Mohon tunggu...
Gia Ramadhan
Gia Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bercita-cita menjadi penjelajah dunia, namun kini hanya dapat menatap dunia melalui jendela ilmu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Satir ala Spongebob dan Patrick dalam Menggambarkan Hubungan Manusia dan Teknologi

17 Juni 2023   17:51 Diperbarui: 17 Juni 2023   18:04 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
youtube.com/SpongeBob Squarepants Official

Kini, kehidupan manusia tidak terlepas dari kehadiran teknologi. Mulai dari membuka mata, manusia akan melihat dan perlahan menggunakan produk teknologi dalam berbagai bentuk. Penggunaan produk teknologi terus dilakukan sepanjang hari hingga mata terpejam. Dengan berbagai kemudahan yang terdapat di dalamnya membuat semua kegiatan manusia terasa ringan. Sehingga membuat banyak orang yang dapat membuka mata dengan penuh semangat dan memejamkan mata dengan perasaan tenang.

Pernahkah kita bertanya, jika benar teknologi membuat kehidupan terasa mudah mengapa banyak orang yang hingga sekarang kerap kesulitan dalam beraktivitas? Ini bukan perkara gaptek, karena banyak orang yang melek terhadap teknologi mengalami masalah yang sama. Padahal, keberadaan teknologi yang sangat inklusif memungkinkan seseorang untuk mengonversi sesuatu yang terlihat mustahil menjadi sesuatu yang mungkin. Inklusivitas teknologi tersebut meliputi akses informasi, telekomunikasi, kemudahan dan kecanggihan alat, dan lain-lain. Seharusnya beberapa hal tersebut menjadi senjata yang dapat digunakan untuk mengatasi problematika kehidupan.

Mentalitas 'Manusia Gua'

Teringat suatu adegan dalam serial kartun "Spongebob Squarepants" dalam episode yang bertajuk "Wet Painters" terdapat percakapan antara tokoh Spongebob dan Patrick yang sedang mencari cara agar cat yang menempel pada uang kertas milik Tuan Krab dapat dihilangkan. Dihadapkan pada mereka sebuah komputer, lalu Patrick mengatakan "Tunggu, Spongebob. Kita bukan manusia gua. Kita punya teknologi". Tak lama berselang, Patrick membenturkan komputer tersebut ke arah uang kertas yang ternodai cat tersimpan di atas meja.

Tingkah karakter Patrick tersebut merepresentasikan hubungan antara manusia dan teknologi pada saat ini. Peran manusia sebagai subjek diuji kemampuannya untuk menyelesaikan sebuah masalah, dalam hal ini berperan sebagai objek. Teknologi laksana senjata yang akan melepaskan peluru kepada objek yang dituju. Saat ini, banyak manusia sanggup menggunakan teknologi sebagai senjata, namun gagal mengarahkan senjata tersebut kepada objek sasaran secara tepat. Justru, penggunaan senjata berupa teknologi secara gegabah oleh manusia dapat merusak senjata itu sendiri.

Mentalitas manusia sangat menentukan hubungan manusia dan teknologi. Dengan mentalitas yang dimilki seseorang dapat memberikan pengaruh terhadap cara pandang manusia sebagai subjek dalam hubungan ini. Pengaruh mentalitas manusia juga dapat memberikan intuisi dalam memandang objek yang dituju.

Di tengah lajunya arus perkembangan teknologi informasi, lahir sebuah entitas dengan mentalitas manusia gua. Tatkala mendengar kata 'gua', bayangan pikiran tidak jauh dari kehidupan yang primitif. Pesona dunia lama dihiasi oleh bebatuan sebagai media berekspresi. Tentu saja mereka tidak mengenal tatakrama karena hal tersebut belum ditemukan. Konsep manusia yang beradab dengan memiliki nilai etika dan estetika serta berkebudayaan belum ditemukan pada zaman ini. Perhatian mereka hanya tertuju kepada hasrat yang menguasai dirinya.

Mari lihat kebiasaan pelaku pengguna teknologi. Potensi teknologi dalam mendongkrak produktivitas manusia memanglah besar. Walau demikian, ada saja problematika yang masih menghantui mereka. Banyak manusia yang belum mampu menggunakan teknologi secara produktif. Kecanggihan teknologi justru digunakan untuk hal yang sia-sia. Menggenggam gawai dengan waktu berjam-jam namun tidak mampu menyelesaikan persoalan kehidupan yang fundamental. Pengangguran tetap marak, kemiskinan belum teratasi, dan lainnya.

Kecanggihan teknologi dapat menjadi alat eksploitasi guna kepentingan sekelompok manusia tertentu. Propaganda dilancarkan melalui produk teknologi yang bersifat destruktif terhadap manusia maupun lingkungan sekitarnya. Fenomena kerusakan manusia dan lingkungan telah kita saksikan sampai sekarang. Arogansi mereka membuat mereka lupa akan jati dirinya sebagai manusia yang bermoral dan berperikemanusiaan. Kalau seperti itu, apa bedanya 'manusia teknologi' dengan 'manusia gua'?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun