Secara mereka punya nalar, semua orang bisa saja merasa benar. Makanya adu argumen kudu sabar. Jangan sampai kontrol diri jadi pudar. Meski tanggapan orang bikin kita gusar. Gak usah punya keinginan noyor, bawa saja ke ranah humor. Sakit hati bisa mengakibatkan tumor, dan dunia pun serasa selebar daun kelor. Ah, cukup dululah ini pembukaan ngidul-ngalor.
Sedang hangat berita mobnas RI ala Malaysia. Hampir semua netizen urun kata urun bicara. Sebagian optimis, sebagian lagi pesimis, sebagian lagi asal ceriwis, sebagian lagi tak menggubris.
Tersebut sebuah merek yang katanya dipilih jadi tandem, yaitu PROTON. Katanya bakal membuatkan sedan, empivi, maupun wagon. Tapi, banyak yang berpikir buruk tentangnya. Yang dianggap merampas hak ESEMKA, jumlah peminatnya yang tak seberapa, maupun cara kongsi yang "semena-mena".
Dengar kata "Malaysia" saja, sudah negatif mikirnya. Apalagi Proton yang sedang dibidik asalnya dari sana, makin buruk saja anggapannya. Pokoknya mereka menganggap Proton itu negatif..tif..tif‼ Setiap muncul istilah Proton, mereka langsung merapat-merubung dan memvonisnya NEGATIF. Padahal, kalau secara anak sekolah, anggapan semacam itu bukti nyata: kemalasan berpikir, ketidaktaatan pada guru, serta manifestasi kemalasan belajar mereka. Bukankah sejak zaman Einstein puber dulu itu proton tak pernah negatif??
Proton merupakan bagian inti atom yang bermuatan positif. Partikel-partikel yang merubunginya itu justru yang bermuatan negatif. Mereka adalah ELEKtron-ELEKtron. Orang Jawa bilang "jenenge wae elek, pantes yen negatip kelakuane" [namanya saja jELEK, pantas kalau 'kelakuannya' negatif].
Jadi, walau bagaimanapun juga, proton itu tetap positif. Yang negatif itu elektron yang mengelilinginya, tapi tak mampu menyentuhnya. Kalau mau berdekatan dengannya, mending NETRON saja namanya. Lebih safe. Supaya para ELEKtron tak mampu mengganggu dengan muatan negatifnya yang kadang overdosis. Apalagi ini tentang benda logam, elektronnya terkenal kebangeten 'reaktifnya', terutama elektron valensinya. So, kaum yang terlalu reaktif menyikapi kabar pers dan reaksinya selalu negatif itu ibarat meneladani elektron valensi atom metal, pribadi yang cocok buat dialiri setrum listrik atau jadi elemen kompor. Secara sains mereka disebut konduktor, tetapi secara politis (bisa jadi) mereka dianggap provokator. Gak perlu tersinggung. Provokator itu beda-beda tipis dengan motivator.
Ya sudah, happy valency... deh  (ga usah nunggu tanggal 14)
--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H