Pergi, tak terasa berlalu saat datang dahulu begitu indah. kisahmu dan kisahku hanyalah deraian air mata, hanyalah kesakitan yang tak berujung sembuh, hanya mengobati dan menyakiti.Â
Bahagia dulu hanyalah dengan suatu desisan kecil dari tingkahmu. Ayunan kecil langkahmu tanpa ragu melangkah bersamaku saat sepulang sekolah di jalan jauh yang sering kita lewati.
Kau ceritakan semua pecahan kehidupanmu, kau nasihati desiran hidupku. Bersama kita melangkah. Tak pernah kau lupa akan kata 'Cepet pulang, ganti baju, solat terus chat aku' sungguh masih terngiang kata manis yang kini sesakan dada.
Bagaimana dulu kau bisa melakukan semuanya? dan kini apa kau lupa bagaimana caranya?
Berjalan
Susuri setiap sudut kota, dengan langkah seirama bersama sahabat, nikmati kembali semua rasa. Saatnya kau berubah, maju ke depan, lawan masalah, hancurkan beban, kata hatiku. Bersama sahabat ku buat semesta baru dengan segala pernak perniknya, ku lupakan apapun katamu dulu.Â
Sementara tak terkenang lagi, tak membuat luka dada lagi, tetapi mengapa benak ini sangat ingin mengingatnya, dengan lagu galau dari musisi cafe serasa sangat mendukung untuk meluapkan segalanya.
Kembali jiwa ini hancurkan segala angan pahitku, bahagia lah tak perlu kau sedih, banyak yang dapat menggantikannya, suaranya akan hilang kau tak perlu memikirkannya. Hatiku bernyanyi dengan merdu, dengan hujan ku bernyanyi.
Agustus
satu tahun tenggelam, ku terima semua kenyataan. ikhlaskan pergimu, aku sangat bahagia. di jejalanan ruangan komputer ku lukis semua kenangan, berikan pengalaman pada para sahabat. Ku bawakan pula kue ulang tahunmu, yang tak pernah ku lupa, hanya dengan beberapa bait puisiku dan kue bertahun 17.
Senang sekali hatiku, sedih sekali fikirku, akankah aku tidak menerima kembali kenyataan, aku tak akan pernah bisa memilikinya lagi, aku tak akan bisa melupakannya lagi, dan aku tak bisa merasakan sakit lagi.Â