Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Duh, Pidato Pak Beye

3 November 2016   15:06 Diperbarui: 3 November 2016   15:11 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tanggal 2 November ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudoyono mengungkapkan kemarahannya dengan cara berpidato di kediamannya. Semua orang paham itu ekspresi kemarahan yang ditahan-tahan.

Sebelumnya, mungkin banyak yang mengharapkan pidatonya akan menjadi salah satu pendukung solusi peredam tensi suasana menjelang rencana demonstrasi besar-besaran 4 November. Karena bagaimanapun juga beliau pernah jadi presiden di republik ini. Namun, sejak detik pertama mengamati gestur yang tersaji di layar kaca, harapan semacam itu sepertinya berlebihan. Karena hampir mustahil mengharap kata bijak keluar dari insan yang suasana hatinya didominasi kemarahan. Kalau menenangkan dir isaja belum berhasil, bagaimana bisa menenangkan orang lain?

Dan memang, setelah memberikan "nasihat-nasihat" kepada pemerintah dengan nada geram, Pak SBY mulai mengungkapkan isi hatinya yang terdalam. Dari ketersinggungan karena merasa pihaknya dituduh macam-macam oleh "info intelijen" yang tak akurat hingga klarifikasi atas berbagai pemberitaan (tentang pribadi beliau) yang dirasa menyesatkan. Hanya saja ada sedikit kontradiksi, kalau di awal Pak SBY menegaskan asas equality before the law dalam kasus tuduhan penistaan agama, maka belakangan beliau justru menyatakan ketersinggungan pribadi saat menceritakan kejaksaan agung ingin bertemu dengannya. Kan katanya equality before the law?

Apapun itu, isi pidatonya tidak elok untuk dibahas berkepanjangan karena cenderung bersudut pandang pribadi yang sedang sakit hati (pada pemerintah). Karena ada masalah yang lebih besar untuk dicermati. Di saat kondisi ibukota "terancam" demonstrasi besar-besaran, ikut berpolemik dan menyiarkan kemarahan bukanlah sikap dewasa seorang negarawan. Karena berpotensi memperburuk keadaan. Maka rakyat pun tak bisa disalahkan jika kemudian menganggapnya mengail di air keruh. Pak Beye yang sabar yaa..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun