Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Resi Wijendra dan Berkah Puasa

17 Juni 2016   19:58 Diperbarui: 17 Juni 2016   20:08 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: absfreepic.com

Wijendra adalah seorang resi di wilayah sebuah kerajaan kuno di bagian timur pulau Jawa. Pada masa itu kerajaan diperintah oleh seorang raja yang sakti, jujur, dan religius. Kehidupan rakyatnya makmur aman sentosa, guyub rukun dan apik toleransinya. Yang beragama ya beragama, yang tidak mau beragama ya dibiarkan semaunya, yang penting tidak merusak atau mengganggu ketenteraman warga lainnya.

Para guru di kerajaan itu lebih banyak mengajarkan kebijaksanaan daripada mengajarkan hubungan dengan Tuhan. Karena kebijaksanaan cenderung menghasilkan ketenteraman dan perdamaian, sementara pengetahuan tentang hubungan dengan Tuhan bisa membawa perpecahan dan peperangan hanya karena perbedaan penafsiran. Wijendra adalah salah satu di antara para guru di situ. Bahkan, bukan hanya guru, Wijendra sudah menyandang predikat mahaguru meski masih bujangan dan relatif muda. Namun, tentu saja sebagai manusia biasa, sang mahaguru pun tak sempurna. Kadang bisa bokek karena kurang lihai mengatur uangnya. Seperti hari ini. Untuk kesekian kalinya Wijendra mengalami zero cash dalam hidupnya, sementara barang-barang konsumsi harian sama sekali tak tersisa sebagai persediaan di rumahnya.

Wijendra pun terpaksa meminjam uang pada seorang temannya. Wijendra berjanji akan mengembalikannya sebelum matahari terbenam hari itu juga. Janji itu spontan dia nyatakan karena tampaknya sang teman kurang menaruh kepercayaan. Gawat kalau sampai tak dapat pinjaman. Kelaparan seharian bukan pilihan yang menyenangkan.

Namun, ternyata sampai lewat waktu bayang-bayang sepanjang badan, Wijendra belum juga mendapat uang untuk membayar utang. Saking takut-nya melanggar janji, akhirnya dengan kesaktiannya ia hentikan gerak matahari. Hal ini dia lakukan setelah mendapat petunjuk gaib dari Sang Pencipta. Jadi bukan sembarangan atau semaunya. Maka waktu terang matahari pun seakan abadi adanya. Untuk sementara, Sang Wijendra lega berleha-leha.

Sementara itu, di istana, sang Raja yang sedang berpuasa tengah menanti saat berbuka. Berbagai  hidangan yang menggugah selera sudah dipersiapkan. Tapi sekian lama menanti, matahari tak juga tenggelam ke peraduannya. Sang raja pun menahan gusar karena cacing-cacing di perutnya sudah berteriak mengabarkan rasa lapar. Kenapa waktu senja tak datang-datang juga, keluhnya. Tenggorokannya makin kering, sementara aroma hidangan buah-buah segar di sasana andrawinaistananya seakan melambai terus kepadanya. Imannya goyah, mendekati keruntuhan.

Tak berapa lama kemudian astronom istana datang melaporkan bahwa gerak relatif matahari terhadap bumi terhenti secara misterius. Matahari seakan terbelenggu rantai raksasa tak kasat mata di angkasa. Tak bisa diramalkan berapa lama lagi waktu senja akan menjelang.

Whuaaa.. sang Raja stress berat. Makin lama tubuhnya makin lemas saja. Wajahnya makin pucat. Semangatnya menipis, nyaris putus asa. Tapi puasa itu harus diselesaikannya. Itu wangsit yang diterimanya. Ia harus menyelesaikan puasanya dengan sempurna jika ingin kerajaannya makmur dan rakyatnya sejahtera.

Akhirnya sang Raja membuat sayembara: "barangsiapa bisa membebaskan matahari seperti sediakala akan diberi hadiah besar sepantasnya".

Sayembara disebarkan hingga ke pelosok negeri hingga akhirnya sampai juga ke telinga Resi Wijendra. Ibarat menebar racun, ia sendiri pula yang punya penawarnya. Ia yakin petunjuk gaib dari sang Pencipta ada hikmahnya. Berangkatlah ia ke istana untuk mengikuti sayembara itu. Tak lupa diajaknya teman yang meminjaminya uang. Dan akhirnya dengan kesaktiannya ia bebaskan lagi matahari beredar seperti biasanya. Wijendra memenangkan sayembara, hadiahnya lebih dari cukup untuk membayar utangnya.

Wijendra sangat lega, ia merasa mendapat berkah dari orang yang berpuasa, yaitu rajanya sendiri. Janjinya bayar utang sebelum senja tiba dapat ditepati, dan ia pun masih punya sisa harta hadiah yang bisa digunakannya nanti. { Jangan buat foya-foya ya, Jend}

Semoga saja tak ada Wijendra-Wijendra lain di masa kini. Bisa runyam puasa kami nanti. Karena yang disandera matahari, kunci bagi hampir semua ibadah kami.

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun