Mohon tunggu...
Maurice Muafa
Maurice Muafa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa ilmu sejarah yang tertarik untuk menulis tentang sosial budaya dan ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Susuk Wangan Desa Kenteng: Memanjatkan Syukur dan Mendoakan Leluhur

1 April 2024   16:39 Diperbarui: 1 April 2024   16:45 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Kenteng, selain dikenal dengan panorama alamnya yang indah dan komoditas kebunnya, juga menyimpan kekayaan budaya yang unik dan menarik. Salah satunya adalah tradisi "Susuk Wangan".  

Tradisi ini turun-temurun dilaksanakan oleh masyarakat Desa Kenteng dan dipercaya memiliki makna serta nilai budaya yang penting.

Namun, tahukah Anda seperti apa sebenarnya tradisi Susuk Wangan dan bagaimana prosesi pelaksanaannya? Mari kita simak ulasannya dalam artikel berikut ini.

Di Desa Kenteng, tradisi budaya tak hanya menjadi pengikat identitas, tetapi juga wadah untuk memanjatkan rasa syukur dan doa kepada leluhur. Salah satu tradisi yang unik dan sarat makna adalah "Susuk Wangan", sebuah ritual yang dilakukan di bulan Suro di Sendang Dukuh, Dusun Karanglo.

Tradisi Susuk Wangan diawali dengan bersih-bersih sendang dan saluran airnya. Masyarakat bahu-membahu membersihkan area sekitar sendang sebagai bentuk penghormatan terhadap alam dan leluhur.

Setelah area sendang bersih, ritual dilanjutkan dengan doa bersama. Doa-doa seperti tahlil dan shalawat Nabi dipanjatkan untuk memohon keselamatan dan kelancaran hidup. Tak lupa, doa khusus dipanjatkan untuk Mbah Kenteng, seorang penyebar Islam di daerah tersebut yang dihormati masyarakat.

Usai doa bersama, suasana hangat dan penuh kebersamaan tercipta saat tradisi makan bersama dilangsungkan. Menu wajib dalam tradisi ini adalah tahu campur dan ketupat istimewa. Uniknya, ketupat yang digunakan berbeda dengan ketupat biasa. Hanya Mbah Ngateman yang berusia 79 tahun sekaligus juru kunci yang memiliki pengetahuan dan keahlian untuk membuatnya.

dokpribadi
dokpribadi

Tradisi Susuk Wangan bukan sekadar ritual, tapi juga momen refleksi dan kebersamaan bagi masyarakat Desa Kenteng. Tradisi ini menjadi simbol rasa syukur atas limpahan alam, penghormatan terhadap leluhur, dan pengikat tali persaudaraan antar warga.

Tradisi Susuk Wangan merupakan warisan budaya yang patut dilestarikan. Di tengah arus modernisasi, tradisi ini menjadi pengingat bagi masyarakat Desa Kenteng untuk tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya dan leluhur mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun