Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kemana Saja Itu Ramalan tentang Presiden RI ke-7?

26 Februari 2015   20:11 Diperbarui: 13 September 2015   17:49 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bukan apa atau bagaimana kata tanyanya, melainkan kemana. Karena ramalan-ramalan itu memang sudah ada mewarnai situasi panas pilpres Indonesia tercinta. Bukan berarti "ogah move on" jika saya kembali membahas tentangnya, melainkan sekadar memotret perilaku bangsa yang cenderung "pelupa".
Ramalan pertama adalah soal syarat akhiran nama "NO-TO-NO-GO-RO" bagi presiden RI. Ramalan semacam ini sebenarnya sudah terpatahkan (obsolete) sejak presiden ketiga, B.J. Habibi. Namun, sebagian masyarakat tetap nekad mempertahankan dan bahkan memakainya setiap masa pilpres untuk kepentingan golongannya. Dan, masih saja banyak yang percaya. Satu bukti bahwa hal yang sebenarnya tak valid pun bisa jadi senjata politik, terutama di tengah masyarakat yang benaknya malas menelisik.
Bagaimana dianggap valid jika faktanya BI, DUR, dan TI atau RI bisa masuk kategori? Boleh saja berspekulasi bahwa "NO-TO-NO-GO-RO" itu versi maskulin. Versi femininnya "NI-TI-NI-GI-RI". Boleh saja. Tapi BI dan DUR tetap tidak masuk bidikan ramalan. Secara sains, jika ralatnya  lebih dari 10%, berarti praktikum atau bahkan dasar teorinya yang tidak valid. So, forget it!
Ternyata,  teori evolusi juga berlaku pada ramalan. Karena akhiran nama tak lagi valid, berevolusilah ramalan tersebut menjadi beberapa penafsiran. Salah satunya menyatakan bahwa "jika nama presiden RI tidak berakhiran "NO atau TO" maka akan terjadi GORO-GORO (huru-hara dan bencana besar). Namun varian ramalan ini pun terbukti tak layak dipegang. Karena di awal bertahtanya satrio boyong yang namanya berakhiran "NO" terjadi bencana nasional tsunami besar. Paling tidak, terbukti bahwa akhiran "NO atau TO" bukan jaminan amannya negeri dari goro-goro.
Ada lagi ramalan bahwa presiden ketujuh adalah "ratu tanpa makutha" atau ada yang menuliskan "makutha tan ratu". Wajarnya ramalan Jawa yang ditafsirkan bukan oleh orang yang paham, jadinya bermacam-macam. Salah satunya menafsirkan bahwa presiden ketujuh adalah pria yang tidak beristri (tan ratu diartikan tak punya ratu dan ratu diartikan istri raja). Padahal, dalam bahasa Jawa, ratu itu sama artinya dengan raja, tipenya maskulin. Yang menafsirkan pasti rancu dengan bahasa Melayu. Tak mengherankan jika "King without crown" diartikan "King without queen", mestinya pemimpin yang merakyat ditafsirkan sebagai ikhwan tanpa akhwat.
Apapun itu, presiden RI ketujuh telah ada dan berwujud nyata. Definitif istilahnya. Maka peramal-peramal yang  dulu telah itu mestinya sekarang jangan dipercaya. Tertawakan saja kalau mereka melansir ramalan-ramalan baru. Lebih baik Anda percaya saya saja. Ramalan saya terbukti benar adanya.
Yang saya tahu, hampir semua ramalan berlandaskan ramalan lain dan analisis bla..bla..bla yang sedemikian tinggi filosofisnya hingga penafsirnya sendiri terkesan justru tak paham artinya. Tapi saya tidak demikian. Dengan analisis sederhana yang anak SD aja tahu, saya pernah meramalkan presiden ketujuh secara numerologi dan solmisasi sekaligus.
Berbekal suku kata terakhir nama, Prabowo Subianto menghasilkan TO, Hatta Rajasa menghasilkan SA. Hasilnya TO-SA. Secara bunyi kata, ini memang simbol ekonomi kerakyatan. Triseda kendaraan niaga. Sangat bagus filosofinya, tetapi sayangnya tidak berhubungan dengan clue tentang presiden ketujuh.
Sekarang pasangan calon satunya. Joko Widodo menghasilkan "DO", Jusuf Kalla menghasilkan "LA". Hasilnya "DO-LA". Secara solmisasi, DO disimbolkan dengan angka 1, sementara LA disimbolkan dengan angka 6. Jika ditambahkan DO + LA = 1 + 6 = 7. Cucok, khan?
Kebenaran memang seharusnya sederhana......
--

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun