Mohon tunggu...
Ali Badar
Ali Badar Mohon Tunggu... Dosen - Selalu suka bola

selalu suka bola...

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Risau, Galau, dan Kacau, dah Lampau...

18 Maret 2013   19:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:32 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sebenarnya dah mulai malas komen ttg sepakbola Indonesia via dunia maya. Bukan karena sepakbolanya, tapi karena semangat segelintir orang yang heboh perkara sepakbola tapi teori ansich, maya saja, ato pendewa statuta, AFC-FIFA dan tetek bengek lainnya yang absurd.

Sejak bergabung di rubrik ini, saya sudah katakan bahwa FIFA ato setan belang apapun namanya asal itu ngurus sepakbola modern, tidak akan pernah melupakan satu hal, PENONTON SEPAKBOLA. Maka bagi saya, bila ada kisruh tentang sepakbola, ya kembalikan saja ke mekanisme di lapangan. Ada tim yang bertanding, ada wasit, ada penonton, jadilah permainan. Soal aturan bisa saja dibikin kemudian, koq repot amat. Tidak ada di dunia peraturan yang lahir mendahului peristiwanya. Bagi generasi yang lahir tahun enampuluhan ato sebelumnya, mungkin masih ingat bahwa sampai awal tahun delapan puluhan tiang dan mistar gawang di stadion Senayan (skr GBK), masih dari balok kayu segi empat ato kotak, padahal pada final Piala Dunia 1978 di Argentina tiang dan mistar gawang sudah berbentuk bulat, saat itu FIFA gak peduli koq, baru pertengahan tahun 80-an diatur resmi. Begitu juga warna sepatu pemain, sampai akhir tahun 80-an warnanya tidak beranjak dari kombinasi hitam dan putih.

Begitulah sepakbola, permainan muncul lebih dulu baru dipikir, didiskusikan, diubah, dan dikembangkan aturan baru tentang hal terkait permainan. Begitu juga induk organisasi sepakbolanya, berkembang karena berkembangnya permainan di lapangan. Klo ada induk organisasi sepakbola -sekalipun resmi- tapi tidak mampu menghadirkan permainan (baca: kompetisi) yang layak untuk ditonton, kematiannya hanya soal waktu. Makanya di tulisan awal saya gabung di rubrik ini kurang lebih saya katakan, FIFA SELALU PUNYA CARA UNTUK MENERIMA ASOSIASI SEPAKBOLA YANG MAMPU MENDATANGKAN PENONTON. LIGA SUNYI SENYAP PASTI MATI, DAN HANYA SOAL WAKTU. Maka seandainyapun hasil KLB 17-03-2013 ditolak FIFA, hanya soal waktu juga FIFA kembali memaafkan Indonesia. Siapa yang tidak ngiler dengan potensi lebih dari 200 juta jiwa penduduk Indonesia? Bagi FIFA: "Ini sepakbola, tapi bisnis bung" dan sama sekali bukan kebalikannya: "ini bisnis, tapi sepakbola bung" (No..no...noooo...)

Yah tapi gpplah. Ini soal belajar, baik sebagai orang bola, pecinta bola, ato sekedar penengok bola untuk memperbaiki cara pandang tentang sepakbola. Hasil KLB pasti bukan hasil terbaik, apalagi yang duduk di jajaran PSSI (baru) sebagian besar adalah yang membuat kisruh sepakbola nasional. Tapi apa memang ada cara yang lebih baik yang bisa diterima khalayak umum?

Sudahlah, semoga semua berjalan normal kembali. Klo sudah normal kita berharap muaranya adalah timnas yang diisi pemain terbaik Indonesia. Soal prestasi? Ah...tidak signifikan juga. Meski Timnas kalah banyak tapi diisi pemain terbaik, masyarakat selalu memaklumi. Ingat kekalahan 0-8 timnas Indonesia lawan Arab Saudi waktu pertandingan persahabatan di lapangan berumput sintetik di tahun 80-an? sebagian besar masyarakat mungkin sudah melupakannya. Tapi kasus kalah 0-10 lawan Bahrain tahun lalu akan sulit dilupakan karena induk organisasi PSSI yang resmi itu tidak menampilkan putra terbaik bangsa.

Ayolah semua mendukung, jangan pedulikan lagi para pengurus itu. Biarkan mekanisme organisasi yang punya cara tuk menyelesaikannya. Kita yang supporter ato sekedar pendukung, mari saksikan timnas Indonesia yang sesungguhnya kembali lahir, apapun hasilnya nanti...

Tak perlu lagi risau, tak perlu galau, tak perlu kacau, anggap semua sudah lampau. Tak perlu menyerang orang lain secara pribadi, apalagi dengan ha-hal yang tidak ada hubungannya dengan topik sepakbola.

Hiduplah sepakbola Indonesia...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun