Mohon tunggu...
UNNES GIAT10
UNNES GIAT10 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Pelajar

Tim KKN UNNES GIAT 10 Desa Tarubasan dibentuk sebagai usaha menyelesaikan misi 4 program kerja dari Universitas Negeri Semarang di desa Tarubasan, Kab. Klaten

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pengentasan Hama Tikus di Sawah, KKN UNNES GIAT 10 Uji Coba Alat Ultrasonik Tenaga Panel Surya di Desa Tarubasan

22 Januari 2025   23:50 Diperbarui: 22 Januari 2025   22:49 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Afiq (kiri) dan Bapak Muh Sa'ban (kanan) memasang alat ultrasonik bersama di Dukuh Getasan, Desa Tarubasan. (Sumber: Pribadi)

KLATEN - Sebagai upaya pengentasan hama tikus, KKN UNNES GIAT 10 melakukan uji coba alat ultrasonik dengan menggunakan tenaga panel surya di salah satu lahan sawah di desa Tarubasan. 

Terletak di Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Desa Tarubasan memiliki potensi lahan sawah yang luas dengan komoditas terbesar padi dan jagung. Sayangnya keberadaan hama tikus menggagalkan hasil panen para petani. 

Afiq Junia Putra, salah seorang mahasiswa KKN UNNES GIAT 10 sekaligus selaku penanggung jawab melaksanakan program pengentasan hama tikus di lahan sawah salah satu petani bernama Bapak Muh Sa'ban. 

“Program ini muncul setelah kami mendengar keresahan dari hampir semua petani di Desa Tarubasan yang terdampak hama tikus. Banyak lahan sawah yang gagal panen, bahkan para petani menunda masa tanam karena takut dengan hama ini,” ujar Afiq. 

Lebih lanjut, Afiq menjelaskan bahwa program ini dilakukan melalui tahap uji coba selama 7 hari dengan terus memantau perkembangan alat ultrasonik di sawah pada malam hari. Harapannya, alat ini bisa bermanfaat bagi para petani yang lahannya diganggu oleh hama tikus. 

Hasilnya, selama 7 hari masa percobaan, terdapat beberapa kendala seperti sulitnya penentuan penempatan alat supaya tidak tergenang air. Alat juga harus terkena sinar matahari secara langsung. Sedangkan, terdapat kekhawatiran alat akan dicuri apabila ditempatkan di area yang terlalu mencolok. Namun, apabila ditempatkan dengan tepat, alat ini bisa bekerja secara maksimal. 

Bapak Muh Sa’ban, salah seorang petani yang terdampak menuturkan bahwa hama tikus hanya muncul di malam hari sehingga menyulitkan para petani untuk mendeteksi keberadaan hewan pengerat tersebut. Adanya alat ini memudahkan petani dalam mengatasi hama tikus karena alat tetap bisa aktif ketika di malam hari. 

Komponen alat menggunakan baterai yang diisi melalui matahari secara langsung melalui panel surya, memudahkan petani karena tidak perlu listrik dan tetap bisa aktif di malam hari ketika baterai terisi. 

Alat ini bekerja dengan mengeluarkan suara di frekuensi tertentu yang membuat tikus terganggu, sehingga akan menjauh dari alat tersebut. Dengan area jangkauan 360° sejauh 7000 kaki, alat ini sangat efektif untuk digunakan untuk melindungi sawah dari hama tikus. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun