"Tapi Ibu tidak hapal judulnya," kata beliau ragu.
"Tak apa-apa. Satu atau dua kalimat liriknya sepertinya cukup untuk mencarinya."
"Emm. gitu ya. Gini liriknya…. tanggal tigabelas bulan delapan… tahun empatpuluh tujuh.."
"Terjadi dalam kota Berandan…," aku membaca saja beberapa potong teks yang muncul dalam menu pencarian.
"Heii… lha kok ngerti?!" Ibu kaget aku tahu lirik lanjutannya.
"Itu ada teksnya. Judulnya Berandan Bumi Hangus," sahutku sambil menunjuk layar laptop. Mbah Google memang top.
"Wei.. iya..iya itu lagu kenangan Ibu, dulu sering nyanyi bareng sama Mbah Kakung dan Mbah Putri. Mana sini Ibu catat, tolong diktekan!" Diambilnya secarik kertas dan sepotong bolpoin. Ih, semangat banget, batinku.
Aku pun membacakan baris-baris lirik lagu tersebut. Sayangnya, di akhir lagu ada "disclaimer" berisikan keraguan penulisnya dan malah meminta dikoreksi dan dilengkapi karena ia mengaku tak hapal beneran. Huft. Ini sih ibarat golek-golek ketanggor wong luru-luru, pepatah Jawa yang kurang lebih artinya mau cari informasi malah ketemu orang yang sedang cari info, mau copas ketemu orang yang mau nyontek.
Ibu pun menunjukkan keraguannya tentang kesahihan teks lirik lagu itu.
"Dulu kayaknya nggak gitu," katanya. "Tapi lumayan, lah.. catatan ibu jadi lebih lengkap sebait.." katanya menambahkan sambil mencoba mendendangkan lagu itu pelan-pelan. Kulirik sebentar, beliau kulihat memindahkan catatan di secarik kertas tadi ke dalam sebuah buku hitam tebal. Oo, buku itu aku kenal sejak belasan tahun silam. Buku yang bertuliskan 'agenda' tapi oleh ibu diisi catatan lirik lagu-lagu favoritnya.
Sembari menunggu beliau menulis, kulanjutkan pencarian. Sayang sekali tak kutemukan yang kucari. Justru ada informasi lain yang bagiku baru. Lagu "Brandan Bumi Hangus" itu bukan lagu main-main cinta-cintaan. Itu lagu penanda sejarah. Sejarah Kota Pangkalan Brandan di masa perjuangan. Kata Wikipedia, Pangkalan Brandan terkenal karena merupakan salah satu ladang minyak tertua di Indonesia dan telah dieksplorasi sejak zaman Hindia Belanda. Tepat seperti larik pertama lagunya, peristiwa Brandan Bumi Hangus itu terjadi pada tanggal 13 - bulan 8 - tahun '47 atau 13 Agustus 1947. Para pejuang membumihanguskan ladang minyak Pangkalan Brandan agar tak dimanfaatkan oleh Belanda yang hendak menjajah kembali Indonesia dengan bantuan tentara sekutu.