Mohon tunggu...
Sugie Rusyono
Sugie Rusyono Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis merupakan ritus keabadian

Hobby menulis, Korda Akademi Pemilu dan Demokrasi Kabupaten Blora

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Rindu "Bola"

10 Juni 2020   15:43 Diperbarui: 10 Juni 2020   15:44 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Awal pertama kali kenal BOLA saat duduk di kelas I SMA tahun 1993. Ya..sepulang sekolah, ayah membelikanku Tabloid BOLA untuk pertama kalinya. Tahun itu kesukaan akan sepakbola memang tidak terbantahkan. Kala itu harganya hanya 500 rupiah, terbit setiap jum'at.

Semenjak itulah satu bulan sekali aku membelinya dengan menyisihkan uang saku. Jika ada bonus poster dan halaman depan poster bintang sepak bola yang aku sukai, langsung deh terpasang dengan keren di dinding kamarku. Hingga dinding penuh poster pemain BOLA yang diselingi Michael Jordan, ada juga poster pemain tenis putri Martini Hingis,  Anna Kournikova, juga tertempel di dinding kamar kos. Untuk yang cowok-cowok ogah masang di tembok.

Rubrik sepak bola dan kartun sepak bola ria, menjadi favoritku dari SMA hingga kuliah. Khusus sepak bola ria, sengaja aku potong halamannya dan aku kumpulkan edisi demi edisi. Hingga bertumpuk --tumpuk khusus kartun itu. Akhirnya menjadi kliping, sayang setelah kuliah, kliping itu tidak aku simpan dengan baik. Lantaran berserakan dirumah dan diambil oleh keponakan-keponakan yang senang akan cerita kartun di sepak bola ria. Diambilah satu demi satu hingga akhirnya lembaran kartun habis. Dalam hati saya menyesal tidak menyimpannya dengan baik, padahal sudah aku kumpulkan tiap edisi bertahun-tahun.  Meski gambar kartun berbeda-beda terkadang ada kesamaan tema dari kartun sebelumnya.

Masih soal Tabloid Blora, kini memang tidak menyapa saya lagi dan pembaca setianya. Mulai terbit tiap jum'at, kemudian Selasa dan Jum'at. Serta menjadi harian BOLA saya masih setiap untuk tetap berlangganan. Termasuk jika ada edisi khusus dan majalah BOLA. Memang biasanya dalam setiap event Piala Dunia, Piala Champion, Piala Eropa, Copa Amerika dll, selalu membuat rubric khusus. Setiap itupula aku selalu tidak melawatkan untuk membeli dan membaca.  

Tabloid BOLA memang menjadi literasi wajib untuk megupdate perkembangan olahraga, tidak hanya sepak bola, tetapi juga olahraga lainnya. Bagimana liputan-liputan langsung disajikan oleh wartawan-wartawan BOLA, selalu dinantikan oleh pembaca setianya.

Sebagai pembaca BOLA, rubrik suara pembaca atau apa saya lupa namanya juga menarik bagi saya. Sebab dari situlah souvenir kaos cantik Blora mampir di kos't. Lantaran tulisan di suara pembaca menjadi topic utama. Saat itu menulis tentang korupsi di dunia olahraga, yang ada di olahraga Golf. Waktu itu korupsi di olahgara masih jarang terdengar, jika dibandingkan sekarang ya jelas beda banyak. Kini banyak olahraga dimanfaatkan untuk korupsi. Koas BOLA yang bergambar sigundul itu hingga sekarang masih saya simpan, meski warna putihnya tidak seputih dulu.

Melihat tulisan dan bahasa yang renyah, serta wartawan juga liputan langsung dari negara satu kenegara lainnya. Mengilhami untuk kepengen menjadi wartawan olahraga, kelihatanya enak dan menyenangkan. Akhirnya niat kesampaian tetapi bukan wartawan olahraga, hanya kadang-kadang menulis reportase olahraga saat ditugaskan khususnya Bulu Tangkis usia dini. Berkat BOLA itulah yang mengilhami untuk menekuni dunia tulis menulis.

Sayang kini, BOLA edisi cetak tidak lagi hadir ditangan kita. Edisi terakhir 26 Oktober 2018 lalu menjadi akhir dari perjalanan BOLA yang membawa banyak inspirasi bagi yang setia membacanya.

Jauh sebelum diumumkan edisi terakhir, saya sudah pesan di loper Koran langganan agar tetap kebagian. Benar saja, edisi terakhir dihalaman depan bergambar kartun sigundul dengan membawa tulisan TERIMA KASIH, menjadi akhir BOLA yang saya baca. Rasanya sulit untuk melepasnya setelah lama setiap Selasa dan Jum'at selalu membacanya.  Edisi terakhir itu kini aku simpan dengan baik, kadang-kadang untuk menghilangkan rindu dengan BOLA saya baca-baca lagi, sambil memberitahukan kepada anak saja kalau BOLA pernah ada dan menjadi bacaan yang digemari.  Sekaligus mengenalkan anak agar memiliki minat untuk membaca.

Setidaknya, mulai 1993 hingga 2018 itulah saya bersama BOLA, meski hanya sebagai pembaca tetapi setiap membacanya seakan-akan saya dibawa ke arena sesungguhnya, mendapatkan data-data olahraga dari masa kemasa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun