Bagi seorang antropologist budaya, pasti sosok seorang Lady Gaga adalah sosok yang menarik. Sebab ia lain daripada star-star lain yang berani tampil mendobrak kemapanan budaya. Penampilannya dianggap orang urakan, nyeleneh, mengundang kontroversial luar biasa di seluruh dunia. Ia dibayangkan sebagai duta setan di dunia. Setan yang mampu mengajak dan menghipnotis penontonnya menuju dunia lain, dunia setan. Lirik lagunya, musiknya, dan penampilannya yang berthema setan, sudah membawanya pada pembenaran isyu bahwa ia adalah pemuja setan melalui ritual penyembahan menggunakan darah. Berita yang dapat ditelusuri, nyatanya ritual penyembahan setan dengan darah adalah blackmail yang dilakukan oleh asitennya Jennifer O’Neill http://www.mtv.nl/nieuws/lady-gaga-beschuldigd-van-satanisme/
Ditambah lagi dengan penampilannya yang vulgar seksual menambah lekat lagi stempel setan baginya.
Bukan hanya di Indonesia oleh masyarakat Islam – Lady Gaga ditolak, namun dari banyak negara di Asia lainnya baik dari kelompok agama Kristen, maupun agama Budha.
Pendek kata ia menjadi sebuah icon dari sebuah cunter culture masyarakat moderen yang penuh intrik politik, power agama, dan ekonomi. Ia bergerak dalam sebuah seni musik yang membawa gaya beda dari budaya yang mapan, yang membawanya pada reaksi penolakan dari kelompok yang mempertahankan budaya mapan, tentang norma, tentang adat, bahkan tentang agama.
Apa itu counter culture?
Counter culture adalah sebuah subculture (norma, maupun perilaku) yang ditampilkan oleh seseorang atau sebuah kelompok yang bertentangan dengan mainstream culture. Tujuannya adalah menentang kemapanan yang kaku bahkan sering dianggapnya hypokrit, mereka menginginkan perubahan menuju sebuah norma dan perilaku baru yang lebih bisa diterima oleh generasi yang lebih muda. Agar terjadi perubahan tata nilai dengan cepat, seringkali counter culture menunjukkan perilaku ekstrim yang justru menyulut terjadi bentrok dengan bukan saja pemegang wewenang norma, adat, agama, namun juga berbenturan dengan pengatur pemerintahan. Tidak jarang kelompok counter culture ditangkapi dan “dibina” karena dianggap sebagai bentuk masalah sosial dan keberandalan remaja dan dewasa muda. Sering orang juga sampai melupakan apa pesan yang sesungguhnya dari kelompok counter culture ini. Yang jelas sudah membawa dinamika culture dan perubahan tata nilai.
Sepanjang sejarah hidup manusia, counter culture pasti selalu ada. Jika tahun 1960-an kita bisa melihat ada bentuk counter culture yang dicetuskan oleh generasi muda Inggris dengan menamakan diri Flower Power Generation dengan ciri khas baju jorok rambut gondrong, dengan motonya love – peace and not war, dengan lagu-lagunya yang didendangkan oleh The Beatles. Maka pada tahun periode berikutnya kita bisa melihat ada bentuk baru lagi yaitu punk rock, juga bergulat dengan musik namun berpakaian penuh dengan metal berambut landak. Generasi Flower Power Generation lebih kepada perilaku bebas – pesta – back to the nature – dan narkoba. Punk Rock musik-musiknya menggambarkan kebebasan, kemanusiaan, keterhimpitan, dan pembebasan dari pengekangan. Punk rock music yang berpenampilan mulai dari agak sedikit sopan macam kelompok Flower Power Generation, sampai yang skin head beranting-anting dan pearcing, sampai baju acakadut rambut landak tak pernah dicuci.
Beberapa tahun lalu kita mulai dihadiri dengan sebuah bentuk counter culture baru, kali ini thema nya simbol-simbol peradaban kuno seperti yang biasa dipelajari oleh Freemason. Misalnya piramida dengan seeing eyes, cara salamannya, altar dan lantai kuil Solomo, bahkan illuminati serta setan lucifer dongeng hoax yang ditempelkan ke Freemason oleh Leo Taxil. Tapi ini belum seberapa, sekalipun menimbulkan persepsi bahwa mereka Yahudi Zionist…
Yang justru sangat kontroversial saat ini adalah penampilan Lady Gaga dengan thema-thema setan, agama, dan seks. Sebagai misal Bad Romance, klipnya tentang bad romance penuh intrik tampilan antara seks, agama, setan, kematian dan horor. Adanya teknologi media digital, tampilan menjadi semakin kompleks sebagaimana yang ditampilkan oleh Michael Jackson. Tak pelak, Lady Gaga saat ini menjadi icon counter culture baru yang dipionirinya, tampil seronok yang sudah membawa isyu horor occultisme dan satanisme hingga orang menjadi ketakutan.... sekalipun sebetulnya hanyalah sandiwara panggung seperti halnya dengan thema Blood Sacrifice yang membawanya tertuduh melakukan ritual penyembahan setan dengan darah. Sekalipun sandiwara belaka namun toh sudah mendorong orang-orang di beberapa negara Asia berdemo menolak kedatangannya. Takut pada setan Lady Gaga dengan poker face nya.... yang telah dianggap menghina agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H