Mohon tunggu...
Giant Reinal
Giant Reinal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Suka motret

Suka motret pake hape

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tenggelamnya KRI Nanggala-402: Bagaimana Analisis Risikonya?

28 April 2021   12:56 Diperbarui: 28 April 2021   13:20 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210424152738-20-634261/serpihan-dan-barang-dari-kri-nanggala-402-ditemukan

Indonesia kembali berduka atas kepergian para pahlawan-pahlawan bangsa. Kapal selam KRI Nanggala - 402 awalnya dikabarkan hilang kontak pada hari Rabu, 21 April 2021 dan dikabarkan tenggelam pada hari Sabtu 24 April 2021. Menurut Wikipedia.org KRI Nanggala (402), juga dikenal sebagai Nanggala II, merupakan kapal selam kedua dalam jenis kapal selam kelas Cakra. KRI Nanggala berada di bawah kendali Satuan Kapal Selam Komando Armada RI Kawasan Timur. Kapal ini merupakan kapal kedua yang menyandang nama Nanggala dalam jajaran TNI AL dan termasuk dalam armada pemukul TNI Angkatan Laut. Nama Nanggala berasal dari nama senjata milik Prabu Baladewa dalam cerita pewayangan.

KRI Nanggala-402 hilang kontak pada Rabu, 21 April 2021 saat melakukan latihan penembakan torpedo di Laut Bali. Saat itu, kapal selam ini membawa 53 awak. KRI Nanggala kemudian dinyatakan tenggelam pada Sabtu, 24 April 2021 oleh TNI AL setelah ditemukannya puing-puing yang diduga berasal dari kapal selam tersebut.

Hal tersebut diyakini terdapat komponen risiko menejemen, yaitu faktor alam yang mempengaruhi keselamatan 53 personel dalam kapal selam KRI Nanggala-402, termasuk 49 anak buah kapal dan 4 personel non ABK, gugur ketika menjalankan tugas negara. Tidak mudah dalam mengevakuasi para awak di kapal yang tenggelam di kedalaman 838 meter di bawah laut. Pasalnya sangat dibutuhkan koordinasi yang serius untuk mengevakuasi jenazah para awak dari badan tekan kapal atau kabin bertekanan, yang diperkirakan jadi tempat berkumpulnya para awak.

Kejadian ini berisiko dan dapat dikaitkan dengan Manajemen risiko 31000 yaitu adanya rencanakan untuk menghadapi risiko dimasa depan yang akan datang yang tak pasti kapan datangnya, dengan dilakukannya pengawasan secara teratur serta tepat pada seluruh armada kapal, sebelum beroperasi serta harus melihat keadaan alam yang sering berubah dan mungkin akan terjadi sebuah bencana. Karena risiko yang akan terjadi ini sangat bertaruh dengan nyawa dan keselamatan seluruh kru yang berada dalam kapal tersebut, maka dari itu pengawasan serta perawatan perlu dilakukan. Perlu juga adanya sosialisasi terus menerus kepada seluruh kru kapal terutama kepada pengemudi kapal, meminimalisir risiko tenggelamnya kapal dan meminimalisir korban berjatuhan jika terjadi kejadian risiko.

Dengan begitu penulis mengajak para pembaca untuk mari sama-sama berdoa dan berempati untuk para keluarga KRI Nanggala-402 agar diberi ketabahan dan para korban diterima amal dan ibadah oleh Tuhan YME. Pelajaran yang dapat dipetik dari kejadian ini adalah bahawasan nya setiap apa yang dilakukan dapat berisiko dan kita harus bisa mengantisipasi kejadian-kejadian risko dengan tepat agar dapat meminimalisir kejadian risiko seperti kasus yang ada pada artikel ini.

Sekian, Salam hangat dan terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun