Hai kamu! Yang pernah hadir, tetapi akhirnya memilih pergi dariku. Tanpa alasan yang jelas, pun sekedar pamit kepadaku. Hadirmu tak kusangka, kamu juga yang pergi dengan tak terduga. Membuat diri ini terjebak dalam kerinduan yang hebat.
Namun, kuucapkan terima kasih untuk segalanya yang pernah kamu berikan kepadaku. Sebuah ketulusan, yang sayangnya saat ini tengah kurindukan.
Kamu tidak perlu tahu betapa hancur diriku saat itu. Akan tetapi, yang perlu kamu tahu sekarang rasa cintaku kepadamu tidak pernah berubah bahkan semenjak kepergianmu kala itu.
Maka, dengan sisa-sisa tenaga sepulang sekolah, kutulis puisi ini. Karena kamu yang menjadi inspirasinya, jadi puisi sederhana ini akan aku persembahkan untuk kamu wahai sang pujaan hati. Selamat membaca!
Belenggu Rindu
Rintik hujan tampak sendu
Menemaniku yang tengah pilu
Bersama tubuh yang semakin lesu
Menunggu temu yang terasa abu-abu
Namun, masihkah kamu peduli denganku?
Yang tengah merindu
Berharap sosokmu datang merengkuh
Menghilangkan penat yang membelenggu
Awan itu sudah kelabu
Lelah menantikan kabar darimu
Yang penuh gula tebu
Hingga terjebak dalam ilusi penuh ramu
Love you!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H