Mohon tunggu...
GIFAR FAJARSIDIQ
GIFAR FAJARSIDIQ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, nama saya Gifar Fajar Sidiq, seorang Mahasiswa hukum yang masih memikirkan apa sebenarnya hakikat hukum dan bagaimana penerapanya dalam melahirkan kesejahteraan dalam keadilan pada dinamika kehidupan masyarakat. Salam Hangat, Gifar Fajar Sidiq

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Romantisme Manusia Membangun Kerajaan di Tanah Demokrasi

6 Juni 2024   23:49 Diperbarui: 6 Juni 2024   23:59 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pengulangan peristiwa terjadi dikala seorang bapak meginginkan orang-orang yang dicintainya mendapatkan apa yang menjadi citanya. Terkadang cinta membuat buta dan benar saja pepatah itu terjadi di tanah demokrasi. Dengan kacamata sipil biasa dapat melihat suatu peristiwa sama namun di lapangan dan aktor yang berbeda. Melihat suatu peristiwa dari sudut pandang yang baik itu harus. Akan tetapi banyak kebetulan yang kebetulanya seperti di rencanakan oleh nenek moyang yang mahir akan formasi perang. Dengan hadirnya peristiwa itu timbul banyak perdebatan liar terjadi .orang yang setuju berargumen tegas bahwa itu berlaku  untuk semua bukan hanya untuk yang di cinta. Tapi nyatanya memang itu untuk yang dicinta. Banyak kita melihat orang berilmu menyembunyikan kebenaran yang di ketahuinya melalui hipotesa keilmuanya hanya untuk mendapatkan sebagian wilayah kerajaan di tanah demokrasi itu.

Seorang bapak berusaha sekuat tenaga yang di miliki dan kekuasaan yang di miliki untuk lancarnya orang yang di cinta bersama membangun kerajaan . Masyarakat juga dipaksa untuk percaya bahwa itu untuk kepentingan semua melauli pasukanya. Namun ternyata itu hanya pernyataan cinta seorang bapak kepada orang yang dicinta dengan mengubah berbagai hal yang seharusnya tidak diubahnya. Mereka sangat belajar dari permainan sebelumya sehingga mereka memindahkan permainanya di lapangan lain. Dahulu kala seorang bapak berkata "tidak mungkin anak saya melakukan itu" tapi setelah melihat permainanya berlangsung dengan khidmat perkataanya berubah "tugas seorang ayah adalah mendungkung niat baik anak"

Keserakahan manusia mendatangkan kehancuran. Semua yang sadar harus berjuang sesuai porsi dan formasinya. Berani bukan sebuah hakikat keberanian tapi hakikat tanggung jawab atas kualitas pemikiran di tengan kekeliruan pemikiran seorang bapak menghalalkan berbagai kemampuanya untuk menyusun sesuatu untuk orang yang di cinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun