Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan Melayang January Christy untuk DKI

21 September 2016   05:05 Diperbarui: 21 September 2016   06:58 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

January Christy, salah satu penyumbang kemeriahan blantika musik Indonesia di dekade 80-an, telah tutup usia. Penyanyi bersuara khas kelahiran Bandung, 17 Januari 1958 ini meninggal dunia pada 16 September 2016. Secara hitungan tahun, beliau meninggal di usia 58 tahun, angka yang sama dengan dua digit terakhir tahun kelahirannya : lahir tahun 58, wafat dalam usia 58 tahun. Tentu saja itu hanya sebuah kebetulan.

Dunia musik Indonesia tentu berduka atas kepergiannya, tetapi marilah kita anggap beliau tetap eksis di blantika musik Nusantara lewat rekaman lagu-lagunya. Seorang seniman boleh saja pergi karena segala yang berjiwa pasti akan mati, tetapi karya-karyanya pastinya akan abadi di hati orang-orang yang mengagumi serta memberikan apresiasi.

Bagi saya pribadi, January Christy identik dengan lagu berjudul "Melayang". Karena ada suatu waktu di masa kecil saat bermain di dekat radio, terdengar suara penyiar mengulas singkat lagu itu. Lagu "Melayang" dibawakan penyanyi wanita bersuara berat bernama January Christy. Dan diperdengarkan pula suara nyanyiannya. Maka kesan itu tanpa sengaja tertanam di benak saya. Suaranya memang berat, agak serak, tapi mantap. Kalau di zaman Jokowi kira-kira seratus-duaratus dengan suara Ibu Susi Pujiastuti.

Terus terang saya tak hapal lagu "Melayang" itu. Saya tak punya kasetnya yang biasanya menyertakan lirik lagu di gulungan sampulnya. Karena waktu kecil saya tak begitu suka kaset lagu-lagu, lebih suka kaset Sanggar Cerita. Untunglah di zaman Internet ini banyak hal yang bisa diperoleh dengan mudah, termasuk lirik lagu itu. Dan ternyata isinya bukan sembarangan. Ada pesan moral yang cenderung aktual dengan kekinian, khususnya dinamika politik DKI Jakarta jelang Pilkada 2017. Berikut ini kutipan liriknya dari www.kapanlagi.com.
–
Gejolak imanmu korban kemelut diri
Tak tahu apa yang kau cari, semua tak pasti
Gerak suaramu yang tak tentu arah
Tak tahu apa yang kau cari, semua tak pasti

Melayang pikiranmu melayang
Melayang khayalanmu melayang jauh
Melayang anganmu melayang
Terbawa asap nirwana

Sekejap tenggelam, kharismamu menghilang
Tak tahu apa yang terjadi, semua tak pasti..

–
Jika diresapi lebih dalam, syair lagu itu mengacu pada perilaku seorang politikus yang imannya bergejolak karena kemelut ambisi pribadi di dalam dirinya. Entah apa yang dicarinya, tak jelas karena memang tak ada yang pasti dalam perpolitikan Indonesia dan di mana saja.

Gerak suaranya tak tentu arah, tak jelas mau bicara apa, karena memang tak jelas apa tujuannya. Nada-nada sumbang mengalir deras begitu saja. Tak jelas, melayang jauh pikirannya, tak bisa bedakan khayalan dan kenyataan. Seakan dunia ini nirwana baginya di mana segala permintaannya terkabul secara gratis alias cuma-cuma.

Si politikus itu tak sadar jika kharismanya telah menghilang. Karena ia memang tak tahu apa yang terjadi, semua tak pasti…. kecuali ketidakpastian itu sendiri.

Merujuk sandiasma dalam lagu-lagu Macapat ala budaya Jawa, maka ada satu nama yang tersirat dalam lagu itu, yaitu:  gejolak iman alias Giman. Hanya saja ada sedikit kontradiksi, Giman bukan politikus dan juga tidak mabur atau melayang, Giman cuma jalan kaki. Lalu "gejolak iman" Giman itu sebenarnya merepresentasikan siapa? Jalan kakinya Giman itu mewakili melayangnya pikiran siapa? Ah, lupakan..
–
Rest in Peace Tante Christy, melayanglah di lautan kasih-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun