Pada jaman penjajahan belanda dulu hiduplah seorang anak muda bernama pitung. Pitung adalah  anak dari pasangan suami istri jiung & Minah . Pitung sama seperti anak laki laki yang lain yang dibesarkan keluarga etnis betawi. Pitung diajarkan mengaji,beladiri,dan juga menjadi anak yang soleh. Pitung dan keluarga tinggal di perkampungan di daerah bernama rawa belong, Jakarta utara.
Seiring berjalannya waktu pitung bertambah baik dan baik. Mulai dari cara mengajinya yang membaik dan juga kemampuan beladiri pitung memang tidak ada duanya. Saat si pitung telah remaja ia adalah salah satu orang yang berpengaruh di daerahnya. Ia adalah tauladan yang membuat para orang tua ingin anaknya menjadi seperti pitung ketika besar nanti.
Dengan beranjaknya pitung dewasa ia menambah bertakwa hari demi hari. Dia memutuskan untuk mempertebal imannya dan juga beladirinya di seorang ustadz di daerah sana yang dipercayai sebagai orang “berilmu’ di kampung. Setelah beberapa bulan ia berguru di ustadz tersebut ia makin bertambah keimanannya dan juga kemampuan beladirinya yang menjadikan pitung murid kesayangan ustadz tersebut.
Pada suatu waktu ayah dari pitung, jiung menyuruh pitung untuk menjual kambing di pasar.karena pitung adalah anak yang baik ia dengan senang hati membantu orang tuanya. Dengan hati ikhlas dan senang ia pergi ke pasar. Sesampainya dipasar pitung langsung menawarkan kambing itu kepada calon calon pembeli yang ada dipasar tersebut. Setelah kambing terjual ia membawa sejumlah uang yang cukup banyak dan pulang kerumah. Tak disadari ia diikuti oleh 2 orang preman dibelakangnya dengan tiba tiba uang hasil oenjualan kambing dirampas oleh 2 preman tersebut. Sebenarnya pitung ingin melawan tetapi ustadz nya pernah berwasiat bahwa kekuatannya tidak diperbolehkan digunakan untuk berkelahi. Dengan berat hati pitung pulang kerumah.
Dirumah jiung telah menunggu, pitung dengan wajah bersalah datang kerumah dan menjelaskan apa yang terjadi padanya. Jiung ayah dari pitung pun menyuruh pitung untuk kembali ke pasar dan mengambil uang yang dirampas oleh 2 preman tersebut, kali ini pitung diperbolehkan untuk menggunakan ilmunya untuk melawan preman. Pitung pun kembali kepasar dan langsung menuju 2 preman yang merampas uangnya itu dengan mudah pitung dapat membawa uang itu kembali kerumah. Dari situ pitung mulai sering mencuri harta kompeni kompeni belanda yang jahat untuk dibagilan pada masyarakat yang membutuhkan.
Karena pitung telah sering melakukan hal tersebut, kabar kabar burung cepat tersebar diantara kompeni-kompeni dan para tuan tanah. [ara kompeni dan tuan tanah pun mulai mencari orang orang pribumi untuk dijadikan bodyguard agar harta-harta mereka aman. Pencarian akan pitung pun berlanjut. Detik demi detik, menit demi menit menit ke jam jam ke hari. Setelah waktu yang agak lama akhirnya pitung dapat ditemukan ia dengan pasrah ikut untuk di penjara. Dengan ilmu nya yang tinggi pitung menghilang dari penjara.
Pencarian akan pitung pun kembali berlangsung kali ini sangat lama yang membuat kompeni kompeni harus memikirkan cara lain. Kali ini kompeni-kompeni belanda menculik kedua orang tua pitung.. karena ilmunya yang tinggi pun pitung dapat mengetahui apa yang terjadi dan dapat langsung menyelamatkan orang tuanya. Kompeni pun tak habis piker mereka terus mencari kelemahan pitung, dan didapatkanlah kelemahan si pitung yaitu pitung akan mati jika ditembak dengan peluru yang terbuat dari emas. Pada suatu malam pun disaat pitung beraksi akhirnya kompeni dan anak buahnya dapat membunuh pitung dengan menembakkan tubuh si pitung dengan peluru yang terbuat dari emas tersebut,
Pesan moral dari cerita rakyat ini adalah basmilah kejahatan karena kejahatan adalah suatu yang buruk. Jadilah anak yang soleh dan bertaqwa karena dengan menjadi anak soleh kita dapat menjadi lebih dekat dengan sang oencipta. Yang terakhir adalah lakukanlah semua hal yang menurut kita benar, seperti pitung ia mencuri harta dari kompeni karena kompeni dianggap mencuri harta yang seharusnya menjadi milik masyarakat pribumi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI