Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Jalan Berlubang, Provokator yang Sengaja Dibiarkan?

15 Februari 2014   19:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:48 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1392441595581720970

Masyarakat luas tentu frustrasi dengan banyaknya jalan berlubang di mana-mana. Jalan raya bak sungai surut air yang tak layak dilalui kendaraan berisi manusia. Tiap kendaraan berusaha mencari bagian paling rata untuk menapakinya. Akibatnya, jatah jalur bagi kendaraan dari arah berlawanan terpaksa diserobot sambil melaju kencang-kencang. Aksi semacam itu tak jarang menghasilkan pelototan mata yang tak enak dilihat atau makian kotor yang tak enak didengar. Masih untung tak terjadi keributan antarpengguna jalan atau bahkan kecelakaan akibat rebutan "jalur termulus" di antara permukaan yang bopeng-bopeng. Singkatnya, jalan yang berlubang berpotensi besar untuk menjadi provokator pertikaian antarpengguna jalan.

Celakanya, kondisi jalan semacam itu (sering) tidak dipedulikan penanggungjawabnya selama berbulan-bulan. Memangnya pajak kendaraan yang kita bayarkan itu raib ke mana? Dikorupsi siapa?

Mestinya dinas PU (atau pihak/instansi yg bertanggungjawab) punya stok material instan penambal jalan. Material itu bisa berupa kotak-kotak beton bertulang (sebut saja "kripik beton") dengan ukuran tertentu (bervariasi panjang, lebar, serta ketebalannya) sesuai ukuran lubang jalan yang akan ditambal. Lubang selebar satu jengkal, tambal saja dengan kripik beton seukuran satu jengkal. Tentu saja diusahakan serapih mungkin. Lebih baik lagi jika penambalan dilakukan sebelum lubang yang terjadi terlalu dalam. Tapi ini hanya sementara, sebelum perbaikan resminya turun dananya (*huft...). Jika nantinya tetap harus aspal yang digunakan, kripik-kripik beton itu bisa dilepas lagi dan disimpan di gudang untuk nantinya digunakan lagi.

Jika dalam kesehatan dikenal istilah Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K), di bidang perawatan jalan mestinya ada Pertolongan Pertama pada Jalan Berlubang (P3JB). Jika kotak P3K berisi obat luka, perban dan selotip, maka gudang P3JB berisi  kotak-kotak beton berbagai ukuran, semen, pasir, cangkul, gancu, bor, serta kendaraan pengangkut.

Jalan aspal yang berlubang besar, jauh lebih membahayakan daripada jalan tanah berbatu yang rata. So, mengapa harus menunggu aspal dulu? Mengapa harus menunggu disetujuinya proyek? Mengapa harus menunggu pembuatan proposal? Atau memang jalan rusak sengaja dibiarkan? Nantinya kelak akan ditambal aspal murahan yang sebulan kemudian akan kembali mengelupas dan kembali menjadi poin kerjaan yang dananya bisa diusulkan?

Jika ada tersedia kotak-kotak beton instan penambal jalan, jalan berlubang bisa ditambal dengan segera. Meski sedikit kurang nyaman dilihat, paling tidak,  pengguna jalan lebih aman melewatinya. Biaya pembuatan kripik-kripik beton itu tidaklah terlalu mahal dibandingkan keselamatan pengguna jalan yang notabene sudah membayar pajak pada negara.

[caption id="attachment_312141" align="aligncenter" width="300" caption="Penambalan Lubang Jalan [© gienS"]"][/caption]

Keterangan Gambar:


  1. Pada suatu hari ada lubang di jalan.
  2. Lubang dibentuk persegi, kedalamannya disesuaikan dengan ukuran stok "kripik beton"
  3. Kripik beton dipasang rata dengan jalan, tepinya disemen sedikit aja. Kalau tak mau pakai semen, bisa dipilih/dibuat kripik beton yang bagian bawahnya berpaku besi sehingga bisa langsung dipakukan dengan bantuan bor.

***

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun