[caption caption="Andy Williams [wptschedule.org]"][/caption]
Love Story merupakan judul lagu pertama dalam album bertajuk sama milik Andy Williams penyanyi pop Amerika. Lagu itu dirilis pada 3 Februari 1971 [wikipedia]. Lagu Love Story kadang direpresentasikan dengan isi baris pertamanya, yaitu "Where Do I Begin".
Baris pertamanya itu, kalau ditulis sebagai judul memang terlihat biasa, tetapi jika ditulis dalam bentuk kalimat, barulah terlihat uniknya,
               Where do I begin
Huruf "I" kapital di tengah kalimat itu yang menarik, selain kata begin-nya. Pronomina yang ditulis dengan huruf kapital meski bukan di awal kalimat pastinya menunjukkan adanya penghargaan yang luar biasa. Mestinya hanya berlaku bagi orang dengan ego yang luar biasa atau … Tuhan. Memang ada cerita 'biasa' tentang asal mula kapitalnya pronomina itu, tapi saya punya perspektif "ala kamera drone", maksudnya bebas menyorot semaunya dari arah mana.
Kalau dihubungkan dengan Tuhan, kata begin-nya sendiri otomatis mengandung arti the beginning of everything. Sementara kata "where" yang dipilih dan bukannya "when" mengindikasikan bahwa tempat (dunia atau ruang) lebih dulu ada (diciptakan) daripada waktu. {Dan alam kekal pun dapat dipahami sebagai alam dengan ketiadaan variabel waktu, di mana semua hukum fisika gayut waktu tidak/belum berlaku.}
Sekarang kita amati lengkap tiga baris pertama lagu Love Story-nya.
–
Where do I begin
To tell the story of how great a love can be
The sweet love story that is older than the sea
-
Kuncinya di baris ketiga,Â
kisah cinta yang lebih tua daripada lautan itu
Luar biasa, bukan?
Kisah cinta apa/siapa yang lebih tua daripada lautan?
Bukankah lautan lebih dulu diciptakan daripada kehidupan?
Bukankah saat itu hanya ada DIA?
Dan berarti kisah Cinta = kisah DIA
Maka Cinta = DIA.
Itulah kesimpulan versi Love Story, sekarang kita ulas versi Rumi. Jalaluddin Rumi atau Rumi adalah seorang penyair sufi. Ia lahir di Balkh atau Afganistan kini. Rumi terkenal dengan pendiriannya. Bahwa memahami dunia hanya dimungkinkan lewat cinta. Bahwa cintalah yang akan membuat kita memahami dunia, bukan dunia yang akan membuat kita memahami cinta, maka cintailah Cinta.