Beta Olwis Pekarima alias BOP adalah manusia abadi. Ia bisa muncul di mana saja, mengomentari sembarang perkara, dan membuat analogi semaunya. Kemunculannya selalu diikuti teman setianya yang disebut Sabdo Polan (bukan Sabdo Palon).
Kali ini BOP dan Sabdo Polan muncul di puncak Monas. Menyimak situasi kekinian, BOP bercerita tentang Mulan, pahlawan wanita dalam "fiksi" Tiongkok. Secara gender, Mulan pahlawan emansipasi juga. Tak kalah hebat dengan Raden Ajeng Kartini, tentu menurut orang-orang Tiongkok sana.
BOP mengatakan bahwa Mulan itu hebat, gagah, dan berani seperti laki-laki. Bahkan, berani dengan laki-laki. Laki-laki yang kurang ajar padanya maupun yang kurang ajar pada negerinya. Mulan cantik. Putih dan seksi, tentu saja. Yakini saja begitu.
Awalnya, BOP terlihat kesulitan menemukan analoginya untuk negeri ini. Karena Mulan yang ada sekarang justru tidak (terlalu) berani. Mencoba terlihat anggun berwibawa meski dulu aksinya sering mengundang gairah para lelaki. Bahkan, dalam salah satu lagunya ia terang-terangan "mengaku" seksi.
BOP terlihat mengerutkan kening, garuk-garuk kepala, tapi lalu tertawa terbahak. Sabdo Polan bengong, lalu spontan bertanya,
"Kenapa tertawa, BOP?"
"Ha..ha..ha.. hmm kau tahu nggak bedanya.. Mulan Jamila dan Fulan Jamali?"
"Weh, lha.. pertanyaan apa itu? Memangnya apa bedanya BOP? Nggak ngerti aku..," Sabdo Polan bingung. Tapi penasaran juga.
"Ah, kau ini malas amat mikir. Mulan Jamila itu makhluk Tuhan paling seksi."
"Hmm, karena lagunya itu yaa? Okelah kalau begitu. Kalau Fulan Jamali?"