Mohon tunggu...
Gian Fitria Anggraini
Gian Fitria Anggraini Mohon Tunggu... lainnya -

A daughter, wife, and sister that want to give the best for others happiness :)

Selanjutnya

Tutup

Nature

Polusi Cahaya, Pudarnya Sinar di Langit

23 April 2014   06:34 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:19 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1398184260392115003

Pencemaran lingkungan masih menjadi momok yang perlu diwaspadai. Bukan hanya pencemaran udara, tanah, atau air, namun, langit pun bisa tercemar. Ya, salah satunya, melalui polusi cahaya. Kita mungkin sering mendengar aktifitas Earth Hour yang dilakukan setiap satu tahun sekali di hari sabtu terakhir bulan maret. Earth Hour ini ternayata dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi dampak dari polusi cahaya. Pada hari itu, biasanya kita diminta untuk mematikan lampu serta peralatan listrik yang tidak terpakai selama 1 jam saja. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai penyebab serta penanggulangan polusi cahaya, membuat kita kurang peka terhadap efek buruk yang bisa didapatkan dari tercemarnya langit.


Polusi cahaya merupakan suatu kondisi dimana cahaya berpendar berlebihan, baik itu bersumber dari cahaya buatan (artifisial) maupun cahaya alami, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Sebagian besar polusi cahaya muncul akibat penggunaan lampu-lampu di luar rumah yang sifatnya buatan, seperti lampu penerang jalan, lampu taman, lampu reklame, lampu dekorasi, lampu gedung, lampu stadion olahraga, dan lain sebagainya. Lampu-lampu yang dipasang secara tidak tepat dan tidak efektif, dapat menyebabkan polusi cahaya.

Pada kondisi normal, terutama malam hari, saat langit gelap pekat, umumnya kita masih bisa melihat cahaya bintang yang bertebaran. Namun, kondisi ini akan jarang ditemukan, jika terlalu banyak cahaya lampu yang berpendar hingga menutupi keindahan langit malam hari. Coba perhatikan pada saat kita berdiri di dataran tinggi dan melihat ke seluruh penjuru kota, maka yang akan terlihat adalah lautan cahaya atau sinar yang berasal dari lampu-lampu penerangan, baik itu dari dalam rumah penduduk ataupun gedung-gedung.

Jarangnya bintang serta benda langit yang dapat dilihat pada malam hari, merupakan akibat paling sederhana yang bisa kita rasakan dari adanya polusi cahaya. Pendaran sinar lampu pada penerangan malam hari yang terhambur ke atas secara percuma, dapat mengakibatkan pemborosan energi dan langit yang tidak bertabur bintang, karena tertutupi oleh selaput sinar cahaya lampu.

Menurut pusat observasi Bosscha, ada beberapa sumber yang dapat menyebabkan polusi cahaya, diantaranya yaitu:

1.Light Trespass. Cahaya yang datang dari lampu di luar rumah yang berlebihan dan mengenai rumah kita, sehingga membuat kita sulit untuk tidur dan menghalangi jarak pandang.,

2.Clutter. Sumber cahaya buatan di kota-kota yang menyebabkan gangguan penglihatan, misalnya lampu pada papan reklame, bangunan, lampu taman ataupun lampu jalan.,

3.Glare atau pendar cahaya yang menyilaukan. Cahaya ini membuat mata kita tidak nyaman dan dapat membuat penglihatan mata kita berkurang.,

4.Sky Glow atau cahaya langit perkotaan. Cahaya inilah yang membuat langit menjadi terang pada malam hari.

Dampak dari polusi cahaya bukan sebatas tidak terlihatnya bintang pada malam hari saja, namun polusi ini juga dapat mengganggu sistem alam, manusia, bahkan hewan. Dampak-dampak tersebut dapat terlihat pada gejala alam seperti:


  • Dampak astronomi. Tentunya para astronom adalah pihak yang paling dirugikan dalam polusi cahaya, karena dengan adanya polusi ini mereka akan kesulitan untuk melihat situasi benda langit terutama malam hari.
  • Dampak bagi Hewan.

1.Navigasi Burung.

Pada jenis burung tertentu, suatu waktu mereka akan berpindah tempat atau migrasi ke daerah yang lebih hangat lalu kembali ke tempatnya semula. Nah, burung-burung ini menggunakan magnet bumi sebagai petunjuk jalan bagi keperluan navigasi serta rasi bintang dan cahaya bulan sebagai petanya. Perjalanan yang ditempuh sangat jauh, yaitu antar benua, dan jaraknya bisa ratusan kilometer. Bayangkan jika dalam perpindahannya, para burung ini harus kehilangan navigasi serta peta yang diakibatkan oleh terisolasinya cahaya bintang maupun bulan.

2.Punahnya Serangga.

Serangga merupakan binatang yang terobsesi oleh sinar lampu. Ketika ia mendekati lampu, maka lama kelamaan serangga yang terbang bersama dengan serangga lainnya di sekitar lampu, akan merasa kelelahan, buta, bahkan mati terpanggang karena panas. Sebuah studi di Amerika menyatakan, bahwa rata-rata setiap lampu jalan di malam hari dapat membunuh serangga sebanyak 150 per hari. Maka dalam satu tahun akan terdapat 54.000 serangga yang mati akibat satu cahaya lampu. Jika dalam satu daerah terdapat 50 lampu, berarti dalam satu tahun akan ada sekitar 2.700.000 serangga yang terbunuh.


  • Dampak bagi Manusia. Dibalik perubahan siang dan malam, terdapat beberapa kebaikan bagi tubuh manusia, terutama bagi siklus hormon, menjaga agar jam tubuh manusia tetap berfungsi dengan baik, serta penyegaran kembali akitifitas sel-sel tubuh maupun otak. Itulah mengapa, saat kita tidur sebaiknya mematikan lampu maupun alat elektronik di sekitar kita, agar tubuh pun dapat beristirahat dengan maksimal. Jika saat istirahat tubuh kita tersinari cahaya yang berlebihan, selain mengakibatkan kesulitan tidur, efek cahaya yang menyilakukan pun bisa berdampak pada penglihatan.

Untuk mengurangi dampak dari polusi cahaya, bukan berarti meniadakan sama sekali pencahayaan di malam hari, karena bagaimana pun, manusia masih membutuhkan bantuan cahaya lampu untuk beraktifitas baik itu di malam hari ataupun siang hari. Upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan melakukan "reduce light pollution", yaitu dengan menghemat penggunaan energi, terutama di malam hari.

Kiat-kiat ini mungkin bisa kita lakukan. Pertama, gunakanlah lampu hanya saat dibutuhkan, lalu gunakan pencahayaan dengan kecerlangan yang secukupnya (watt reduction). Penggunaan tipe lampu ternyata juga sangat menentukan dalam penyebaran polusi cahaya. Bukan hanya nilai estetis yang harus kita perhatikan dalam pemilihan lampu, namun ketepatan serta keefesienan suatu lampu dalam memedarkan sinarnya sebaiknya menjadi pertimbangan untuk mengurangi polusi cahaya. Oleh karena itu, alih-alih menggunakan lampu dengan pedaran cahaya yang menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu yang sinarnya mengarah ke bawah bukan ke langit, misalnya dengan menggunakan tudung lampu. Di bawah ini kita bisa melihat beberapa contoh penggunaan lampu yang tidak efisien dan lampu yang lebih efisien menurut situs langit selatan.

Gambar dari sini (Tudungi lampu agar sinarnya berpendar ke bawah bukan ke atas)



Sesungguhnya tanpa sadar kita sudah merampas hak benda-benda langit, serta bintang-bintang ciptaan Tuhan, untuk menunjukkan dan memedarkan cahaya dan untuk menyentuh setiap qalbu yang melihatnya, sehingga kita bisa langsung merasakan mukzijat serta tanda-tanda kebesaranNya yang telah diukir dalam lukisan langit malam yang indah.

Dengan melakukan efesiensi penggunaan lampu, minimal di lingkungan sendiri, maka bukan saja membantu mengurangi polusi cahaya, namun kita pun telah membantu bumi dan langit untuk bekerja sesuai dengan fungsinya. Berikanlah kontribusi sekecil apapun untuk membuat langit ini lebih baik. Use your power to make change a reality. Salam Dark Night.

Sumber: http://langitselatan.com/2012/02/02/polusi-cahaya-kubah-cahaya-di-perkotaan/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun