Mohon tunggu...
giwang dinar
giwang dinar Mohon Tunggu... Lainnya - halo!

semoga apa yang saya tulis dapat mendeskripsikan siapa saya dan apa yang saya rasakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengenal Cantik Nusantara

12 Februari 2023   11:04 Diperbarui: 12 Februari 2023   11:11 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Mengenal Cantik Nusantara

Suara gemuru air hujan memenuhi isi ruangan yang terdengar sunyi sejak 5 menit yang lalu. "Hari ini giliranku untuk presentasi", kuucapkan mantap sembari mempersiapkan bahan materi yang akan ku sampaikan.

Minggu lalu Bu Silvi yang merupakan guru mapel Bahasa Indonesia, mengumumkan peringatan penting bahwa penilaian harian untuk minggu ini adalah bercerita, seketika seisi kelas ricuh akan keluhan dari seperempat penghuni kelas. Cerita yang bertemakan Indonesia, tambah Bu Silvi, kali ini keluhannya semakin parah, bahkan beberapa dari mereka mengajukan perubahan tema. Aneh batinku, sikap mereka seolah -- olah menggambarkan kebenciannya terhadap kebudayaan negaranya sendiri, mungkin mereka lupa asal muasal mereka, dimana mereka tinggal sekarang, sambungku dalam hati.

Ambisi ku kali ini benar -- benar meledak, pengumuman tadi berhubungan dengan hal yang beberapa hari terakhir membuatku tak henti memikirkannya, dan hal ini membuatku berdiri tegap tanpa gemetar di depan teman -- teman ku sekarang.

"Selamat siang teman -- teman saya Nabiru. Saya, kalian, pasti tahu betul jika kita tinggal di sebuah negara yang bernama Indonesia, kita lahir dan berkembang di negara ini, tapi sudahkah kita mengenal tempat yang kita sebut negara ini?", pertanyaan di akhir kalimat sontak menyapu kesunyian dengan kericuhan yang terdengar sama, ketika tugas presentasi ini diumumkan minggu lalu.

"Tenang -- tenang, saya mengerti, sebagai seorang warga negara kita pasti tahu mengenai asal muasal negara kita dibangun, bahkan persoalan ini juga dibahas di beberapa mapel pelajaran. Namun apakah kalian pernah merasa tertarik dengan berbagai budaya, dan tradisi berbagai tempat di Indonesia pada jaman dahulu?.  Jaman kita jaman modern, semuanya baru, kebiasaan baru, trend baru, hampir sekian persen kebiasaan kita sudah di pengaruhi oleh globalisasi, penasaran terhadap budaya jaman dulu?, ketinggalan jaman!", lagi -- lagi perkataan ku menyebabkan pro dan kontra penghuni kelas, topik ini benar -- benar seru dibicarakan, batinku semakin semangat.

"Perkembangan jaman sudah pasti akan terus terjadi, padat dan sibuk, sehingga kebudayaan dulu akan segera ditinggalkan untuk menempuh dunia baru. Tidak salah untuk berkembang, salahnya itu melupakan. Puluhan bahkan ribuan budaya unik pernah kita miliki, pernah kita biasakan, apakah kita rela untuk melupakan sesuatu yang membuat kita bisa berkembang seperti sekarang?, bagaimana dengan kalian, apakah kalian rela kehilangan itu?", aku sibuk memperhatikan tanggapan teman -- teman kelas yang hampir seluruhnya menjawab tidak rela.

"Maka dari itu, mengigat kembali adalah perbuatan paling sederhana yang bisa kita terapkan sekarang. Kalian pasti sudah tahu betapa luasnya Nusantara, pulau -- pulau yang bertetangga dan dibatasi oleh lautan indah tiada tara, kaya akan budaya dan melimpahnya sumber daya alam yang tersedia. Suku -- suku banyak tersebar di beberapa pulau, banyak di antaranya memiliki ciri khas yang tidak pernah kita temui, bahkan bisa jadi kaget melihat kebudayaan mereka", akhirnya cerita akan dimuali, slide demi slide di buka bersamaan untuk menunjukan gambaran dari apa yang ku jelaskan.

"Salah satu contohnya adalah saya sendiri. Sejak SMP, ketertarikan saya mengenai budaya Indonesia mulai memenuhi waktu segang yang saya punya, ketika waktu itu datang makan pun saya lewatkan. Akibatnya saya menemui banyak tradisi ekstrem yang mempunyai makna filosofi mendalam. Di antara banyaknya kebudayaan unik, ada satu yang selalu menarik perhatian saya hingga kini, dan sekarang topik utama dari cerita saya, akan segera dimulai", susana hening mulai kembali mengisi ruang kelas, para penghuni kelas diam menunggu mulainya sebuah cerita.

"Cantik, sebuah kata yang pasti ingin didengar seorang wanita, ketika seorang mengucapkan kata tersebut, mucul sebuah simpul merona yang siapa saja bisa ikut tersenyum melihatnya. Cantik, sebuah kata yang jika mau didengarnya saja harus membutuhkan sebuah usaha. Sebagai seorang perempuan keinginan untuk tampil baik di depan banyak orang juga saya rasakan, membeli banyak skincare demi kulit halus seperti bayi, diet agar memiliki badan ideal, dan pada akhirnya hanya rasa lelah yang saya rasakan. Jelas diluar sana lebih banyak lagi perempuan yang melakukan usaha yang jauh lebih melelahkan dari apa yang saya lakukan", teman -- teman kelas yang separuhnya adalah wanita mulai bersuara atau hanya mengangguk setuju degan ucapanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun