Mohon tunggu...
gibran makarim
gibran makarim Mohon Tunggu... -

Just a writer wannabe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Aku

23 April 2015   15:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:45 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku, aku adalah seorang ilmuwan. Ya, ilmuwan yang kata orang orang kepalanya botak dan berkacamata. Itu sih hanya pendapat kebanyakan orang yang terlalu banyak menonton film film buatan Hollywood. Aku sendiri baru berumur 27 tahun, ya umur yang muda untuk seorang ilmuwan. Sekarang ini aku sedang membuat sebuah mesin waktu yang bisa menjelajahi waktu. Ya aku tahu mesin waktu hanya ada di film film tetapi kali ini aku dan teman temanku berhasil memecahkan kode yang memungkinkan menembus waktu.

Aku adalah ketua tim dalam pembuatan mesin waktu ini, aku dibantu oleh teman teman sebanyak 6 orang. Mereka adalah roy,gina,boris, vieri,genta,dan afif. Mereka masih seumuran  dengan ku, jadi masih mudah untuk mengatur mereka.

Aku ingat diawal aku dan teman teman menemukan ide gila ini. Pada awalnya aku,roy,dan genta yang memiliki ide gila ini waktu itu kami masih berumur 23 tahun. Kami mulai dengan mencarinya di internet, di internet itu disebutkan ada sebuah kode yang harus dipecahkan terlebih dahulu. Kode itu bernama “kode hitam’ diberi nama hitam karena memang belum ada sama sekali sumber yang benar benar membahasnya. Aku dan roy bertugas untuk menemukan semua sumber yang menyebutkan kode hitam didalamnya, sedangkan genta aku suruh untuk menemukan orang orang yang kiranya bisa membantu, ditemukanlah gina,vieri,boris,dan afif.

Setahun sudah berlalu kami sudah berumur 24 tahun kami belum menemukan apa apa tentang kode hitam ini. Roy mulai tidak sabaran dan dia meminta keluar untuk beberapa waktu. Kami tinggal ber-6 kami masih berusaha memecahkan kode hitam ini. 4 bulan pun berlalu dengan sangat cepat, tersisalah tinggal aku,genta,vieri,dan gina yang lainnya sudah pergi entah kemana. Kami ber-4 pun melanjutkan memecahkan kode tersebut.  3 bulan lagi pun telah berlalu. Kami tampaknya sudah mulai sedikit gila dengan keadaan ini, kami pun memutuskan untuk break untuk beberapa waktu. Kami memutuskan untuk pergi berlibur ke kepulauan maladewa. Kami ber-4 memutuskan untuk mengajak roy, afif,dan boris.

Sesampainya disana kami ber-7 langsung pergi ke pantai untuk bersantai. Tak terasa liburan ini sudah berlalu kami ber-7 berencana untuk berkomitmen untuk berhasilnya pemecahan kode hitam ini. Kami ber-7 pun kembali bekerja.

2 tahun telah berlalu,ditahun inilah kami pada 4 bulan pertama kami ber-7 mulai menemukan titik terang dalam pemecahan kode hitam ini. Penjelasan singkat tntang apa yang dibahas kode hitam ini adalah bagaimana kita dapat memindahkan partikel-partikel ke masa lampau atau masa yang akan datang. Tubuh manusia terdiri dari milyaran partikel, di dalam kode hitam ini disebutkan bahwa untuk memindahkan 100 partikel saja membutuhkan waktu sebanyak 100 tahun cahaya. Karena waktu yang lama tersebutlah kami ber-8 bertekad untuk memecahkan kode hitam ini agar memindahkan partikel partikel tersebut dengan waktu yang singkat.

Di tahun ini kami membuat banyak sekali perkembangan. Kami dapat menemukaan rumus yang dapat memindahkan 100 partikel hanya dengan 100 tahun. Ya, masih memakan waktu yang sangat banyak, tetapi dari 100 tahun cahaya menjadi 100 tahun saja sudah sangat berbeda jauh. Dipertengahan tahun ini kami terbagi menjadi 2 kubu, ya dua kubu. Kubu pertama aku,genta,dan vieri di kubu kedua ada roy,gina,afif,dan boris. Ya, lagi lagi kami terpecah lagi dan lagi lagi permasalahannya selalu ada di antara roy dan aku. Permasalahannya terletak pada keinginan roy yang ingin membuatnya lebih cepat dan lebih cepat yang membuat kami bekerja ekstra, sedangkan aku ingin kita mememecahkan kode hitam ini dengan santai dan tidak tergesa-gesa. Apa boleh buat kami melanjutkan pemecahan kode hitam ini dengan 2 kubu. Roy adalah orang yang perfeksionis dan roy juga orang yang memikirkan pikiran sendiri.

Roy dan kelompoknya sudah merasa mereka telah memecahkan kode hitam tersebut. Mereka pun mulai merancang mesin waktu tersebut . aku dan teman teman tetap melanjutkan pemecahan kode hitam ini, kami sebenarnya sudah berhasil mempersingkat waktu dari 100 tahun menjadi 1 hari, tapi kami belum berani karena takut pemecahan kode hitam oleh kami belum sempurna, sehingga kami belum berani merancang mesin waktunya.

Setengah tahun pun berlalu lagi, roy telah siap membuat mesin waktunya kami pun diajak untuk melihat mesin waktu buatan mereka tersebut. Mereka menunjukkan mesih waktu mereka dengan bangga, sedangkan kami bingung dan juga ragu dengan hasil dari mesin waktu yang mereka telah buat. Selagi menunggu selama 30 menit mereka menyusun dan merakit mesin waktunya kami tetap melanjutkan pemecahan kode hitam kami. Setelah meraka selesai, mereka memperagakan dan menjelaskan tentang mesin waktu mereka tersebut. Tak lama setelah  tim mereka menjelaskan,roy meminta teman teman untuk mempersiapkan semua dan menjalankan dan menguji coba mesin waktu ini. Pada awalnya kami merasa yain yakin saja jika yang diuji cobakan adalah benda mati, tetapi yang menjadi alat percobaan kali ini adalah roy sendiri. Aku yakin teman teman satu tim roy itu takut, terlihat mata mereka yang lelah dan juga kaget karena sepertinya teman satu kelompoknya pun beum diberi tahu. Alat mereka berbentuk sepert kursi biasa, tetapi diatasnya adalah pemancar yang dapat mengirimkan kita ke masa lampau jika mereka memang telah memecahkan kode hitam ini dengan tepat.

Setelah roy duduk dikursi, tidak ada jalan kembali lagi hanya ada dua kemungkinan hasil, berhasil atau gagal? Aku pun berdiri dan mencegah roy untuk melanjutkan percobaan gilanya ini, roy mendorongku aku memang bukan seorang petarung mungkin karena terlalu banyak menghabisakan waktu di labolatorium aku bukan menjadi sixpack malahan badanku menjadi sangat ceking dan kerempeng. Perkelahianantara aku dan roy pun tidak bisa dihindarkan kupukul kanan,kiri,kanan,atas,kiri tetapi apa daya? Tubuh yang lemah lunglai ini memang tidak cocok untuk berkelahi, aku pun terjatuh ke lantai dengan mulut berdaharah. Vieri dan genta menghampiriku, vieri yang berbadan berototpun berniat untuk menghajar roy, tapi kucegah karena roy adalah kawan ku juga.

Dari lantai aku bisa melihat roy kembali duduk ke kursi dengan optimis mesin waktu yang dibuat dengan tempo “secepat-cepatnya” itu untuk berhasil. Penghitungan mundurpun dimulai  sepuluh,Sembilan,delapan,tujuh,enam,lima,empat,tiga,dua,satu. Sinar pancaran dari pemancar diatas kursi menyala dengan sangat terang. Satu demi satu partikel memangjjang dan mulai menghilang dalam hitungan 30 menit badan roy telah hilang entah kemana. Kami semua terkagum, apakah ini benar? Apakah mesin waktu mereka telah berhasil?

Kelompokku tercengang seperti melihat suatu mukjizat nyata. Lalu kami semua sadari kemana roy pergi? Apakah memang betul mesin ini berhasil? Alat komunikasi antara roy dan kami pun hanya diam tanpa suara. Kami semua berpikir cepat, adakah cara untuk mengembalikan roy kembali ke masa sekarang?

Kami ber-6 pun ber gabung lagi menjadi satu kelompok. Kami berusaha mati-matian untuk membuat mesin waktu yang sempurna. Kami tidak tidur siang dan malam, kami berusaha sebaik mungkin. Kami ingin roy kembali karena kami ber-7 adalah sahabat yang tidak boleh dipisahkan.

Sudah 3  tahun yang berlalu dari awal aku,genta, dan roy yang sekarang hilang ini memikirkan konsep mesin waktu ini. Kami telah membangun mesin waktu, kali ini mesin kami berbentuk tabung yang memiliki 30.000 sel yang dapat memancarkan sinar millennium agar kita dapat menjelajahi waktu.

Setelah beberapa jam kami berhasil merakit mesin waktu kami. Ya, hanya tinggal satu hal lagi yang harus dilakukan yaitu menjelajahi waktu. Setelah apa yang menimpa roy tidak ada satupun dari kita yang berani untuk mencoba mesin waktu ini.  Kami membutuhkan berminggu minggu untuk memutuskan siapa yang akan mencoba mesin waktu kami ini. Sebagai ketua kelompok aku terpaksa untuk melakukan musyawarah karena waktu kemungkinan roy bahkan masih hidup semakin menipis.

Dimusyawarah ini kami memutuskan bahwa aku lah yang harus menyelamatkan roy. Suasana hening. Kami ber-6 bingung, terutama aku aku tidak tahu apa yang harus kurasakan dengan keputusan teman teman aku merasa marah,kesal,senang,takut? Tapi apa daya akulah yang terpilih menjadi sang “kelinci percobaan” pada mesin waktu kami ini.

Dengan berat hati aku masuk kedalam tabung mesin waktu ini. Penghitungan mundur pun dimulai suara teman teman diluar untuk menyemangatiku terdengar. Sepuluh, Sembilan,…. Penghitungan berlanjut, setiap detik terasa seperti satu jam. Aku pun hilang dalam waktu sepuluh detik, rasa bangga. Aku pun tak sadarkan diri untuk beberapa waktu, tiba tiba aku terbangun di dalam ruang hitam gelap sekali, dalam hati bertanya “apakah mesin ini berhasil? Apakah ini ruang waktu?” cahaya yang amat terang muncul dari salah satu sisi ruang waktu tersebut aku menghampirinya. Terlihat kejadian kejadian didunia nyata tersusun secara rapih. Aku mencoba untuk masuk kedalam cuplikan waktu tersebut, tapi aku tidak bisa.

Sekitar… ah lupakan waktu terasa jadi tidak penting pada saat ini. Dikejauhan terdengar seseorang memanggilku. “Hey! Hey! Hey! Apakah kamu orang yang aku kenal?” didalam hati lagi lagi aku bertanya “apa? Apa itu roy yang memanggil ku di ruang cahaya ini?” aku mendekati orang itu ya! Tak kusangka itu roy yang kutemui. Padahal aku memang sudah pesimis aku dan kawan kawan akan menemukan dia. Aku dan roy pun berpelukan rasa kangen,sedih,terharu pun tercampur menjadi satu. Lalu kubawa dia ketempat awal aku datang ke ruang cahaya ini. Aku pun muncul di dalam tabung mesin waktu kami. Kubawa roy yang telah tak sadarkan diri itu ke labolatorium. Barang barang terlihat sudah kumuh dan berdebu apakah dalam waktu sesingkat ini labolatorium kami sudah tidak digunakan lagi?

Roy pun sadar aku dan roy pergi keluar berniat untuk mencari makanan di kedai langganan kami. Kudapati dunia luar sudah berubah, takada lagi tempat yang biasa aku dan roy kenali gedung labolatorium kami adalah salah satunya gedung yang sudah terlihat sangat tua.

Apakah ini masa depan?

Tamat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun