Aku sebagai manusia yang tidak sempurna hanya ingin berbagi sedikit tentang apa yang aku rasakan dan apa yang aku alami, semoga bermanfaat bagi yang membaca artikel ini nantinya.
Aku ingin memperkenalkan kata “sabar” kepada pembaca. Untuk menjadi sabar bukanlah perkara yang mudah, hanya dengan mengelus dada dan tarik nafas apakah benar-benar kita sudah sabar?. Inilah perjalanan sabar yang aku lalu dengan profesi sebagai “guru”. Bukan mengajarkan inti sebagai seorang pengajar, tapi belajar, belajar dari siapa yang kita ajarkan.
Belajar sabar disaat anak lain telah mengerti tentang trigonometri sedangkan yang satunya tidak mengerti 1 dikurang 1/2 itu berapa?. Belajar sabar disaat anak yang tidak menginginkanmu berada didepan kelas sampai dia duduk dihadapanmu dan tak ingin sedetik pun kehilangan moment bersamamu. Belajar bersabar disaat mereka benar-benar membenci kehadiranmu hingga mereka menulis pesan “i love you mom” . Dari mereka yang bernilai nol hingga berharga sepuluh.
Benar- benar kesabaran itu diuji, disaat harus mengajar ratusan siswa dengan ratusan karakter. Mereka mendidik aku menjadi orang yang sabar, mereka mengajarkan aku tentang usaha keras tanpa putus asa.
Apakah untuk menjadi sabar kita harus masuk ke dunia pendidikan itu? Tidak, JADILAH GURU bagi teman, sahabat, keluarga, tetangga, kenalan BUKAN MENGGURUI. Maka kesabaran itu dapat kita ambil dari sana.
Semoga apa yang aku bagikan ini bermanfaat untuk kita semua. Untuk sabar itu sederhana “belajar dari mereka yang kita ajarkan” insyaalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H