[caption id="attachment_314914" align="aligncenter" width="300" caption="Hanuman (commons.wikimedia.org, Ravi Varma Press 1910)"]
[/caption]
Ramayana merupakan cerita pewayangan yang antara lain menceritakan kehidupan Sri Rama dan perang besar antara wadyabala kera Gua Kiskenda dan raksasa Alengka. Perang besar itu bermula dari diculiknya Dewi Sinta isteri Sri Rama oleh Rahwana raja Alengka.
Perang itu bisa saja tak terjadi andai Dewi Sinta mau dijemput oleh Hanuman yang saat itu diutus Sri Rama. Mudah saja bagi Hanuman yang bisa terbang itu untuk ganti "menculik" Sinta dari tangan Rahwana dan menyerahkannya pada junjungannya, yaitu Sri Rama. Namun, Dewi Sinta tidak mau. Dewi Sinta ingin agar Sri Rama sendiri yang datang ke Alengka dan merebutnya secara ksatria dari tangan Rahwana. Hal inilah yang membuat Sri Rama terpaksa merencanakan perang dengan pihak Alengka. Jadi, bukan hanya Rahwana seorang yang akan dimusuhi, tetapi seluruh tentara Alengka.
Apakah berarti perang besar yang memakan banyak korban itu sekadar memuaskan hasrat egoisme seorang wanita? Entahlah. Saya tidak tertarik untuk membahasnya di sini. Yang lebih menarik bagi saya adalah tingkat kecerdasan para wadyabala Gua Kiskenda yang berada di bawah komando Sugriwa, sekutu Sri Rama. Diceritakan bahwa para wadyabala kera membangun jembatan "Pontoon" melintasi laut untuk menghubungkan daratan lokasi wadyabala Sri Rama dan daratan Alengka. Kera yang dapat diperintah membangun jembatan di atas laut bukanlah kera biasa, mereka makhluk cerdas sekelas homo sapiens.
Lalu teringatlah saya pada Darwin dengan teori evolusinya. Jangan-jangan Darwin tak tahu kisah Ramayana sehingga tak menggunakannya sebagai pendukung fakta untuk teorinya. Kera-kera pembangun jembatan itu adalah kera yang telah berada di tahap-tahap akhir evolusinya. Dan jika ditanyakan masalah the missing link, bisa jadi para panglima tentara Gua Kiskenda itulah jawabannya. Ada Hanuman, Anila, Anggada, mereka adalah manusia kera yang berbicara dan berbusana. Bahkan, Hanuman si kera putih itu justru mulia karena putra seorang dewa. Ah, masak sih Darwin tidak tahu kisah Ramayana? Mungkin Darwin tak mengira bahwa teori evolusi didukung oleh kisah Ramayana. Atau sebaliknya, teori evolusilah yang mendukung kesahihan kisah Ramayana.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H