Belakangan ini kata "gebuk" lumayan booming. Terutama setelah dikumandangkan oleh Presiden Jokowi sehubungan dengan adanya pihak yang mempertanyakan sikap pemerintah terhadap kebangkitan partai terlarang PKI dan berbagai anasir radikal yang bertentangan dengan ideologi negara Pancasila.
Ada hal yang menarik dengan pilihan kata tersebut. Secara budaya Jawa, istilah gebuk (gebug) memiliki makna yang berhubungan dengan emosi dan urgensi. Sekurangnya ada 3 idiom identik dalam bahasa Jawa yang dapat dijadikan referensi.
Tiga idiom tersebut adalah:
- Kutuk marani sunduk(ikan gabus mendatangi tusuk)
- Ula marani gitik (ular mendatangi tongkat pemukul)
- Asu marani gebug (anjing mendatangi gada penggebuk)
Arti umum ketiga idiom tersebut adalah: mendatangi/menantang bahaya dengan sengaja. Arti ini bukan diperuntukkan bagi pihak yang berjuang dengan gagah berani untuk suatu tujuan baik, melainkan pihak yang secara sengaja menantang bahaya karena ketololan dan kenekadannya.
Ada tiga subjek dalam idiom-idiom di atas, yaitu: ikan gabus, ular, dan anjing yang bersesuaian dengan objek-objek tusuk (sunduk), tongkat pemukul (gitik), dan gada penggebuk (gebuk). Dengan demikian, kalau yang digunakan adalah kata gebuk (gebug), maka yang disasar adalah pihak yang patut ter-metafora-kan sebagai "anu".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H