Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Logika Hoax Silogispret Pemicu Radikalisme

11 Mei 2017   09:40 Diperbarui: 11 Mei 2017   10:13 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Radikalisme pasti didahului cuci otak baik disengaja/disadari maupun tidak oleh pihak target atawa korban (kalau penyebarnya pasti sengaja). Karena cuci otak tidak selalu berupa kegiatan tatap muka langsung. Cuci otak bisa melalui tulisan (buku, selebaran, tabloid, dll).

Tulisan pencuci otak lebih cenderung bersifat hoax, baik secara fakta maupun logika atau penalarannya. Berikut ini beberapa contoh "logika hoax" yang dalam hal ini bersumber dari pihak yang saya namakan Viridis:

  • Viridis beragama Zoroaster. Rhodo tidak suka dengan Viridis. Dalam beritanya Viridis menyimpulkan bahwa Rhodo memusuhi agama Zoroaster.
  • Rhodo mengatakan bahwa kitab suci ngelarang makan bangke. Viridis yang mendengarnya segera mengabarkan bahwa Rhodo menghina kitab suci; alasannya: istilah kitab suci disandingkan dengan kata bangke yang jelas-jelas kotor dan berkonotasi negatif.

Celakanya, yang mudah termakan hoax adalah orang yang kurang waspada pikirannya, baik pintar maupun tidak. Jadi, hal ini tidak berkorelasi langsung dengan kecerdasan. Artinya, secerdas apapun ia, kalau kurang menjaga kelogisan nalarnya sendiri, akan mudah termakan hoax juga, akan mudah tertipu juga. Apesnya lagi, orang yang merasa dirinya cerdas tapi kurang waspada nalarnya tidak akan pernah merasa salah jika meyakini atau bahkan menyebarkan hoax yang secara nalar sehat sebenarnya "bermasalah". Ruwet, kan?

Dalam logika bahasa maupun matematika, kesimpulan yang diambil secara logis berdasarkan dua premis awalnya disebut silogisme (syllogism). Namun, logika bahasa dan logika matematika merupakan logika cerdas dan waras, sementara logika yang dibangun para pembuat hoax adalah logika "kutu kupret" yang bikin gatal akal dan mengakibatkan sakit nalar. Karena itulah saya memperkenalkan sebuah istilah baru untuk 'silogisme' yang dibangun pembuat hoax, yaitu "silogispret".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun