Ketika platform sosial media diluncurkan, para ahli copywriting segera menemukan cara untuk menguasai media baru tersebut. Cita-cita mereka: menciptakan perbincangan yang menular, seperti virus, dari satu orang menyebar ke dua orang, tiga orang, demikian seterusnya hingga jutaan orang turut terlibat dalam perbincangan tersebut. Maka mereka menyebutnya sebagai viral, kata dasarnya ya dari virus itu tadi.
Demi menjadi viral, penulisan headline menjadi sangat vital. Sebab, dalam mengkonsumsi sosial media, ternyata orang cenderung tidak mau meninggalkan platform kesayangannya itu. Cukup baca judulnya saja.
Formula untuk menulis headline pun segera dipelajari. Sebisa mungkin, headline harus mengandung emosi. Hal ini makin diperkuat dengan temuan-temuan hasil riset bahwa ternyata ada dua jenis emosi yang paling disukai oleh netizen: Yang pertama adalah perasaan bahagia. Yang kedua adalah rasa marah.
Headline yang sanggup menyentuh salah satu dari dua emosi tersebut, diyakini sangat mudah menjadi viral di media sosial.
Jargon jadul Content is the king barangkali sudah basi. Sekarang, Headline is the Queen.
Habis baca headline, komentar dulu. Ternyata manusia kalau disodori platform untuk menyampaikan ide, dia bisa menjadi sangat ceriwis.
Valid tidaknya info yang disebar, urusan belakangan. Boro-boro verifikasi valid enggaknya berita, ngeklik link nya saja tidak...
Jadi kesimpulanya, sudah siap bersosial media apa belum? Apakah sudah cukup woles untuk memamah info yang super cepat, memilah info yang tidak jelas juntrungannya?
Apakah kita mau hanya menjadi korban viral belaka....