Kemampuan berpikir merupakan sebuah kemampuan alami yang dimiliki oleh seluruh manusia dan merupakan bawaan sejak lahir. Sebagai makhluk hidup yang terus berevolusi, dari zaman ke zaman seorang manusia akan terus melahirkan inovasi terbaru demi membantu berjalannya keberlangsungan hidup. Salah satu inovasi yang telah banyak berkontribusi pada kehidupan manusia adalah internet. James dan Ronald (2010) mengatakan bahwa internet telah menjadi bagian penting sejak kehidupan di abad ke-21; Tempat untuk bekerja, bermain, berkomunikasi, dan belajar. Hal ini dapat membuktikan bahwa teknologi telah tumbuh bersama seiring dengan manusia. Pada era serba digital seperti saat ini, kemajuan teknologi internet semakin canggih dan banyak memberi kemudahan pada kehidupan manusia sehari-hari. Contoh inovasi yang sedang marak digunakan oleh manusia adalah kecerdasan buatan yang dapat menjadi seluruh jawaban atas pertanyaan kita, atau yang biasa disebut ChatGPT.
Kevin Warwick (2012) mendefinisikan AI sebagai sebuah cabang ilmu komputer yang berkaitan dengan pembuatan mesin yang dapat berpikir, belajar, dan mengambil keputusan sendiri berdasarkan data yang diberikan. Sedangkan Chat GPT adalah suatu perangkat lunak kecerdasan buatan (AI) yang didesain dengan memiliki kemampuan untuk menjawab segala pertanyaan dari manusia berdasarkan program yang telah diatur. Program yang dibuat oleh OpenAI ini memiliki banyak sekali manfaat yang dapat mempermudah manusia dengan ketepatan data yang akurat sehingga dapat menciptakan efisiensi, ChatGPT juga diprogram untuk melakukan pekerjaan yang repetitif sehingga menawarkan kemudahan dalam segi keuangan dan menghindari dari human error. Dengan kemudahan yang ditawarkan oleh ChatGPT, program ini menjadi salah satu bentuk dari kecerdasan buatan yang menjadi pilihan masyarakat, ditambah dengan tidak adanya biaya yang diperlukan untuk mengaksesnya, membuat pasar dari ChatGPT sangat luas, mulai dari pelajar, civitas akademik, hingga para seniman.
Dalam bidang seni, ChatGPT juga telah menjadi alat bantu yang digunakan banyak seniman seperti seorang penulis. Pada zaman sekarang, seorang penulis dapat memanfaatkan ChatGPT untuk mencari sebuah ide atau konsep dari sebuah karya tulis yang akan dibuatnya. Berdasar dengan tujuan dari menulis sendiri, dengan menguasai keterampilan menulis memungkinkan kita untuk dapat berkomunikasi secara efektif, mengembangkan pemikiran kritis, mendapatkan kredibilitas, dan mengembangkan keterampilan literasi umum.
Seseorang yang memiliki profesi sebagai penulis atau profesi yang menuntut untuk terus dapat menghasilkan karya tulis terkadang merasa kehabisan ide untuk membuat sebuah tulisan, atau sekadar merasa kebingungan dengan struktur pada suatu karya tulis yang akan dibuatnya. Maka dari itu, ChatGPT dapat menjadi jawaban dari kebingungan tersebut, karena peluang yang dapat didapatkan oleh seorang penulis dalam menghasilkan sebuah karya menggunakan bantuan ChatGPT adalah adanya ide-ide yang tidak terbatas. Seorang penulis kerap kali merasakan kehilangan ide untuk melanjutkan karyanya dan memiliki progres yang stagnan. Dengan adanya ChatGPT, seorang penulis dapat mendapatkan inspirasi tulisan yang mungkin belum terpikirkan olehnya. Maka dari itu, ChatGPT dapat membantu profesi seorang penulis dengan bantuan yang berupa berbagai skenario, gambaran karakter, maupun alur cerita yang dapat diolah menjadi tulisan yang bersifat lebih eksploratif.
Ketika sedang berada di dalam proses penulis, sudah menjadi hal yang biasa juga jika seorang penulis harus mengorbankan waktunya. Dengan kata lain, proses menulis dapat memakan waktu yang cukup banyak karena seorang penulis harus mengeksplorasi lebih dalam topik yang akan dibahas, tidak jarang pula seorang penulis diharuskan untuk melakukan riset secara rinci melalui buku, jurnal, majalah, maupun media lainnya untuk dapat menyampaikan pesan ceritanya dengan bersifat aktual dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, kehadiran ChatGPT sangat membantu karena dengan naskah maupun tema yang masih mentah, chat AI ini dapat membantu mengembangkannya sehingga menjadi karya tulis yang dapat dinikmati oleh masyarakat.
Manfaat lain yang tidak kalah penting bagi seorang penulis adalah kemampuan ChatGPT dalam personalisasi dan adaptasi gaya penulisan. Hasil analisis menunjukkan bahwa skor rekomendasi personalisasi ChatGPT sebesar 3 poin. Skor ini menunjukkan bahwa ketanggapan ChatGPT dalam memberikan rekomendasi yang disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. Sebanyak 34,2% responden mendapatkan rekomendasi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifiknya (Romlah dkk, 2023). Hal ini menjadi suatu kelebihan yang dapat dimanfaatkan karena seorang penulis dapat membuat sebuah naskah dengan gaya cerita ciri khas dirinya yang tidak akan berubah, kecerdasan buatan yang terdapat pada ChatGPT dapat mencerminkan gaya penulisan yang dimiliki oleh seorang penulis, baik itu penulisan formal hingga penulisan yang santai. Hal ini tidak hanya mempermudah seorang penulis dalam menulis sebuah karya, namun juga dapat memperluas wawasan seorang penulis dalam penggunaan kosa kata pada penulisan.
Dengan sejumlah peluang yang ditawarkan oleh eksistensi ChatGPT, tak dapat dipungkiri bahwa kehadiran robot canggih ini juga dapat mengancam berbagai aspek yang dimiliki oleh seorang penulis. Hal yang pertama menjadi sebuah tantangan adalah dalam segi kualitas karya. Jika seorang penulis menggunakan ChatGPT sebagai alat bantu utama dalam membuat sebuah karya, ada kemungkinan kualitas karya yang dihasilkan tidak sesuai dengan visi dan misi yang seorang penulis ingin sampaikan melalui karyanya. Apalagi jika berada di situasi di mana seorang penulis tidak melakukan penyesuaian isi dari karyanya dan membiarkan hasil dari ChatGPT secara mentah. Tentu hal tersebut akan sangat mengancam kualitas karya yang akan dihasilkan oleh seorang penulis.
Hal krusial lainnya adalah dalam segi orisinalitas karya dan plagiarisme. Jika seorang penulis memproduksi sebuah karya dengan ChatGPT, perangkat lunak ini akan mencari jawaban secara akurat dengan database yang dimilikinya. Sehingga, tanpa disadari seorang penulis berkemungkinan telah mengadopsi bagian-bagian dalam tulisannya dari karya orang lain yang memiliki hak cipta dan dilindungi oleh undang-undang, atau dengan kata lain seorang penulis telah melakukan plagiarisme. Hal ini menjadi sebuah masalah yang serius di dunia seni dan akademik di mana sebuah karya tulis memiliki nilai tinggi yang sangat dihargai keorisinilannya.
Selanjutnya, sebuah karya seni termasuk karya tulis banyak dihargai karena sentuhan orisinal dari gaya penulisan sang penulis. Walaupun ChatGPT memiliki sistem personalisasi yang dapat menyamakan gaya penulisan dengan koheren, tak dapat dipungkiri bahwa tetap ada kemungkinan bahwa terdapat perbedaan antara bagian yang ditulis oleh seorang penulis dan bagian yang ditulis oleh kecerdasan buatan. Maka dari itu, penulis tetap harus menanamkan ciri khas yang dimiliki dirinya masing-masing agar tetap menjunjung aspek seni dalam sebuah karya tulis dan tidak hanya memanfaatkan kecerdasan buatan belaka.
Dampak yang paling fatal jika seorang penulis terus mengandalkan kecerdasan buatan AI adalah proses berpikir kreatif yang dapat terancam. Penggunaan ChatGPT dalam proses menghasilkan sebuah karya tulis secara terus menerus dapat membuat ketergantungan yang menyebabkan seorang penulis kecanduan menggunakan bantuan AI ini untuk menghasilkan sebuah karya. Ketergantungan ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki oleh seorang penulis menurun dan dapat menghambat perkembangan kemampuan menulisnya, tak dapat dipungkiri pula aspek orisinalitas karyanya yang akan menurun juga.
Eksistensi ChatGPT memang menawarkan berbagai kemudahan dalam kehidupan manusia, begitu juga di bidang menulis, mulai dari efisiensi waktu, biaya, hingga ide. Namun, tantangan yang perlu dihadapi juga menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan, seorang penulis perlu memperhatikan aspek kreativitas yang dimilikinya dengan bantuan dari ChatGPT secara imbang. Kapasitas penggunaan ChatGPT alangkah baiknya tidak melebihi ide dan kreativitas yang memang dimiliki oleh seorang penulis. Maka dari itu, penggunaan ChatGPT baiknya berperan sebagai alat pendamping untuk membantu seorang penulis dalam mengeksplorasi sebuah ide atau konsep saja dan bukan sebagai alat utama untuk menghasilkan sebuah karya.