Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teroris Layar Kaca

23 Januari 2016   21:41 Diperbarui: 23 Januari 2016   22:12 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Waspadai bibit terorisme di layar kaca. (Sumber gambar tv: Knowabouttechnology.wordpress.com)"][/caption]

Menurut KBBI, teror adalah usaha menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau golongan. Praktik atau aksinya disebut teror, sedangkan pelakunya disebut teroris.

Umumnya, terorisme dilakukan untuk kepentingan politik, baik politik tingkat rendah, sedang, maupun tinggi. Anehnya, teroris atau pelaku teror tak pernah diberi label politisi. Tentu karena yang beraksi di barisan depan hanya pion-pionnya, sementara "pecatur" alias politisinya mengatur dari tepi meja. Teroris aslinya tak pernah turun ke lapangan. Jika pionnya hilang, dia akan mencari lagi yang lain. Bahkan, jika papan caturnya rusak, si teroris yang politisi ini tak segan untuk berganti papan lain. Apa pun akan dilakukan, asalkan maksudnya tercapai, termasuk menipu pion-pionnya.

Cara merekrut dan menipu pion-pion pun bermacam-macam. Bisa melalui tulisan di media online, selebaran maupun buku-buku gelap. Bisa juga melalui perkumpulan rahasia yang acaranya cuci otak dan doktrinasi. Apa pun caranya, sasaran utamanya adalah orang-orang yang sedang galau, marah, sakit hati, atau bingung. Dan untuk menjamin kaderisasi pion-pion sepanjang masa, memastikan selalu ada kegalauan-kemarahan-sakit hati-dan kebingungan di antara masyarakat; para teroris yang sesungguhnya pun memasang dan menjalankan berbagai prosedur dan aksi terselubung dan sistematis. Salah satu contohnya adalah dengan menggunakan medium layar kaca alias layar gelas atau televisi.

Ada banyak aspek kepribadian masyarakat/bangsa yang secara sistematis sengaja dirusak oleh para teroris melalui tontonan di televisi. Berikut beberapa di antaranya.

1. Kampanye Seks bebas / Perzinahan

Tontonan semacam ini didominasi oleh berita (atau gosip) tentang pasangan selebriti yang belum menikah, tetapi liburan bersama ke suatu tempat. Yang namanya pasangan kekasih liburan bersama, sepertinya tak mungkin sewa kamar sendiri-sendiri. Apalagi pasangan yang sebelumnya pernah berumah tangga (karena sepertinya tak mungkin liburan didampingi orangtuanya masing-masing).

Para remaja akan jadi galau. Karena jika seks bebas dipamerkan selebriti di televisi tanpa ada teguran dari masyarakat maupun komisi penyiaran, berarti boleh dipraktikkan juga oleh mereka dong, dong? Jadi, pacaran model sekarang diarahkan oleh teroris dengan media televisi untuk otomatis sepaket dengan seks. Iya, seks bebas, para selebriti itu duta-dutanya.

Memang, tak semua selebriti begitu. Tak semuanya diliput media, tak semuanya ketahuan awak media. Sebagian memang masih punya harga diri sehingga tidak mengundang awak media untuk meliput mereka di tempat "liburan berdua" hanya demi menjaga kepopuleran di tangga gosip. Sekali lagi, memang tidak semua artis berperan sebagai duta seks bebas. Namun, peribahasa "karena nila setitik, rusak susu sebelanga" tak bisa dipakai dalam hal ini. Karena susu sebelanga tidak bisa dianggap nila setitik, apalagi senantiasa dipamerkan dan diumbar dalam setiap penampilan.

2.         Kampanye Kekerasan

Berita kriminal di televisi secara sengaja mengabarkan kekerasan. Bahkan, semua stasiun televisi seakan berlomba menyajikan deskripsi paling detail dalam setiap liputannya. Jika berita pembunuhan, maka akan dijelaskan kronologinya. Sebagian masyarakat akan merasa ngeri, sebagian yang lain akan mulai membiasakan diri, sementara sebagian lagi yang lain merasa diberi ide dan diajari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun