembangan music di Sumbawa masih memiliki minat yang sedikit dari masyarakat yang memang menetap di sini. Bahkan ada perbedaan sedikit kontras jika dibanding tetangganya, Lombok.
Minimnya minat berdampak pada pertumbuhan musik di Sumbawa yang terkesan biasa saja. Hal tersebut jadi memungkinkan pandangan terhadap praktik bermusiknya yang masih sebatas band-bandan atau “jrang-jreng”. Padahal masih ada music tradisional, meski masih harus dikembangkan dan dipelajari lebih jauh. Sangat disayangakan apabila keragaman hayati yang dimiliki Sumbawa tidak berbanding lurus dengan tumbuh kembangnya musik di sini. Mungkin, bisa jadi, motivasi berdirinya prodi musik di Sumbawa ini adalah merangsang pertumbuhan musik di Sumbawa.
Saya mengajar tepatnya di prodi musik yang belum lama bergabung di Universitas Teknologi Sumbawa. Di situ saya secara tidak langusng banyak mengamati situasi hubungan masyarakat dengan musik. Dari beberapa perkuliahan yang dilewati, tampaknya prodi musik ini memiliki beban yang tak sedikit jika harus menghadapi persoalan minat musik yang minim dan akses yang terbatas.
Saya tak ingin membandingkan dengan kampus di Jawa di mana minat musik mahasiswanya sudah tumbuh sejak mereka sekolah, karena tidak akan ada habisnya. Sederhananya anggaplah hal ini adalah persoalan tersendiri dan tantangan tiap-tiap kampus yang baru berdiri. Syukurnya melalui kegiatan kampus, saya melihat ada kesempatan dan celah untuk menyuburkan musik di Sumbawa.
Kemarin belum lama, melalui program Merdeka belajar, saya yang ditunjuk sebagai pengampu program tersebut terlibat dalam mengarahkan mahasiswa menerapkan perkuliahan di sekolah menengah. Saya dan beberapa mahasiswa dua disiplin yakni musik dan informatika kebagian tugas di SMKN 1 Sumbawa. Membaca situasi sebelumnya terkait situasi musik di pulau ini, hal yang tepat untuk menanamkan minat music adalah dari usia dini yakni dari mereka bersekolah. Dengan begitu tumbuhnya kesadaran musikalitas akan semakin tinggi jika dimulai lebih awal.
DOKTRIN MUSIK DAN TEKNOLOGI
Jika menggunakan termonologi Yunani, kata teknologi berasal dari techne yakni keterampilan menghasilkan sesuatu entah itu dari tangan langsung ataupun alat. Namun pandangan masyarakat hari ini, teknologi selalu dikaitkan dengan sesuatu yang sophisticated atau yang bernuansa komputasi dan robotik, berbeda dengan Yunani yang mulanya menyematkan kata teknologi terhadap penciptaan karya seni. Di luar kesimpangsiurannya, jalan tengah yang ditawarkan untuk memahaminya adalah kebermanfaatan teknologi itu sendiri yakni sebagai kecakapan untuk mempermudah urusan manusia di kehidupannya.
Kita sekarang berhadapan dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, mulai dari zaman mesin uap, mesin hingga internet seperti yang kita rasakan saat ini. Beberapa pandangan meyakini, yang akan kita hadapi di hari esok adalah dunia A.I atau Artificial Intelligence. Maka persiapan dengan hal yang bertaut dengan komputasi menjadi keharusan dalam Pendidikan. Kembali ke pembahasan sebelumnya, Sumbawa yang memiliki tantangan musik tersendiri juga harus mempersiapkan diri dalam mengikuti arus perkembangan teknologi masa depan sejak dini.
Berdasarkan latar belakang masalah demikian, dalam program merdeka belajar terbesit gagasan untuk mengarahkan siswa dalam pengajaran musik koding. Sebuah kesempatan yang terbaik untuk menanamkan ide musical dan teknologi sekaligus. Saya hanya mengarahkan, mahasiswalah yang bergerak mengeksekusi dan mengembangkan ide tersebut kepada siswa SMK sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Mereka bergerak kolaboratif dari dua disiplin yakni music dan informatika dalam pembelajaran siswa.
Musik koding sebagai gagasan tersebut hanyalah salah satu dari domain musik yang begitu luas. Entah itu secara kebetulan atau tidak, gagasan tersebut dirasa merupakan langkah tepat sebagai pendekatan awal memahami musik dan teknologi. Selain itu, saya berharap dengan dilakukannya hal tersebut kedepannya akan tumbuh minat music yang beragam, bahkan lebih jauh akan segera tumbuh gagasan-gagasan baru dalam dunia music yang tentunya lebih relevan dalam situasi kebudayaan di Sumbawa.