Dalam mengambil keputusan sebuah dilemma etika, ada beberapa hal yang perlu diidentifikasi, diantaranya adalah 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.
4 Paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
- Individu lawan kelompok (individual vs community)
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
- Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
3 prinsip tersebut adalah:
- Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
9 langkah pengujian pengambilan keputusan :
- Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
- Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
- Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
- Pengujian benar atau salah,
- Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
- Melakukan Prinsip Resolusi
- Investigasi Opsi Trilema
- Buat Keputusan
- Lihat lagi Keputusan
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat untuk peserta didik?
Seringkali membuat keputusan yang tepat dan cepat kita lakukan untuk peserta didik. Pertanyaannya : apakah keputusan tersebut tepat untuk peserta didik atau tepat untuk memuaskan rasa amarah kita kepada peserta didik? Hal ini yang sering menggelitik hati saya sebagai seorang pendidik.
Memahami konsep “Pendidikan” berdasarkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, pembelajaran tata Kelola emosi, pengembangkan konsep coaching dan alur tirta, penerapan budaya positif, mengidentifikasi dan menganalisis masalah dan menjabarkannya ke 9 langkah dalam mengambil keputusan sangatlah menyadarkan saya, bahwa peserta didik hanyalah sebuah benih yang perlu kita rawat. Pendidik bertugas untuk menuntun peserta didik mencapai kebahagiannya.
Ketika pendidik mendapati sebuah permasalahan yang disebabkan oleh seorang murid, banyak faktor yang perlu kita pertimbangkan. Banyak hal yang perlu kita gali dan telaah kembali untuk mendapatkan keputusan yang berdampak positif bagi peserta didik kita nantinya.
Pengelolaan emosi merupakan hal yang sangat penting dalam mengambil sebuah keputusan. Kesejahteraan Hidup (Well-being) merupakan sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, mempunyai tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. Jika emosi sudah dikelola dengan baik oleh seorang pendidik, maka proses selanjutnya akan dihadapi dengan lebih tenang dan bijaksana.
Terkadang saya masih sulit sekali dalam mengambil keputusan, terutama ketika menggunakan “rasa” didalamnya. Subjektifitas dalam membuat sebuah keputusan masih kental sekali dalam diri saya. Disini saya sangat merasa terbantu untuk terus belajar dalam memutuskan sebuah kasus dilema etika.
Mengikuti program guru penggerak, banyak pembelajaran yang saya dapati. Semoga saya sebagai pendidik dapat menuntun peserta didik mencapai kebahagiannya. Karena setiap individu, berhak bahagia.