Mohon tunggu...
GieGreav
GieGreav Mohon Tunggu... -

Jangan menghamili kata kata, apalagi terperosok seperti hawa!!☺ ™

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Video Protes Orang Tua Mahasiswa Paska Nasikh Tinggalkan Gedung E3 FE UM

10 Januari 2016   15:50 Diperbarui: 10 Januari 2016   17:57 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut video (https://www.youtube.com/watch?v=xEABU0_ftog&feature=youtu.be) berisi perdebatan orang tua dari mahasiswa non UM yang telah hadir dengan beberapa dosen FE UM lainnya karena Nasikh meninggalkan tempat tepat ketika usai membuka gembok motor dari mahasiswa, Rabu 6 Januari 2016. Pada video ini terlihat Suara dari orang tua mahasiswa yang marah dan mengatakan “sudah jangan banyak ngomong” tepat ketika Nasikh mengatakan “kalo mobil nggak papa” saat mahasiswa yang motornya diborgol melakukan protes karena mobil diijinkan parkir di halaman gedung E3 (red: depan FE UM). Orang Tua mahasiswa ini marah karena sikap tidak beretika Nasikh ketika di ruang wakil dekan tadi.

Nasikh meninggalkan kampus dengan memasuki mobil yang juga parkir tidak jauh dari motor yang digemboknya ketika melepaskan motor yang digemboknya. Dalam video juga tampak motor-motor lain yang terparkir di depan ruang dosen bahkan di dalam ruang dosen, dan juga di depan cafe pustaka (Red: tidak kena gembok). Jika ditilik kembali surat peraturan yang dibuat oleh Nasikh, maka akan terlihat kejanggalan, pada peraturan itu tertulis ‘Bagi mahasiswa/ orang yang parkir di depan/ disekitar E3, E4 (cafe perpustakaan) wajib membuat surat pernyatan...

Pada video juga terlihat dosen yang berusaha membantu Nasikh menjelaskan pada orang tua dari mahasiswa yang motornya kena gembok berbalik mendapat serangan, ujung-ujungnya dosen ini melempar tanggung jawab seperti apa penyelesaian dari kasus ini.

Pada kasus 6 Januari 2016 ini mari kita lihat tidak secara general, namun secara kontekstual pada kasusnya. Jika memang peraturan parkir ini telah dibuat dan harus ditegakkan, maka untuk pembenahan infrastruktur, bukan hanya aspek eksternal saja yang harus dibenahi, namun kembali lagi aspek internal juga perlu ditilik kembali. Seorang mahasiswa yang motornya kena rantai dan digembok mengatakan “kami yang mahasiswa dari kampus lain ikut parkir di situ karena ketika datang sudah banyak motor yang parkir di sini (red: halaman gedung FE).” Artinya mahasiswa kampus UM sendiri tidak mengindahkan peraturan ini, namun buntutnya mahasiswa luar kampus yang dipersulit oleh Nasikh: ini tampak pada protes mahasiswa dalam video yang mengatakan bahwa motor dari mahasiswa UM tidak dirantai dan digembok padahal sudah seminggu parkir di sekitaran gedung FE UM. Ada pula perkataan mahasiswa UM yang kena gembok namun dibebaskan begitu saja tanpa harus memanggil orang tua, berbeda dengan mahasiswa kampus lain yang diwajibkan membawa orang tua oleh Nasikh.

 Tidak hanya itu, setelah orang tua hadir pun, Nasikh memperlakukan orang tua wali dengan tidak sopan, menunjuk-nunjuk dan berbicara dengan nada tinggi bahkan tanpa mempersilahkan duduk (peristiwa ini tidak terekam dalam video). Nasikh yang dimintai keterangan untuk menjelaskan duduk permasalahan dan runtutan dari kejadian ini enggan untuk menjawab, yang terus terlontar dari mulutnya hanya “Ini masalah besar, sudah tidak bisa ditoleransi, pelecehan, rektor tidak bisa lewat karena mahasiswa ini parkir sembarangan.” Yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang membuat Nasikh terus mengatakan seperti itu tanpa menjelaskan dengan baik dan runtut kesalahan besar dan pelecehan seperti apa yang dimaksud olehnya? Sampai-sampai mengancam hendak melaporkan permasalahan parkir ini kepada rektor kampus lain dari mahasiswa non UM yang melanggar, tanpa memberikan peringatan pertama ataupun penjelasan. Ini juga yang terlihat pada video menjadi kekecewaan dari orang tua mahasiswa. Nasikh juga menolak mendengarkan penjelasan dari mahasiswa non UM yang motornya digembok oleh Nasikh

Boleh kita anggap mahasiswa yang motornya dirantai dan digembok telah melakukan kesalahan dan pelanggaran yang menurut Nasikh ‘masalah besar yang sudah tidak bisa ditoleransi’ karena dianggap oleh Nasikh sebagai ‘pelecehan’. Namun apakah lantas dibenarkan sikap Nasikh yang menindak pelaku parkir sembarangan di FE UM dengan sekehendak hatinya? Datang tak dijemput, pulang tak diantar, meninggalkan wali mahasiswa non UM tanpa menjelaskan sepatah kata pun? Pantaskah Nasikh bersikap tidak beretika pada wali yang menemui Nasikh di ruangan Wakil Dekan II di lantai 2 UM?

Dalam kasus ini tampak tindak diskriminatif yang dilakukan oleh Nasikh kepada pelanggar aturan. Tindak stereotip yang dilakukan oleh Nasikh ini bisa dianggap berawal dari prasangka pribadi yang ia tindak lanjuti sehingga pada akhirnya membuatnya berperilaku tidak menyenangkan pada orang lain yang dianggapnya tidak mengindahkan peraturannya. Kegagalan komunikasi ini sangat disayangkan terjadi pada tenaga pendidik. Jika ada cara lebih baik dalam menyelesaikan masalah, kenapa Nasikh mengambil cara ‘yang mempersulit orang lain’ dalam menyelesaikan masalah ini?

Menurut Nasikh parkir sembarangan ini masalah besar, ini sangat subjektif. Jika kata-kata Nasikh kita runtut, yang dianggap pelecehan dan masalah besar yang tidak dapat ditoleransi ini adalah karena kendaraan rektor tidak bisa lewat, dan Nasikh yang mendapat teguran. Jika alasan Nasikh hanya itu, maka logikanya menjadi kenapa karena parkir motor kendaraan rektor tidak bisa lewat, namun mobil yang terparkir di sekitaran gedung FE UM tidak? Bukankah juga sudah ada tempat parkir sendiri untuk mobil? Pertanyaan yang lebih fatal lagi, dimana satpam UM? Kenapa ketika ada motor yang memasuki wilayah kampus tidak diberi informasi? Kenapa lalu lintas di area UM tidak dikendalikan oleh satpam UM? Kenapa Wakil Dekan yang turun tangan langsung? Ini juga kemudian menjadi polemik dari infrastruktur dan sistem internal Universitas Negeri Malang. Apa permasalahan parkir sembarangan ini di UM bukan lagi tugas dari satpam tetapi telah menjadi agenda kerja wakil dekan II FE UM: Nasikh?

Untuk menyikapi sekaligus menjelaskan masalah ini, kepada Dr. Nasikh, S.E., M.P., M.Pd untuk secepatnya menggunakan hak jawabnya dan meminta maaf secara terbuka kepada pihak-pihak yang telah dirugikan akibat sikap pribadinya yang tidak beretika dalam menegakkan peraturan kampus yang dipertanggung jawabkan kepadanya, dan sikap tidak beretikanya yang telah mencemarkan nama baik kampus terlebih Fakultas Ekonomi UM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun