Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Pangeran Harry Adipati Sussex?

27 Maret 2021   11:42 Diperbarui: 27 Maret 2021   11:53 1606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadiannya kemarin. Jumat pagi saya lihat tagar "Queen" trending di Twitter. Penasaran, saya ikuti linimasanya. Muncul beragam info cuitan. Dari Queen-nya Fredy Mercury, dkk. hingga yang ada tambahan kata RIP di depannya. Ada juga yang menyertakan nama Elizabeth di sana. Akan tetapi, dari sekian banyak cuitan itu saya masih belum bisa menyimpulkan apa esensi "asli" dari tagar Queen pagi itu.

Maka beralihlah saya ke kolom pencarian "Mbah Gugel" (Google). Saya gunakan kata kunci "queen elizabeth" di sana. Muncullah serangkaian informasi. Sepertinya Ratu Elizabeth baik-baik saja. Saya klik beberapa tautan yang tersedia. Tentang anak dan cucunya. Ada informasi yang menarik perhatian saya. Muncul tautan bertuliskan Pangeran Harry, Adipati Sussex. Ada fotonya. Ada foto Pangeran William juga. Saat kursor saya posisikan di foto Pangeran William, muncul tulisan "Pangeran William Adipati Cambridge". Ini aneh.

Pastinya semua juga tahu. Bahwa gelar yang dimaksud sebenarnya adalah Duke of Sussex untuk Pangeran Harry dan Duke of Cambridge untuk Pangeran William. Dalam hal ini Mbah Gugel menerjemahkan kata "Duke" sebagai "Adipati". Nah, kalau nama Adipati Dolken di-Inggris-kan, (mungkin) jadinya "Duke of Dolken". Keren juga, sih. (Karena: one does not simply .... jadi adipati. Ah, lupakan!)

Terlepas dari sudah adanya ketetapan ahli bahasa (di internet) tentang alih bahasa atas kata "duke" menjadi "adipati", kalau yang dimaksud adalah "calon raja", terjemahan yang lebih pas (menurut saya) mestinya "pangeran adipati" atau "pangeran adipati anom", bukan hanya adipati. Karena adipati (hanya) setara bupati atau mungkin residen, tidak menunjukkan gelar spesifik calon raja, hanya kepala wilayah biasa.

Entah apa saja pertimbangannya. Apakah pengalihbahasaan (penerjemahan) istilah asing itu sekadar pemilihan padanan kata (ngasal) ataukah juga mempertimbangkan aspek etika, estetika, dan logika.

Logika bahasa, ini poin terpenting yang saya permasalahkan dalam kasus ini. Ada indikasi overtranslation, menerjemahkan istilah yang seharusnya tidak perlu diterjemahkan. Karena menerjemahkan "duke" sebagai "adipati" itu secara logika juga mengasumsikan wilayah yang dipimpinnya sebagai kadipaten. Apa iya di Inggris ada Kadipaten Sussex dan Kadipaten Cambridge. Aneh kan? Absurd.

Tapi yang terakhir ini lebih absurd. Karena jika Pangeran Harry Adipati Sussex, lantas Megan Markle disebut apa? Nyai Adipati Sussex?

AMBYAR!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun