Mohon tunggu...
gifaritaufani
gifaritaufani Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa, Penulis, Pujangga, Konten Kreator

Ghiffari Taufani adalah seorang mahasiswa fakultas bahasa Arab di LIPIA, Jakarta, berasal dari kota Cianjur dan kini sudah menikah. Dia pernah beberapa kali mengikuti lomba cerpen dan artikel. Dia tergabung di komunitas penulis FLP cabang Cianjur. Sudah pernah menerbitkan 4 buku secara mandiri dan sering menulis opini-opini dan puisi. Kini dia mulai membuat konten sederhana di akun Instagramnya berisikan pikiran-pikirannya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

3 Puisi Tentang Hakikat Cinta yang Membuatmu Terpukau

4 Juli 2024   17:59 Diperbarui: 4 Juli 2024   18:17 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Siapa yang tak kenal cinta? Sebuah perasaan yang menjangkiti setiap orang dengan kadar yang berbeda. Bahkan seorang bayi pun sudah memiliki cinta akan ibunya. Namun, di masa pemuda ini, cinta seperti hal baru yang berbeda dengan apa yang dahulu sudah ada, seperti perasaan yang belum pernah datang dan tiba-tiba hadir seiring bertambahnya usia. Cinta bagaikan pisau, pandai bermain tak akan membunuh, bodoh bermain akan melukainya. Cinta dijadikan permainan bagi sebagian orang, untuk menikmati syahwat sesaat pada seseorang yang dipandang baik baginya dan cocok untuknya.


Cinta terkadang membunuh, lihatlah orang yang mabuk cinta sering lupa pada siapa seharusnya dia tuju. Ibunya jarang ditelpon bahkan tak disapa, tapi kekasihnya ditanya kabar setiap saat. Ya, cinta membunuh hati orang yang seharusnya dicintai lebih utama. Cinta itu menyakitkan, bahkan banyak orang yang mati karena tak menerima kepergian cintanya.


Sebenarnya tak ada yang salah pada cinta, cinta adalah fitrah yang datang dari Allah, akan tetapi manusialah yang bertanggung-jawab mengaturnya, kepada siapa dia harus mencinta.
Aku mengqiyaskan ketulusan cinta dengan hubungan antara ibu dan anak. Cinta yang tulus adalah cinta yang tak tergantung pada wajah dan harta, karena wajah akan fana dan harta akan habis, akan tetapi cinta yang tulus adalah cinta yang benar-benar hadir dari hati yang bersih, akibat dari cinta yang tulus adalah menikmati proses susah mudahnya hidup tanpa mempedulikan waktu, tidakkah kau tak akan menerima kepergian ibumu dan berkata betapa cepatnya waktu pergi? Maka seperti itulah cinta yang tulus, tak akan terasa meskipun telah lama bersatu.


Cinta itu selalu berharap menjadi sempurna dan manusia tak bisa mengaku-ngaku kesempurnaan, bahkan bagi yang dia cintai pun dia hanya bisa menjadi dirinya apa adanya, tak bisa memaksakan diri untuk menjadi yang kekasihnya mau. Sayang, manusia terlalu lena terhadap kecintaan abadi pada Tuhan, dia mengejar cinta palu yang tak berujung bagaikan kapal diombang-ambing oleh ombak di laut luas, manusia mencintai orang yang membawanya untuk melupakan tuhannya, maksiat yang dibumbui cinta serasa lebih enak untuk dijadikan dalil pembenaran atas kesalahannya. Allah menetapkan cinta pada diri manusia untuk menciptakan kedamaian, tapi betapa banyak orang bertengkar karena cinta, terlebih cinta dunia dan kuasa yang mengakibatkan perang yang membunuh jutaan orang sekaligus mencabut cinta dari hati mereka.


Perkara cinta tak akan ada habisnya, bahkan hingga manusia putus asa dalam mencernanya, ringkasnya cinta ada dua: cinta dari Allah dan cinta dari setan, kau mampu membedakan dengan hati yang bersih tanpa campur tangan jiwa yang membawa pada dosa.


Dan inilah 3 puisi tetang cinta yang mendalam dan bermakna:

1. Manis Cinta itu Pahit

Sudah banyak korban berjatuhan
Di bawah pangkuan cinta manusia menuhan
Mata pun gelap mati pun lenyap
Siksa yang dinikmati, ialah
Cinta dibalut api setan yang membakar

Sudah sakit jiwa cinta merasuki
Hadirkan rindu candu paku
Yang melubangi hati rapuh
Bunga-bunga pun hiasi

R.I.P cinta, halalkan
Aku puas dengan pahitnya manismu
Aku bosan dengan halusinasimu
Fatamorgana yang menyihir mataku 

2. Menyelami Lubuk Hati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun