Saya agak kaget sewaktu mendapati tulisan yang mengkritisi soal mimpi menjadi PNS. Saya sebetulnya segerbong dengan si penulis tersebut, tidak pernah bermimpi untuk jadi PNS, Aparatur Negara, atau apapun sebutannya sekarang. Kagetnya saya ini lebih kepada bahwa, eh, kok isu ini masih ramai dibicarakan.
Saya kira mimpi menjadi PNS itu sudah menjadi isu yang sudah agak jadul. Sudah tidak ngetrend lagi. Bahkan sepertinya ini tidak berlaku untuk PNS saja, melainkan seluruh pegawai. Cita-cita anak muda, yang saya rasakan sih, pengen menjadi kaya.
Cita-cita ini tentu sulit sekali diraih oleh PNS, ataupun Pegawai swasta yang gajinya juga tidak seberapa besar. Jadi driver gojek konon katanya pendapatannya bisa jauh lebih besar daripada gaji Pegawai. Nah, kalau pendapatan driver saja bisa sebesar itu, bagaimana dengan pendapatan si empunya apps gojek itu sendiri?
Desas-desus santer terdengar bahwa Gojek telah disuntik dana sebesar 3 triliun rupiah dari perusahaan startup asal Amerika Serikat. Tiga triliun rupiah saudara-saudara! Nabung sampai renta pun rasanya mustahil bisa menjangkau angka tersebut. Fantastis.
Skenario semacam inilah yang menghantui anak-anak muda. Pegawai sudah tidak laku, Gawai malah lebih laku. Mimpi menjadi entrepreneur. Mimpi punya startup yang laku, yang membuat investor tergiur untuk segera menanamkan modal. Kisah suksesnya sudah banyak. Dan para bos-bos startup itu sungguh asik gaya nya, pakaiannya kasual tidak kaku dengan jas, melainkan dengan kaos, jeans dan sneakers. Dan yang pasti, usianya muda!
Trend ini menarik dicermati. Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar dan beragam ini, kita adalah target pasar yang empuk. Investasi bisa masuk dalam beragam wujudnya, tidak melulu sektor riil. Sektor kreatif, apalagi yang melibatkan Teknologi Informasi, itu pasti sangat menarik buat Investor. Trend kedepan kayaknya juga akan semakin menanjak.
Jika disuruh bertaruh, mana yang lebih lama ngetrendnya, anak-anak muda pada pengen jadi bos startup, atau anak-anak muda tergila-gila batu akik? Saya akan pilih yang pertama.
Itu sih yang saya lihat di sekitar saya. Yah bujuk rayu kapital kan berlaku dimana saja, dari Silicon Valley sampai ke Pinggiran Pasar Mencos, susah ditampik.
Lagipula fenomena kuat-kuatan modal ini sekarang sudah semakin santer saja. Sejak kabar Lazada sukses membuat geliat pasar tanah abang lesu, hingga kabar tukang ojek pangkalan yang ketar-ketir akibat gencarnya promosi Grab Bike dan Gojek yang gila-gilaan. Disinilah bujuk rayu modal bekerja dengan gaibnya. Semua orang harus ikut, menjadi seragam, sebab kalau gak ikut, nanti mati sendiri. Kalah saing, kalah promo, kalah modal.
Maka anak-anak muda yang bercita-cita menjadi kaya ini pun harus memutar otak, menciptakan skenario-skenario agar startup miliknya bisa segera disuntik dana oleh para super kaya.
Tapi jangan khawatir, tidak semua anak muda punya cita-cita menjadi kaya. Ada juga yang bikin startup dengan tujuan mengharumkan nama bangsa. Atau ingin memudahkan hidup masyarakat. Mengharukan sekali bukan. Mari berdoa, semoga ada juga yang bikin apps untuk membantu petani membaca cuaca di era perubahan iklim yang membingungkan ini.