Karangayar, 8 Agustus 2024 – Desa Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, merupakan salah satu daerah yang terkena dampak signifikan dari banjir yang melanda beberapa waktu lalu. Pascabanjir, wilayah ini mengalami masalah baru yang tidak kalah serius, yaitu meningkatnya populasi nyamuk. Kondisi lingkungan yang lembap dan banyaknya genangan air menjadi tempat ideal bagi nyamuk untuk berkembang biak, sehingga menimbulkan risiko penyebaran penyakit seperti demam berdarah.Â
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) Giat 9, telah menunjukkan kepedulian mereka terhadap kesehatan lingkungan dengan menciptakan perangkap nyamuk sederhana yang berlokasi di Desa Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak. Inovasi ini diharapkan mampu mengatasi masalah nyamuk yang sering kali muncul setelah banjir, dengan memanfaatkan botol plastik bekas sebagai bahan utama.
Ketua kelompok Unnes Giat 9 Desa Karanganyar, Rafi Hendarto, menjelaskan bahwa ide pembuatan perangkap nyamuk ini berawal dari kekhawatiran kami terhadap peningkatan kasus demam berdarah pascabanjir. "Setelah banjir, genangan air menjadi tempat ideal bagi nyamuk untuk berkembang biak. Kami mencari solusi sederhana namun efektif untuk mengurangi populasi nyamuk," kata Rafi.
Proses pembuatan perangkap nyamuk ini cukup mudah. Botol plastik bekas dipotong menjadi dua bagian yang terdiri dari bagian corong dan tabung. Bagian atas botol dibalik dan dimasukkan ke dalam bagian bawah (tabung). Lalu lapisi botol dengan plastik hitam dan rekatkan dengan solasi. Â Kemudian, larutkan 7 sendok makan gula merah dengan 220 ml air hangat, aduk hingga larut. Setelah itu, pindahkan larutan ke dalam botol yang sudah dilapisi plastik hitam. Selanjutnya, tambahkan 1 sendok makan ragi roti di atas larutan gula merah tanpa diaduk. Lalu, diamkan kurang lebih 10 menit. Â Perangkap siap digunakan dan dapat diletakkan ditempat yang gelap dan lembap. "Ragi roti akan menghasilkan gas karbondioksida yang menarik perhatian nyamuk. Ketika nyamuk masuk ke dalam botol melalui corong, mereka tidak dapat keluar lagi dan akhirnya terperangkap ," jelas Yusril (Mahasiswa Unnes Giat 9).
Perangkap nyamuk ini tidak hanya efektif, tetapi juga ramah lingkungan karena menggunakan bahan daur ulang. Selain itu, biaya pembuatannya sangat murah dan dapat dilakukan oleh siapa saja di rumah.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk pengabdian masyarakat, di mana mahasiswa turut serta memberikan solusi praktis dan ramah lingkungan untuk mengatasi masalah nyamuk. Botol plastik bekas yang selama ini sering dianggap sebagai sampah ternyata bisa diubah menjadi alat yang bermanfaat untuk menangkap nyamuk.
Mahasiswa Unnes berharap, kegiatan ini dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, khususnya dalam menghadapi masalah nyamuk pascabanjir. Mereka juga mengajak masyarakat untuk terus berinovasi dalam menciptakan solusi-solusi sederhana namun efektif untuk mengatasi permasalahan lingkungan di sekitar.
Dengan adanya perangkap nyamuk sederhana ini, diharapkan warga Desa Karanganyar, Kabupaten Demak dapat lebih terlindungi dari ancaman penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Inovasi mahasiswa Unnes Giat 9 ini membuktikan bahwa langkah kecil dapat memberikan dampak besar bagi kesehatan dan lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H