Mohon tunggu...
Anggiani Wisda
Anggiani Wisda Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya membagikan apa yang saya baca, saya tonton, dan saya lihat, yang menginspirasi saya, sehingga dapat dibaca dan menginspirasi kembali. Sebab hal baik, tentu saja harus diteruskan secara estafet. 😉

Everything You Can Imagine Is REAL!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Roro Jonggrang: Cerita Rakyat Tentang Empowering Woman

10 Januari 2021   01:49 Diperbarui: 10 Januari 2021   02:05 3249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
twitter @porbotialora

Cerita Rakyat berjudul Roro Jonggrang bukan lagi cerita yang asing. Seringkali kita mendengar kisahnya ditulis atau bahkan dibacakan pada setiap kesempatan. Sebenarnya ada pesan moral yang selalu ingin diangkat dari cerita ini pada setiap momen untuk tiap-tiap generasi, terutama perempuan.

Pada jaman dahulu kala ataupun hari ini, peran perempuan selalu melekat pada tiap perkembangan jaman, menyatu dengan berbagai peningkatan sumberdaya bahkan kemajuan teknologi, tetapi pengakuan dan perjuangan perempuan menyamakan kedudukannya di mata dunia sering kali mendapatkan apresiasi yang seadanya. Hari berganti hari, jaman berubah perlahan sejalan dengan gigihnya perjangan perempuan menyamaratakan peran dan kedudukan.

Hari ini kita bisa melihat menteri perempuan dengan ide brilian dan tindakan tegasnya membantu keberlangsungan menata republik ini di segala bidang, seperti menteri keuangan, menteri sosial, serta pimpinan DPR RI. Meskipun terbilang masih sedikit dibandingkan dengan lawan jenisnya, tetapi setidaknya peran wanita sudah menjadi penting sebagai petinggi negara. Sebuah perjuangan untuk tidak menodai ibu kita kartini atau bahkan legenda cerita Roro Jonggrang.

Satu Tokoh dari kepulauan jawa yang berusaha untuk berkata tidak dan menolak apa yang tidak ia inginkan, terutama mimpi buruk mendampingi laki-laki bengis dan kejam bernama Bandung Bondowoso. Strategi dan cara pun terus bergerak di otaknya, mencari jalan keluar agar hal buruk mendampingi lelaki bengis Bandung Bondowoso tidak terjadi. Meskipun pada akhirnya Roro Jonggrang harus menamatkan hidupnya menjadi candi ke seribu karena kemarahan Bandung Bondowoso.

Menang atau kalah dalam akhir sebuah cerita bukanlah menjadi hal yang penting lagi melihat setiap jengkal proses yang telah di lalui tokoh empowering woman Roro Jonggrang dalam mepertahankan keinginannya untuk menolak dan berkata tidak, namun mencoba mencari jalan keluar agar keputusannya tidak merugikan rakyat dan kerajaan Prambanan ketika dikuasai oleh Bandung Bondowoso.

Mencomot kata saduran emporing woman pasti menimbulkan tanda tanya, apa sih yang dimaksud dengan membawa-bawa kata itu dan menyematkannya pada Roro Jonggrang segala. Hhehe

Mengutip dari idntimes.com, Woman Empowerment adalah salah satu cara bagi perempuan untuk mendapatkan pengakuan dan kesadaran diri akan potensi dan kelayakan yang dimilikinya dalam menghadapi dunia yang penuh dengan konfrontasi bias gender. Atau lebih simple-nya adalah usaha dari perempuan untuk keluar dari stereotip lama/ tradisional yang menempatkan perempuan hanya sebagai pelengkap kehidupan yang fungsi serta kedudukannya tidak mendapatkan tempat bahkan suaranya hanya terdengar kencang ketika berusaha memanggil pulang anak-anaknya ketika sudah hampir magrib.

Meskipun di beberapa ulasan sering dibahas tentang Roro Jonggrang yang bertindak curang dengan membuat ayam berkokok atau membuat seolah-olah fajar hendak menyingsing menandakan hampir pagi dan Bandung Bondowoso tidak berhasil menyelesaikan permintaan Roro Jonggrang, namun menurut saya, apa yang dilakukan oleh Roro Jonggrang hanyalah sebuah upaya menolak dengan seluruh kecerdasan yang ia miliki kala itu yang patut untuk di apresiasi (woman suporting woman). Bentuk kecurangan dengan berusaha membuat ayam berkokok atau langit seoalah-olah kemerahan hendak pagi bukanlah satu-satunya kecurangan, sebab Bandung Bondowoso juga menggunakan bantuan Jin dalam upaya memenuhi permintaan Roro Jonggrang sebagai syarat Bandung Bondowoso dapat mempersuntingnya.

Perjuangan Roro Jonggrang perlu untuk diapresiasi dan mendapatkan tempat tersendiri di hati, apapun upaya yang coba ia lakukan kala itu adalah bentuk perjuangan mengeluarkan pendapat di keadaan terjepit sekalipun. Dunia ini bukan hanya milik laki-laki semata, peradaban ini bukan kuasa laki-laki seorang. Selamat berjalan-jalan, kalau penasaran boleh cari ceritanya sendiri ya teman-teman. Kalian boleh sampaikan di kolom komentar seperti apa pendapat kalian ketika membaca cerita rakyat Roro Jonggrang dan elaborasi pesan yang dibawanya. Siapa tahu kalian punya pandangan berbeda. Selamat Membaca, selamat merayakan kebebasan menulis dan berbagi pendapat hai kalian kaum cantik paras dan hati (titikduabintang).Ang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun