Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jokowi Bukan Metallica Lagi

30 Juli 2021   20:03 Diperbarui: 30 Juli 2021   20:33 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: www.discogs.com

Sekian tahun lalu di masa-masa kata "pencitraan" memenuhi ruang media sosial tanah air, Joko Widodo alias Jokowi dikenal atau tercitrakan sebagai tokoh penggemar musik metal. Hingga menjadi gubernur DKI Jakarta dan presiden Republik Indonesia. Salah satu grup band favoritnya adalah Metallica, tapi banyak yang masih tak mau percaya. Mereka tetap menganggapnya pencitraan belaka.

Namun, yang dituduh pencitraan diam saja. Gemar musik metal bukan berarti harus temperamental. Keras hati bukan berarti harus reaktif membela diri. Ada hal lain yang dianggap lebih penting. Kerja..kerja..kerja membangun negeri, menjaga  negeri, memeratakan keadilan, merawat kebhinekaan; tak ada yang lebih penting dari itu. Fokus pada tujuan, nggak masalah kalaupun terus dicaci dan disalahkan. Disebut koppig juga tak apa-apa. Pokoknya "never care for that they do, never care for what the know" seperti dalam "Nothing Else Matters"-nya Metallica.

Tapi itu dulu. Saat benteng-benteng di kanan kirinya baru selesai fondasinya saja. Sekarang dinding bentengnya sudah menjelma. Percaturan politik mulai terlihat nyata variannya. Jokowi bukan lagi Metallica langgamnya. Sekarang sudah menjelma  Helloween. Sejak dilantik 20 Oktober 2019 itu. Ritme, tempo, dan filosofinya mulai terlihat pergeserannya. Lebih keras dan tegas. Itu terwakili oleh sebuah lagu milik Helloween yang berjudul "Kings will be Kings".

Hampir seluruh syair lagu itu mencerminkan kondisi yang dialami. Klop dengan kondisi akhir-akhir ini. Sayangnya, tidak mungkin Jokowi menyanyikannya sendiri. Tak apa. Penggemar burung tak harus bisa terbang, penggemar ikan koi tak harus betah menyelam berjam-jam. Penggemar musik tak harus bisa main orkestra, penggemar lagu tak harus bisa menyanyikannya.

Meski sebenarnya asyik dan cukup mengusik jika kita tafsirkan keseluruhan liriknya, tapi akan terlalu lama menuliskannya. Terlalu banyak tulisannya. Oleh karenanya, saya kutip sebagian reff-nya saja.

"Kings will be kings

Pawns will be pawns ..."

Artinya, para raja tetaplah raja; para pion tetaplah pion. Ini sebuah penegasan yang levelnya core of the core. Ini soal main catur. Bisa saja percaturan politik. Karena di atas tadi sudah disebut benteng-bentengnya. Baru saja disebut raja dan pionnya. Ratu (queen/ ster) itu istri raja, jadi tak usah dibahas lagi. Yang menarik dicermati adalah kuda dan menterinya. Agak kurang lazim kalau posisi menteri diisi kuda. Karena cara jalannya beda. Para menteri harus lurus jalannya, kuda boleh melompat-lompat semaunya. Tapi eksistensinya di situ masih logis. Meski menduduki posisi menteri, kuda masih termasuk anggota perwira di atas papan catur. Tidak seperti sapi atau sejawatnya yang berwarna abu-abu itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun