Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Atasi Wabah Demam Berdarah, Menteri Kesehatan Gandeng "Peri Laut"

1 Februari 2015   13:26 Diperbarui: 13 September 2015   17:47 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14227465061283497034

Syahdan Menteri Kesehatan tengah sibuk menerima laporan wabah demam berdarah di berbagai tempat di negeri ini. Wabah di beberapa daerah terpaksa dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa alias KLB. Ia merenung, perasaan cara-cara mencegah dan menanggulangi ancaman wabah demam berdarah sudah diberitakan sejak ia kecil, tetapi tetap saja wabah itu terulang setiap masa.

Sang menteri mulai terjangkiti "virus kontoversi" yang dipopulerkan Menteri Perikanan dan Kelautan (Menteri Peri-Laut). Paling tidak ia harus membuat gebrakan baru yang lebih efektif daripada sebelumnya, kalau bisa sedikit kontroversial. Namun ide gila tak kunjung menyapanya. Maka mulailah sang Menkes menjalin komunikasi intensif dengan menteri Peri Laut. Tanpa basa-basi, Menkes menanyakan apakah sang Peri Laut punya ide untuk menaklukan wabah demam berdarah.

Sambil tertawa serak -serak merdu ala January Christy, sang Peri Laut berkata, "Anda tidak salah bertanya pada saya. Secepatnya saya akan bantu!"
Sang Menkes masih belum paham lalu bertanya, "Membantu gimana, Mbakyu?"
"Itu, selain semprotan asap yang bikin pusing nyamuk dan hewan lainnya itu, adakan pembasmian jentik-jentik, tapi jangan lagi pake abate!"
"Lah, terus pake apa?"
"Pake pasukanku, dong!"
"Siapa?"
"Wah, gimana sih. Aku punya pasukan ikan. Aku bisa suruh itu ikan-ikan untuk makan semua jentik nyamuk. Beres. Nanti aku koordinir pegawai-pegawaiku untuk membagikan ikan-ikan pemakan jentik pada penduduk."
"Kan sama saja kalau dikasih abate, Mbakyu?"

"Woi, beda lah. Abate itu membunuh jentik, tapi kalau memang bener dipake. Penduduk biasanya malas meski tinggal naburin aja ke sumur atawa bak mandi. Apalagi itu himbauan menguras bak mandi 3 hari sekali.. wah.. dari 10 orang, bisa jadi 8 yang melanggar. Akhirnya ya itu, jentik tetap tumbuh menjadi nyamuk. Kan mending mereka kita beri ikan, yah semacam ikan sepat gitu untuk dilepas di bak mandi atau sumurnya. Kalaupun banyak jentik, tak sampai 5 menit itu jentik sudah pindah ke perut ikan!"

Sang Menkes manggut-manggut. Sudah terbayang di benaknya bagaimana repotnya program pembagian ikan sepat. Belum lagi kalau ikannya justru digoreng buat lauk oleh penduduk.

Si Peri Laut sepertinya paham pikiran sang Menkes. Ia pun berkata, "Sudah, gak usah dipikir repotnyya, kita jalankan saja. Manfaatnya jauh lebih besar daripada repotnya!"

"Tapi kan banyak juga selokan-selokan tempat nyamuk berkembang biak, bukan hanya di bak mandi atau sumur, Mbakyu?"

"Lah, iya. Aku gak bilang gak ada. Yang jelas, program sepatisasi ini nantinya menyelesaikan masalah jentik nyamuk di bak mandi dan sumur penduduk. Kalau yang di selokan, bisa dikirim pasukan lele junior atau ikan cupang, betok, atau yang lain yang tahan air keruh!"

Maka dicanangkanlah oleh sang Menkes program sepatisasi masyarakat, lelenisasi dan cupangisasi selokan. Semua penduduk memelihara ikan sepat di sumur dan di bak mandi mereka. Sepat yang di bak mandi hanya "dikaryakan" 3 hari sekali, selain waktu tersebut sepat diistirahatkan di akuarium berwujud toples. Di mana-mana, hampir setiap parit dan selokan terlihat ramai beriak karena ada lele mungil, cupang, atau ikan betok yang patroli di dalamnya. Nyamuk-nyamuk aedes aegepty frustrasi meneruskan generasi, makin lama makin sedikit dan akhirnya lenyap ditelan waktu, dan wabah pun berlalu.

[caption id="attachment_366776" align="aligncenter" width="300" caption="Sepat, salah satu jenis ikan pemakan jentik nyamuk (id.wikipedia.org)"][/caption]

Si Peri Laut itu bukan tidak mendapatkan benefit apapun dari bantuannya pada Menkes itu. Dengan memberi ide sekaligus bantuan, ia justru mendapat ide baru yang cukup kontroversial. Ia berencana menebar benih ikan sebanyak-banyaknya di sungai, danau, maupun parit besar di seluruh negeri. Ia ingin seluruh rakyat bisa panen ikan dengan caranya masing-masing, bisa makan ikan sesering mungkin, tambah cerdas hingga tak mempan hasutan manusia-manusia sakit hati akut pemonopoli (klaim) kecerdasan dan kebenaran. Tapi ada syaratnya. Penangkapan ikan tidak boleh dilakukan dengan alat yang mengancam kelestarian. Setrum, potas, tuba, dilarang keras. Jika ketahuan melanggar akan diledakkan di tempat! Alatnya yang diledakkan... pake mercon cabe rawit uba rampe nikahan Betawi.
Selamat Pagi....‼
---

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun